Langsung ke konten utama

Bag 1

Hari ini salju sudah turun. Halaman rumah juga sudah dipenuhi oleh putihnya salju, ditambah hawa dingin yang sudah menyerbu dihari sebelumnya. Penghangat ruanganpun kuhidupkan di sebuah ruangan keluarga yang sepi. Di dalamnya hanya terdapat aku yang sedang duduk sendirian sambil membaca sebuah buku resep. Ditangan kananku terdapat sebuah pulpen tinta hitam yang akan kugunakan untuk menulis. Lalu setelah aku menemukan sesuatu yang menarik dalam buku resep, aku mencatatnya pada sebuah buku catatan resep yang kuno pada tahun ini. Kini kecanggihan teknologilah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja pulpen tinta dan buku catatan sudah tidak ada yang menjual.
Lagi-lagi aku menekankan pulpen diatas buku catatanku. Tulisanku masih rapi seperti masa remajaku dahulu. Jujur, aku sangat menyukai tulisanku sendiri sampai sekarang ini.
Pintu ruang keluarga terbuka. Seorang lelaki muncul di baliknya lalu berjalan mendekatiku. Lelaki itu berdiri di sisi sofa.
“Ada apa?” tanyaku sedikit ketus karena merasa terganggu.
“Saya mencari anda kemana-mana.” Jawab lelaki itu.
Aku meletakan pulpen di atas meja, lalu aku menatap laki-laki itu. “Berhentilah berbasa-basi.” Kataku masih ketus. Aku mengambil buku catatanku lalu bangkit berdiri. Aku mengembalikan semua buku-buku yang kupakai tadi ke rak buku.
Tiba-tiba kudengar bahwa jam dinding di ruang keluarga berbunyi. Sekarang pukul sebelas tepat dan aku mulai sadar bahwa aku lupa berbelanja untuk makan malam. Segera aku berlari mengambil kunci mobilku yang biasanya kugantungkan di gantungan kunci yang berada di samping pintu ruang keluarga. Tapi, aku kalah cepat. Lelaki itu mengambil kunci itu terlebih dahulu.
“Apa-apaan kau?” tanyaku kesal.
“Sebaiknya anda mengambil mantel jika ingin pergi.” Katanya.
Aku menatapnya dengan kesal. “Jangan sok sopan dan resmi. Kau tahu sendiri bahwa tugasmu itu tidak penting.” Kataku tidak mau kalah kesalnya.
Tanpa emosi dia menatapku. Aku mulai benci ini. “Itulah mengapa aku bekerja. Tugasku adalah melindungimu.”
Jika tidak tahu gaya bahasanya, pasti sudah dikira dia adalah orang yang sangat romantis. Tugasnya adalah melindungiku. So sweet! Tapi, tidak juga. Itu adalah misinya sekarang untuk melindungiku selamanya. Well, ini karena aku adalah pewaris tunggal dari keluarga Bryant yang memiliki perusahaan besar. Orang tua dan kakakku meninggal dunia tiga bulan yang lalu karena kecelakaan saat mengudara. Kedua mayat orang tuaku ditemukan tapi mayat kakakku tidak. Aku benar-benar sedih waktu itu. Merekalah yang kumiliki selain anak-anakku. Selain itu, mereka selalu memberikan semangat hidup padaku karena masa laluku yang suram. Bisa kusalahkan karena cinta pertama yang buruk. Awalnya aku memang bodoh mempercayai tentang cinta sejati, tapi itu semua benar-benar bohong. Sehingga aku harus menderita sendirian untuk mengahadapi segalanya yang ada. Terlebih aku adalah wanita kotor yang mengandung anak tanpa menikah. Kedua anakku tidak akan mendapatkan warisan sebelum aku menikah dengan ayah kandung mereka. Jika itu terjadi, tidak akan ada seorang pengawal yang akan mengawalku. Selain itu, aku juga tidak akan menikah dengan ayah mereka. Perasaan sakitnya masih membekas sampai sekarang, mungkin sampai matipun aku masih merasakan sakitnya.
