Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Bag 1.2

Aku diam melamun duduk di meja nomor tujuh. Sekarang aku berada di sebuah restoran untuk makan siang. Aku masih belum menemukan kado untuk putraku. Menjadi single perent ternyata cukup rumit juga. Seandainya aku bisa merubah masa lalu… Tiba-tiba kurasakan bahwa pengawalku menyentuh tanganku yang berada di atas meja. Dia tenyata memperhatikanku dari tadi melamun tanpa sebab. Kedua alisnya bertaut tanda penasaran. Kulihat dirinya dengan tanpa ekspresi dan saat itu juga ia menarik tangannya kembali. “Ada apa?” tanyanya akhirnya. Aku diam sebentar. “Masa lalu,” kataku pelan lalu aku menyeruput minumanku. Aku merasa bodoh karena menjawabnya dengan jujur. Kulihat dirinya kembali dan syukurlah dia tidak memperhatikan diriku lagi. Aku sedikit lega aku bisa bergalau sendirian tanpa ada orang lain lagi. “Hei,” dia memanggilku. “jangan diingat lagi.” Terusnya. Aku lupa bahwa dia mengetahui itu—memang tahu. “Aku selalu mengingatnya jika aku mengingat anak-anakku.” Jawabku. Tiba-tiba

Bag 1

Hari ini salju sudah turun. Halaman rumah juga sudah dipenuhi oleh putihnya salju, ditambah hawa dingin yang sudah menyerbu dihari sebelumnya. Penghangat ruanganpun kuhidupkan di sebuah ruangan keluarga yang sepi. Di dalamnya hanya terdapat aku yang sedang duduk sendirian sambil membaca sebuah buku resep. Ditangan kananku terdapat sebuah pulpen tinta hitam yang akan kugunakan untuk menulis. Lalu setelah aku menemukan sesuatu yang menarik dalam buku resep, aku mencatatnya pada sebuah buku catatan resep yang kuno pada tahun ini. Kini kecanggihan teknologilah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja pulpen tinta dan buku catatan sudah tidak ada yang menjual. Lagi-lagi aku menekankan pulpen diatas buku catatanku. Tulisanku masih rapi seperti masa remajaku dahulu. Jujur, aku sangat menyukai tulisanku sendiri sampai sekarang ini. Pintu ruang keluarga terbuka. Seorang lelaki muncul di baliknya lalu berjalan mendekatiku. Lelaki itu berdiri di sisi sofa. “Ada apa?” tanyaku