Bab 4 selesai. aku berpikir dan berpikir lagi dan lagi sampe akhirnya dapat menyelesaikan bab ini. Dan jika ingin membaca yang sebelumnya bisa klik :
Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
komen jika ada kesalahan dalam pengetikan biar bisa ku edit lagi ^^
arigatou sebelumnya and Happy reading ^^
Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
komen jika ada kesalahan dalam pengetikan biar bisa ku edit lagi ^^
arigatou sebelumnya and Happy reading ^^
Bab 4
Jam sudah
menunjukan pukul 05.30 pm. Matahari terbenam menambah pemandangan dalam
perjalan kedua manusia ini. Wajah Alicia sudah benar-benar terlihat lelah dan
ia mulai mengantuk. Ia memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan sebentar.
“Ada apa?”,
tanya Calvin yang langsung mematikan tablet yang di bawanya.
“Aku sedikit
mengantuk. Jadi aku ingin menyegarkan mataku sebentar. Dan sepertinya kita
butuh istirahat di montel terdekat.”, kata Alicia lalu mengucek-ucek matanya
agar ia tidak mengantuk.
“Montel? Untuk
apa? Kita kan bisa istiharat di mana
saja, kenapa harus di montel?”, tanya Calvin yang menahan tawanya.
“Kau itu
selalu berpikiran terlalu jauh dan berpikiran negatif. Jipku ini akan boros
jika kita gunakan untuk mengisi baterai tablet dan HPmu terus menerus. Lebih
baik menginap satu hari di montel lalu dapat mengisi baterainya sampai penuh.
Lagian montel juga lumayan murah.”, jawab Alicia.
“Kau benar
juga. Kita pesan berapa kamar kalau begitu?”, tanya Calvin yang membuat Alicia
benar-benar marah. Karena ia sangat membenci sikap Calvin yang sedikit mesum.
“Kau itu
benar-benar kelewatan. Jika kau tanyakan hal yang bisa membuatku marah sekali
padamu, puluruku tidak akan segan-segan menancap di kepalamu!”, bentaknya
dengan emosi yang meluap-luap.
“Hehe... maaf,
maaf.”, kata Calvin meminta maaf sambil mengacungkan dua jari kanannya lalu
tersenyum.
Emosi Alicia mulai
padam karena mengingat waktu. Ia harus segera tiba di montel sebelum pukul
tujuh malam. Ia mulai menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan 80
km/hour.
Alicia
berhenti di sebuah montel dekat pom bensin besar di pinggir jalan raya yang
cukup ramai. Ia memandang Calvin dengan wajah letihnya dan berkata, “Kau urus
semuanya ya. Aku benar-benar lelah. Akan ku pesankan kamar untuk kita berdua,
sedangkan kau persiapkan segalanya yang akan kau bawa masuk ke montel.”
Setelah itu ia
mengambil tas hitam yang tergantung lalu menggendong tas itu. Ia juga mengambil
kantong plastik hitam besar sebagai tempat sampah. Seiring ia mengingat sesuatu
yang ingin ia katakan, ia mulai berbisik pada Calvin, “Kau sembunyikan sniperku
di ransel yang paling besar, ya. Aku sudah mengira-ira kalau itu akan muat
untuk masuk, kok.”
Calvin hanya
mengangguk lalu turun dari jip dan berjalan ke arah belakang jip untuk
mempersiapkan apa yang harus di bawanya. Alicia mengambil permen mint terakhir
di kotak uang koin itu lalu membuka bungkusnya dan memakannya. Segera ia turun
dan ia buang kantong plastik itu ke tempat sampah yang dekat dengannya.
Ia berjalan
mendekati Calvin membantunya sedikit, lalu membawa ransel pakaiannya sendiri.
Ransel yang besar dan banyak ini benar-benar memiliki massa yang besar.
Sampai-sampai Calvin meminta petugas membantunya membawa ransel yang berisi
makanan dan pakaian mereka berdua. Alicia mendapat bagian membawa ransel yang
sedikit ringan, yaitu informasi tentang misinya dan rekannya. Sedangkan Calvin
membawa dua ransel berisi senapan yang luar biasa berat.
Alicia memesan
satu kamar saja dengan fasilitas terbaik akhirnya ia dapatkan. Semua ransel
telah dimasukan ke dalam kamar dan juga Alicia langsung berbaring lemas di atas
kasur empuk. Di dalam kamar terdapat kasur besar dan empuk serta nyaman, sebuah
sofa kecil, dan sebuah kaca dan cermin. Dinding kamar itu di cat warna krem dan
juga keramik lantainya berwarna putih bercampur warna krem.
Alicia tidak
bisa tidur tanpa sebuah bantal guling. Beruntungnya di sana terdapat bantal
guling, ia memeluk erak bantal guling itu sampai dia puas. Ini seperti tingkah
seseorang yang rindu terhadap seseorang lalu memeluknya erat-erat. Calvin yang
melihatnya langsung tertawa terpingkal-pingkal.
Merasa sedikit
tersingung, Alicia berkata, “Enakan
memeluk guling dari pada manusia mesum.”
Calvin yang
tak merasa tersinggung masih tertawa dan pikirannya makin jauh.
“Aduh...!!!”,
kata Calvin kesakitan karena Alicia melemparinya sebuah puluru dari pistolnya
menggunakan tangannya. Calvin memegangi kepalanya yang sakit akibat lemparan
itu.
“Makanya jadi
anak jangan mesum kenapa sih!”,
bentak Alicia.
“Iya deh.”,
kata Calvin lalu menata ransel-ransel itu dengan rapi berjajar di dinding. Ia
mulai mengambil charger dari HPnya kemudia menyolokannya di stop kontak yang
ada. Terdapat dua stop kontak di kamar itu. Hanya ada satu yang kosong yang
sekarang dipakai untuk mengisi tablet. Jadinya, ia tidak dapat mengisi baterai
HPnya.