Selain itu, aku juga mewarisi sebuah organisasi rahasia internasional. Lagi-lagi aku harus menjadi agen utama dalam kasus ini. Padahal aku sudah pernah menolak untuk menjadi agen organisasi setelah aku menyadari bahwa aku hamil. Aku ingin mengurus anak-anakku saja dan bekerja dengan susah payahku sehingga aku bisa mengatai diriku berguna. Setidaknya aku sudah cukup bahagia bersama dengan anak-anakku.
Aku akhirnya menyerah untuk terus melawan pengawal sialan itu. Sudah kuberikan kebebasan dirinya untuk melakukan apa saja sesukanya, ia tetap saja melakukan pekerjaannya dengan mengikutiku kemana saja. Sialnya, aku tidak bisa bersembunyi darinya. Dalam hitungan menit dia dapat menemukanku yang bersembunyi. Memang susah memiliki orang seperti dia.
Kemudian, aku mengambil mantel dan tasku di kamarku. Kulihat dirinya sudah pergi menuju garasi mobil. Pikiran jailku mulai muncul untuk kabur lewat jendela kamar, tapi sayangnya kamarku berada di lantai tiga. Sama saja aku cari mati. Tapi, terdapat dua pintu utama yang menjadi jalan keluar dari rumah. Satu pintu depan dan yang satunya berada di belakang. Pintu belakang terhubung langsung dengan taman dan garasi mobil, kalau pintu depan langsung menghubungkan dengan beranda rumah dan juga halaman depan rumah. Aku yakin dia sudah sampai di depan rumah sekarang. Tidak ada jalan untuk kabur. Tapi, aku juga tidak mau kabur hari ini karena salju turun. Hawa dingin selalu membuatku lumpuh sehingga aku tak dapat berbuat apa-apa. Itulah yang kubenci saat salju turun.
Beberapa menit bersiap diri, aku mulai keluar rumah. Benar, dia sudah berada di depan rumah. Maka dengan segera aku berlari masuk ke mobil tapi dia sudah keluar membawakan payung untukku. Diriku dipayungi olehnya dan salju yang seharusnya jatuh diatas rambutku kini tidak mengotori rambutku. Dalam keadaan ini pun dia menggunakan kekuatannya untuk berlari dan memberikan payung agar salju tidak mengotoriku. Kuakui, kerjanya bagus tapi berlebihan. Aku tak suka diperlakukan romantis oleh orang ini.
Kemudian, dia menuntunku masuk ke dalam mobil. Suasana di dalam mobil memang benar-benar hangat daripada di luar. Udara dingin itu hampir membuatku membeku, untungnya dia cepat datang. Jujur, suasana menjadi hangat saat dia di dekatku, dan juga nyaman. Tapi, saat perjalan terjadi kebisuan diantara kami berdua. Aku tidak tahu mengapa dia cukup pendiam akhir-akhir ini. Aku juga merasa aneh jika suasana menjadi sunyi saat di dekatnya. Kukenal dirinya itu orangnya banyak bicara.
“Perempatan depan, kau belok kiri. Lalu berhentilah sebentar di depan toko roti.” Kataku. Seperti biasa dia melakukannya dengan patuh.
Sesampainya di depan toko roti, dia memarkirkan mobilnya di lapangan parkir yang kecil, mungkin cukup tiga mobil. Lalu dengan cepat dia keluar mengambilkan payung untukku lagi sebelum aku selesai melepaskan sabuk pengaman. Pintu dibukanya dan udara dingin membuat kakiku langsung tidak mau bergerak. Ini demi anakku, maka aku bisa menggerakannya walaupun masih ada rasa malasnya. Dengan setia dia memayungkan diriku dan mengantarkanku masuk ke dalam toko roti. Hawa dingin tak ada lagi setelah aku masuk ke dalam toko. Kulihat dirinya berdiri di luar sambil menutup payung yang basah. Aku mengabaikan dirinya dan memilih-milih bahan-bahan roti yang akan kubeli. Setelah itu kubayar semuanya. Lalu aku keluar toko dengan dirinya masih dengan setia memayungi diriku. Dari dulu aku memang tidak suka diperlakukan seperti tuan putri walaupun aku tahu bahwa aku tidak keturunan bangsawan.
Kemudian, aku menyuruhnya untuk mengantarkanku ke mall yang jaraknya tidak ada lima puluh meter dari toko roti. Aku mulai malas lagi untuk melangkahkan kakiku saat hawa dingin seperti ini. Aku masih menyukai jalan kaki jika suasana mendukung. Jika menggunakan mobil, tidak ada dua menit aku sudah sampai di mall itu. Dia harus memarkirkan mobilku ke parkir bawah tanah atau di lantai-lantai atas yang tersedia. Kurasa pantasnya berada di lantai bawah tanah karena lebih dekat dari supermarket. Tapi ternyata dia malah memarkirkannya di lantai empat. Aku menolak untuk protes kepadanya. Tidak penting membuang tenaga untuk protes.
Di parkir mobil, hawanya sedikit dingin karena udara dingin masih bisa masuk walaupun sedikit. Maka aku berjalan cepat agar sampai di dalam mall yang hangat. Yang membuatku suka saat di dalam ruangan adalah suasana di dalamnya selalu membuatku nyaman. Aku tahu bahwa hari ini salju turun, tapi saat aku berada di mall misalnya, aku bisa langsung lupa bahwa hari ini musim dingin. Benar-benar aneh diriku ini.
Di lantai empat, banyak toko sepatu dan kebetulan ada promo dari sepatu limited edition dari salah satu merk sepatu terkenal. Anak perempuanku benar-benar menginginkan itu. Segera aku bergabung pada gerombolan ibu-ibu yang hendak menawar sepatu itu. Sepatu itu bagiku simpel tapi modelnya juga bagus. Kualitasnya? Jangan ditanya lagi. Sepatu ini berhigh heels pendek dan cocok juga untuk anak sekolah. Ini model terbaru yang keluar. Sepertinya ini akan diadakan lelang karena saking banyaknya pembeli. Memang boleh? Aku penasaran soal itu.
“Baik ibu-ibu semuanya. Saya mendapatkan izin untuk melelang sepatu ini.” Kata seorang laki-laki berdiri di tengah kerumunan sambil mengangkat sepatu itu.
Ini sedikit lucu karena sepatu bisa dilelang.
“Mulai dari harga asli sepatu ini yang dipotong sepuluh persen, menjadi tiga juta lima ratus ribu dollar.” Katanya lagi.
Sepatu seperti itu benar-benar harganya mengerikan. Aku memang memiliki uang cukup untuk membelinya tapi aku tidak suka pemborosan karena harganya terlalu tinggi. Aku bisa meminta seorang desain sepatu untuk membuatkan sepatu untuk anakku tapi ini sudah terlambat. Hari ini ulang tahun putriku dan aku harus mendapatkannya. Dengan segera aku mengangkat tanganku untuk memberikan harga lebih pada sepatu itu. Tapi, aku dipilih paling akhir dan harganya sudah hampir enam juta dollar.
“Anda?” kata lelaki pelelang itu sambil menunjuk kepadaku.
“Maaf, harga terakhir tadi berapa?” tanyaku sedikit berteriak. Suaraku benar-benar kalah dengan kerumunan.
“Lima juga sembilan ratus ribu dollar, Ma’am.” Jawabnya.
“Saya, enam juta dollar.” Kataku langsung. Lebih baik menawarkan harga tidak terlalu jauh.
“Baik, ibu itu melelang sepatu ini enam juta dollar. Ada yang lebih?”
Masih saja yang menunjukan jari diantara banyak ibu-ibu yang ada di sini. Aku mulai kesal karena kesempatanku mendapatkan sepatu itu dengan harga yang lebih murah gagal. Harga makin melonjak dan menjadi benar-benar mahal sekali. Aku diam sampai ada yang terakhir tetap mengajukan tangannya melelang sepatu itu. Akhirnya masa-masa yang tunggu akhirnya tiba. Aku mulai mengangkat tanganku tapi seseorang menahannya. Dia adalah pengawalku yang ternyata memperhatikanku berpikir dalam permainan uang. Tiba-tiba dirinya yang mengajukan jari.