Alicia tertawa
melihat wajah melas dari rekannya
itu. Ia mulai melepaskan stop kontak yang kedua yang terhubung dengan lampu
kamar. Alicia paling suka tidur di tempat gelap, tetapi ia juga tak ingin tidur
bersama seorang laki-laki dalam gelap-gelapan apalagi laki-laki itu agak mesum
pikirannya.
Alicia
menghidupkan senter kecilnya untuk membantu Calvin dalam mencolokan chargernya.
Setelah berhasil, senter kecil itu ia letakan di atas meja kecil sehingga
seluruh ruangan hampir terlihat dengan jelas. Calvin membuka inboxnya kembali
dan ia mendapat dua e-mail.
From
: Nicolay5S@AImail.com
To : RiCal1@AImail.com
Subject
: Pedang?
Kau
masih menggunakan pedang itu untuk menjalankan misi? Itu aku juga sudah
meletakan itu di dalam tas ransel yang paling besar. Aku memang tidak tau
mengapa kau masih menyimpan itu di kamarmu. Jadi aku memasukannya ke dalam
ransel yang paling besar.
Mama
mu senang kau baik-baik saja. Ia menyuruhmu untuk istarahat di montel jika hari
mulai gelap. Mama mu akan mengirim uang ke ATMmu jika uangmu tidak cukup untuk
menyewa kamar montel. Oh ya, katanya sih uang itu juga bisa digunakan sebagai
uang bensin jip Mrs. Oliveira.
Sebelumnya
maaf karena menggunakan kata-kata kurang sopan, karena aku sungguh bingung
dengan lagak saya ngomong kepada anda Mr. Riicon. Terima kasih.
Yang pertama
dari asistennya, Nicolas. Yang kedua ini berasal dari kakak laki-lakinya yang
sedang melakukan misi.
From
: RiDush1t@AImail.com
To : RiCal1@AImail.com
Subject
: Apa kau dan Alicia baik-baik saja?
Aku
baru saja dengar markas dimasuki penyusup. Katanya kemarin kejadian itu
terjadi. Maaf baru hari ini aku baru menanyakannya padamu. Karena aku baru saja
menyelesaikan misiku.
Oh
ya, Alicia tidak apa-apa kan
denganmu? Berharap kau dapat menjaganya dan jangan menyentuhnya! Awas saja kau
dapat menyentuhnya dan membuatnya sedih!
Aku
akan menyusulmu untuk memastikan kalau Alicia dan kau baik-baik saja. Sekarang
beri tau aku dimana lokasimu!
Merasa kesal
karena kakak laki-lakinya terlalu over
untuk memperhatikan Alicia dari pada adiknya sendiri. Kalau bisa ia membalasnya
dengan satu pukulan tepat di wajahnya yang manis dan tampan itu, mungkin ia
bisa merasakan ketenangan.
Melihat
kekesalan itu, Alicia bertanya, “Ada apa? Sepertinya kau kesal. Apa itu dari
Denico?”
“Ya begitulah.
Kau mau membalasnya? Dia menanyakan tentang keadaanmu.”, jawab Calvin dengan
kesalnya.
“Ehm... balas
aja kalau aku baik-baik saja. Kau tau, kalau aku sebenarnya agak jijik dengan
kakakmu itu.”, kata Alicia kemudian duduk bersandar pada tembok.
“Oh begitu,
akan ku balas dia sekarang.”, balas Calvin puas. Ia membalas kakaknya itu
dengan sengaknya seperti ‘aku dan dia
baik-baik saja. Kami sedang istirahat dan katanya ia tak perlu dijemput
olehmu!’
Di e-mail pertama, ia membalas pesan ke
Nicolas langsung. Ia juga bertanya apa yang sedang Mamanya lakukan sekarang?
Dan memintanya untuk berkata pada Mamanya bahwa dia akan baik-baik saja dan
terima kasih atas bantuan uang yang dikirimkan.
Ia meletakan
HPnya di atas meja kecil tepat di samping tablet Alicia. Ia melihat Alicia
duduk bersandar pada tembok dan menundukan kepalanya. Dengan penasaran Calvin
mendekat lalu memegangi pundaknya.
“Sudah ku
bilang, jangan menyentuhku!”, bentak Alicia yang langsung menatapnya tajam.
“Maaf, ku kira
kau sedih. Makanya aku mencoba untuk menghiburmu. Begitu maksudku.”, balas
Calvin yang langsung menjauh dari rekannya itu.
“Aku ketiduran
saat aku duduk di sini. Dan aku mulai terbangung saat kau pegang bahu
kananku.”, kata Alicia yang langsung merebahkan badannya pada kasur empuk itu.
Kasur itu seperti hanya milik Alicia Oliveira, bukan miliki siapa-siapa.
“Kau
benar-benar lelah, ya?”, tanya Calvin yang mulai duduk di sofa kecil dekat
kasur besar itu.
“Ya begitu
lah.”, jawab Alicia lemas. Diam-diam ia menutup matanya lalu ia terjun ke dalam
mimpinya.
Calvin yang
melihat Alicia tidak bergerak sama sekali, menandakan bahwa Alicia sudah
teridur. Calvin mulai mengambil selimut putih dan tipis di pojokan kasur lalu
menyelimuti Alicia yang tertidur nyenyak itu dengan selimut putih dan tipis
itu. Tanpa ia sadari bahwa ia juga sudah
lelah dan menguap. Ia akhirnya menjatuhkan dirinya di atas sofa kecil itu lalu
perlahan menutup matanya.
Next
Next
Komentar
Posting Komentar