“Tiga puluh juta dollar.” Katanya berteriak dan seluruh orang yang berada di kerumunan mendengarkannya. Aku benar-benar terkejut karena harga yang dilelangnya dua kali lipat dari harga sebelumnya. Dia keterlaluan melelang sepatu seharga sebesar itu. Tentunya kerumunan menjadi sunyi.
“Baik, tiga puluh juta dollar. Ada yang berani lebih?” kata laki-laki pelelang senang karena dia sangat untung.
Kukira tidak aka nada lagi yang akan melelangnya lebih dari tiga puluh juta dollar, tapi seorang ibu yang berpakaian feminim mengangkat tangannya dan melelangnya lebih tinggi.
“Tiga puluh juta seratus ribu dollar.” Katanya.
Lagi-lagi pengawalku mengangkat tangannya. “Tiga puluh satu juta dollar.” Dia benar-benar ingin menghabiskan uangku.
Akhirnya, tidak ada yang berani melelang lagi. Harga segitu sudah sangatlah besar apalagi hanya sepatu itu saja. Jika harga sebesar itu untuk membeli mobil, baru itu sangatlah murah bagiku. Ini sepatu bukan mobil!
Pengawal bodoh itu maju untuk mengambil sepatu itu sambil mengeluarkan dompetnya. Ini membuatku malu karena ternyata dia membelinya untuk dirinya sendiri tapi, untuk siapa? Dia belum menikah walaupun umurnya tiga tahun lebih tua dariku yang sudah berumur tiga puluh sembilan. Setelah itu, kerumunan mulai bubar. Tinggal aku saja yang menetap menunggu dirinya berjalan membawa kotak sepatu itu lalu memberikan kepadaku.
“Lain kali lebih pintar dalam melelang barang.” Katanya mengejekku.
Aku mulai menyukai ini karena akhirnya dirinya tidak sok sopan kepadaku.
“Kau membelikanku ini?” tanyaku.
“Ambil saja. Sudah lama aku tidak membuang uangku.” Katanya sedikit sombong.
“Kau sekarang sombong.” Kataku.
Dia menatapku linglung. “Benarkah?” tanyanya polos.
Aku diam tidak menjawab lalu aku berjalan ke supermarket. Kusimpulkan hari ini bahwa seseorang membelikanku sepatu seharga tiga puluh satu juta dollar. Padahal sepatu itu akan kuberikan kepada anakku. Selain itu, jarang juga anakku menerima kado dari orang lain. Lain kali akan kubelikan kado untuknya yang lebih spesial dari ini.
Sampai di depan supermarket, aku tiba-tiba ingin ke toilet. Aku meminta ijin dahulu bahwa aku ingin ke toilet sambil menitipkan box  sepatu kepadanya. Lalu aku sendirian ke toilet. Entah perasaanku saja atau memang kenyataannya. Suasananya menjadi sunyi saat aku ke toilet. Sesampainya di toilet wanita, di dalamnya pun juga sepi. Jarang orang menggunakan toilet ini padahal hawa sedang dingin. Untungnya aku tidak perlu antre untuk itu.
Selesai itu, aku keluar toilet dan udara dingin menyerbuku. Aku tidak suka ini. Kulihat ke sekelilingku, tidak ada orang lain di sekitarku. Semuanya kosong dan hanya aku. Saat aku membalikan tubuhku, kulihat sosok berdiri di depanku. Sosok itu memakai jubah hitam mirip malaikat pencabut nyawa. Wajahnya tidak terlihat olehku karena kerudung jubah itu menutupinya. Aku mundur beberapa langkah dan dia mengikutiku. Entah apa tujuannya tapi perasaanku tidak enak soal ini. Kucoba untuk terus mundur tapi aku terpeleset dan akhirnya terjatuh.
Dia semakin dekat denganku dan mengulurkan tangan kanannya tepat di leherku. Apa dia hendak mencekikku dengan tangannya yang tertutup sarung tangan itu? tidak mungkin! Pasti ada keamanan yang melihat ini dan menyerbu orang aneh ini. Semakin mendekatnya orang itu, semakin aku dapat melihat wajah orang itu dengan jelas. Aku membeku dan kedua mataku terbuka dengan lebar-lebarnya. Benarkah ini terjadi padaku? Aku melihat orang itu. Dan aku merasa shock. Tiba-tiba orang itu bangkit berdiri dan matanya yang tajam dapat kulihat. Mata itu berwarna hijau yang indah. Lalu pergi dengan berlari menjauh dariku. Beberapa detik kemudian, pengawalku datang berlari kepadaku. Dia tahu apa yang terjadi padaku. Maka dengan cepat ia berlutut di depanku. Dipegangnya kedua pipiku untuk menyakinkanku yang masih shock ini.
“Al, tatap aku.” Katanya yang kudengar di dalam bayangan pandanganku. Aku tahu ini dia dan aku tak bisa menghilangkan bayangan di mataku. “Al, kau di sini kan?” katanya lagi.
Kuarahkan kedua mataku kepadanya. Dia terlihat buram, tapi lama-kelamaan tidak juga. Pandanganku membaik setelah aku memandangnya. Wajahnya benar-benar khawatir terdahapku. Entah sejak kapan aku melihat wajah itu, sepertinya aku merindukan wajah khawatir yang mirip seperti itu. Benar juga, sudah sangat lama. Sebuah senyuman dan kebahagiaanku dahulu. Tapi jika dilihat sekarang, itu adalah sebuah masa lalu yang menyakitkan. Kebahagiaanku tidak selama itu. Semuanya hanyalah ilusi. Cinta hanyalah sebuah ilusi, seperti katanya kepadaku.
Mataku akhirnya dapat melihat dengan baik sekarang. Aku bisa melihat pengawalku dengan wajah khawatir dirinya. Rasanya sikap prefesionalnya lenyap seketika. Aku mengenal dirinya yang tidak suka bersikap sok resmi itu. Kelihatannya dia tertekan.
“Kau di sini, Al?” tanyanya untuk meyakinkanku.
Aku memejamkan kedua mataku sambil menganggukan kepalaku beberapa kali. Dan setelah aku membuka kedua mataku, wajahnya tampak lega dan kekhawatirannya benar-benar hilang.
“Apa orang itu menyentuhmu? Aku tak bisa mendapatkan gambaran jelasnya.” Katanya sedikit bernada khawatir dan penasaran.
“Tidak. Dia hanya lewat saja.” Kataku lalu berbohong.
Kedua matanya tiba-tiba tajam menatapku dan aku sudah mulai tidak menyukai ini. Kemudian dia bangkit berdiri dan membantuku untuk berdiri. Kukira dia akan menegurku kalau aku berbohong kepadanya tapi ternyata tidak. Dia menyuruhku untuk segera berbelanja dan pergi dari tempat ini. Aku berpikir bahwa dia benar-benar masih tidak tenang karena orang tadi—orang berjubah hitam. Begitupun aku juga tak bisa tenang karena ini benar-benar mengejutkan.

Aku memakan waktu sekitar tiga puluh menit untuk berbelanja. pengawalku membantuku memilih-milih makanan yang cocok untuk makan malam nanti. Aku benci itu karena dia bersikap seperti suamiku saja. Aku ini masih single dan aku tidak akan pernah pergi ke pelaminan pernikahan yang tidak pernah kuharapkan sejak kata-kata menyakitkan itu muncul di pendengaranku. “Cinta hanyalah ilusi begitupun aku. Jangan harap kau akan menemukanku setelah ini. Dan anak yang kau kandung itu bukan anakku, aku tidak akan pernah mengakui dia sampai kau menangis-nangis di depanku. Aku bukan ayah dari anakmu!” Ini benar-benar menyakitkan hatiku sampai sekarang ini. Siapa tahu tentang takdir? Aku percaya akan satu hal masih kupercaya hingga saat ini, bahwa masa depanku tidak akan sesuram itu, semua manusia selalu bahagia di dunia ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza Rahadian  dalam PERAHU KERTAS Kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji