Langsung ke konten utama

Bag 1.2

Aku diam melamun duduk di meja nomor tujuh. Sekarang aku berada di sebuah restoran untuk makan siang. Aku masih belum menemukan kado untuk putraku. Menjadi single perent ternyata cukup rumit juga. Seandainya aku bisa merubah masa lalu…
Tiba-tiba kurasakan bahwa pengawalku menyentuh tanganku yang berada di atas meja. Dia tenyata memperhatikanku dari tadi melamun tanpa sebab. Kedua alisnya bertaut tanda penasaran. Kulihat dirinya dengan tanpa ekspresi dan saat itu juga ia menarik tangannya kembali.
“Ada apa?” tanyanya akhirnya.
Aku diam sebentar. “Masa lalu,” kataku pelan lalu aku menyeruput minumanku. Aku merasa bodoh karena menjawabnya dengan jujur.
Kulihat dirinya kembali dan syukurlah dia tidak memperhatikan diriku lagi. Aku sedikit lega aku bisa bergalau sendirian tanpa ada orang lain lagi.
“Hei,” dia memanggilku. “jangan diingat lagi.” Terusnya. Aku lupa bahwa dia mengetahui itu—memang tahu.
“Aku selalu mengingatnya jika aku mengingat anak-anakku.” Jawabku. Tiba-tiba aku merasa ingin mencurahkan isi hatiku padanya.
“Lalu?” tanyanya sedikit ketus.
Aku langsung menutup mulutku rapat-rapat. Aku mengubah pemikiranku tadi. Dia tidak pantas untuk tempat curahan hatiku. Percuma saja, suatu saat pasti aku akan sakit hati karena dirinya yang ketus itu.
Salad ayamku akhirnya tiba juga. Aku sudah menunggu cukup lama dengan kegalauanku selama ini. Benar juga katanya, masa lalu yang suram jika diingat akan terus membawa duka. Lebih baik aku tidak memikirkan itu lagi untuk ke depannya. Benar-benar menyakitkan.
Selesai makan siang, aku jalan-jalan kembali mencari-cari sesuatu yang bagus untuk putraku. Anakku yang paling muda ini sudah kuliah walaupun umurnya masih tujuh belas tahun. Dia sangat pintar sehingga dia mengahabiskan masa-masa SMP dan SMA hanya empat tahun. Aku senang jika aku memiliki anak seperti dirinya. bukan hanya pintar, tetapi kemandirian dan sikap kedewasaannyalah yang membuatnya pantas menjadi kepala keluarga sebenarnya. Sebenarnya aku juga sedikit iri karena aku juga masih sedikit kekanak-kanakan. Selain itu, dia juga mau-maunya meladeni sikap kekanak-kanakanku ini.
Kucoba ke toko pakaian, tidak ada yang cocok dengan selera. Toko sepatu, hasilnya juga sama. Lalu aku mencoba ke toko gadget. Kurasa dia akan menyukainya. Tapi saat aku mengingat sesuatu tentang kesukaannya, aku langsung tersadar. Kado yang pantas adalah kado yang tidak pernah dia terima sebelumnya. Benar juga, aku belum pernah menguji bakat lainnya darinya yang tak pernah dikeluarkan. Kurasa itu akan bagus.
Kutarik pakaian pengawalku dan kubisikan permintaanku kepadanya. Dalam urusan seperti ini, dia pasti lebih mengetahuinya dari pada aku. Awalnya dia menolak dengan berbagai alasan, tapi aku sedikit merengek kepadanya karena ini sangatlah penting—untuk anak kesayanganku. Akhirmya dia menyerah juga, dan dia akan menelpon orangnya untuk mengantarkan barang yang kuinginkan secepatnya. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Entah perasaanku saja atau memang benar, dia sedikit tertarik jika aku tersenyum bahagia seperti tadi. Bodoh sekali, aku tidak peduli soal itu.
Setelah berjam-jam berbelanja, akhinrya aku mengajaknya pulang karena tidak ada kepentingan lagi di luar rumah. Selain itu, aku juga masih sedikit trauma tentang orang aneh berkerudung itu. Penampilannya yang mirip malaikat pencabut nyawa itu sedikit membuatku takut karena aku percaya akan takayul hantu. Tidak hanya itu, aku juga takut kalau orang itu dikirim oleh seseorang untuk membunuhku. Sebenarnya aku bisa jaga diri dan aku juga bukan orang biasa. Bisa dibilang aku sedikit berbeda tapi perbedaan diriku ini tidak terlalu menonjol dan sempurna bagi orang-orang yang benar-benar berbeda.
Aku sampai di rumah pukul empat sore. Kebetulan masih ada waktu sebelum jam sembilan malam. Segera aku meletakan semua barang-barang belanjaanku di ruang tamu dan menyuruh seorang pelayan untuk membawanya ke dapur kecuali barang-barang khusus kado untuk anak-anakku yang ku bawa masuk ke dalam kamarku. Lalu aku mandi dan membungkusi kado-kado itu. Tapi masih ada yang kurang. Sesuatu yang sangat spesial yang ingin aku berikan kepada anakku terutama putraku. Bukan hanya benda yang kupesan lewat pengawalku itu saja, melainkan milikku sendiri yang lama sekali tidak kugunakan. Benda itu sebenarnya berada di rumahku sebelumnya dan aku sudah menyuruh orangku untuk mengantarkannya ke rumah keluargaku. Sekitar jam enam nanti paketku sudah sampai di rumah.
Sekitar setengah enam sore, aku mulai memasak. Pengawal setiaku melihatku memasak di dapur sambil bermain pisau. Dilemparnya pisau itu dari tangan kanannya ke tangan kirinya lalu sebaliknya. Kulihat dirinya seperti anak kecil yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Wajahnya murung dan aku penasaran mengapa dirinya seperti itu. Aku tidak bisa tenang memasak jika melihatnya seperti itu, akhirnya kuminta pisau itu darinya dengan mengulurkan tanganku menunjuk pisau itu. Dia melemparkan pisau itu kepadaku dan kebetulan yang kutangkap tepat pada pegangan pisau. Jika tidak, tangaku pasti sudah terpotong oleh pisau itu. Dan lagi-lagi aku akan melihat ekspresi dari laki-laki itu.
Selesai meracik bumbu, aku keluar dari dapur untuk mengambil paketku. Pengawalku sedang bermain bola basket di taman belakang yang kebetulan berada di belakang dapur yang dipisahkan oleh dinding kaca dan beranda belakang. Taman itu masih berada di dalam ruangan besar sehingga salju tidak mengotori taman itu. Ini membuatku tenang karena aku bisa melihatnya melakukan aktivitas yang disukainya. Setidaknya aku juga selalu memberikannya kebebasan yang baru kali ini dia gunakan. Aku tidak mau menyusahkan orang lain.
Saat aku menerima paketku, ternyata ada dua. Yang satunya bentuknya sangat panjang dan sedikit berat. Benda ini dibungkus dengan kertas dan plastik jadinya aku tidak tahu pasti apa ini. Aku penasaran apa benda ini sebenarnya.
“Bendanya sudah datang?” tanya pengawalku tiba-tiba berada di belakangku. Aku membalikan badanku.
Jadi ini benda yang kupesan tadi. Tak kusangka secepat ini dalam beberapa jam. Kurasa pemaketkan barang tidak secepat ini apalagi antar negara.
“Ini bendanya? Kok cepat?” tanyaku penasaran.
Dia mengambil benda panjang itu karena melihatku kesusahan membawa barang-barang berat.
“Kau bilang secepatnya.” Katanya.
“Bisa esok ataupun lusa, tidak harus hari ini.”
“Sudah terlanjur. Lalu, kau ingin meletakan ini dimana?”
Aku mengambil benda yang dibawanya itu dan membawanya ke kamarku. Aku tidak mau dia mengungkap semuanya yang kurancang dengan diam-diam ini. Terlebih paketku yang sebenarnya. Kututup pintu kamarku dan kumasukan barang-barang itu ke dalam lemari pakaianku. Aku menyadari kendalaku sekarang, aku memerlukan sebuah lemari lagi untuk barang-barang baru yang cocok dengan benda ini. Kemudian, aku menutup pintu lemari dan tiba-tiba aku terkejut karena pengawalku berada di dalam kamarku—di depan pintu. Pintunya masih tertutup rapat.
“Ada apa?” tanyaku. Aku mengenal dirinya yang suka menyelinap masuk tanpa permisi. Mirip hantu.
“Benda-benda itu akan kau berikan kepada Kevin?” tanyanya.
“Dia anakku dan dia pantas mendapatkannya.” Kataku ketus.
Dia mendekatiku sampai sangat dekat denganku. Tidak ada satu meter diantara kami. Wajah kami benar-benar dekat.
“Kau berlebihan membawanya masuk ke dunia surammu.” Katanya pelan kepadaku tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
“Kau tidak berhak mengaturku, Calvin.” Balasku.
Ada tiga hal yang kubenci darinya. Satu, dia bersikap sok sopan serta resmi kepadaku. Kedua, dia juga terkadang suka mengaturku entah secara halus atau tidak. Ketiga, dia juga bersikap romantis kepadaku. Kini, saking wajah kami berdekatan, kami seperti hendak berciuman. Jantungku berdetak lebih cepat dan semakin cepat. Aku pernah mengalami ini sebelumnya dimasa mudaku dahulu. Dimana waktu itu aku benar-benar mencintai seseorang dan akhinrya aku kehilangan dirinya. Lagi-lagi aku merasakan sakit hati itu. Aku tidak ingin terulang untuk kedua kalinya lagi. Cukup sekali aku harus merasakan penderitaan menyakitan ini.
Aku menarik wajahku disaat bibir kami benar-benar sudah bersentuhan. Hanya menempel sedikit kemudian aku menariknya. Aku melewatinya seperti tidak ada yang terjadi. Kurasa dirinya juga mulai sadar apa yang hendak diperbuatnya. Aku, mulai tidak peduli dan mencoba untuk lebih hati-hati darinya. Laki-laki itu juga masih single sampai sekarang ini. Juga masih tampan dan muda. Tidak ada yang menyangka bahwa umurnya sudah lebih dari empat puluh tahun, begitupun aku yang melihatnya tiga bulan yang lalu setelah kami lama tak jumpa.
Aku berjalan ke dapur untuk melanjutkan memasak. Disamping itu, aku juga mengawasi orang itu dari pandangan jauhku. Aku bisa mendeteksi sekitarku dalam jarang sekitar seratus meter. Sebenarnya bisa diperluas jarak deteksinya, tapi aku jarang berlatih untuk itu. Tugasku bukan itu, tugasku adalah menjaga dan membahagiakan anak-anakku. Tak lebih dari itu.
Menjadi orang yang berbeda memanglah dirasakan aneh sekali karena perbedaan kekuatan diantara orang yang berbeda dengan orang biasa. Aku sebenarnya terlahir sebagai manusia lemah dan tak berdaya. Yang bisa kulakukan adalah menangis setiap harinya karena takut dan sakit hati. Ketakutanku dahulu benar-benar membuatku tidak berdaya sehingga bisa membuatku takut untuk keluar rumah. Suata saat atau lebih tepatnya suatu kejadian, aku meminta kakakku untuk merubahku. Bukan berarti merubahku menjadi mahluk lain yang aneh. Awalnya aku melihat betapa tangguhnya kakakku walaupun ia sedang sedih atau sakit hati. Wajahnya dengan sempurna dapat menutupi itu semuanya. Selain itu, aku juga melihat dari orang-orang yang berbeda lainnya, dan mereka benar-benar kuat. Hati mereka sangat tangguh dalam mengahadapi apapun. Oleh sebab itu aku ingin merubah semua hidupku.  Aku berubah di umurku sekitar sembilan belas tahun. Setelah itu, hal buruk terjadi. Resiko dari apa yang kulakukan adalah hilangnya semua memori otakku. Aku tidak mengenal diriku sendiri dan semua keluargaku, termasuk dirinya yang telah menyakitiku. Sepanjang hari, kakakku terus mencoba untuk mengembalikan ingatanku karena baginya adalah hal yang terbaik tapi tidak bagiku. Dalam beberapa bulan aku bisa pulih dari amnesia totalku. Aku ingat segalanya dari awal hingga alasan mengapa aku berubah. Yang mengetahuinya adalah kakakku yang sangat peka. Dia melihat perubahanku dalam beberapa hari. Sikap baruku yang kutanam setelah aku amesia total itupun masih aku lakukan. Hingga saat ini, semua keluargaku tidak ada yang tahu bahwa aku sudah ingat segalanya kecuali kakak. Aku tidak ingin semua orang tahu bahwa aku ingat segalanya. Itu sangat memperburuk keadaan.
Sesampai di dapur, aku mulai melanjutkan memasak. Walaupun masih ada pikiran tentang ciuman kecilku dengan Calvin, aku berusaha terus agar itu tidak mengangguku memasak. Ini tidak lucu jika masakanku terasa manis karena aku tertukar memasukan gula bukan garam. Aku selesai memasak mulai dari makanan pembuka sampai makanan penutup pukul setengah delapan malam. Akhinrya aku selesai juga memasak yang menghabisan berjam-jam ini karena ini akan menjadi malam spesial.
Aku meletakan semua hidangan ke atas meja di dalam dapur. Aku meminta beberapa pelayan untuk mengantarkannya pada saat yang tepat. Kemudian aku duduk-duduk santai di ruang tamu menunggu anak-anakku yang belum pulang.
Anak pertamaku, Vania, memiliki kegiatan basket yang harus diikuti jam enam sore. Dia langsung pergi setelah pulang sekolah. Dan dia pulang pukul tujuh malam, mungkin sebentar lagi dia pulang. Sedangkan anak keduaku, Kevin, dia sedang perjalan pulang dari Inggris. Aku benar-benar merindukan dirinya karena lama tak berjumpa. Dia berkuliah di Oxford University dan mendapat beasiswa yang besar. Aku membanggakan dirinya dan terus mendukungnya apapun tujuan hidupnya yang tidak kuketahui. Dia berkata kepadaku bahwa ini sebuah kejutan untukku dan aku yakin sekali bahwa masa depannya akan bagus karena dirinya selalu berhati-hati dalam memilih keputusan.
Kedua anakku ini kembar, yang keluar dahulu yaitu Vania kemudian Kevin. Vania memiliki wajah yang mirip denganku tapi bermata biru indah, postur tubuhnya yang tinggi dan juga memiki body yang mirip dengan gitar spanyol. Kulitnya sudah kencang karena dirinya sering berolah raga dan tak lupa aku iri jika aku masih seumuran dirinya. Aku tidak memiliki tubuh dan wajah secantik dirinya waktu itu.
Sedangkan Kevin, menurutku wajahnya sedikit ketimuran. Kulitnya berwarna putih kecokelatan dan mata berwarna cokelat seperti diriku. Rambutnya yang hitam lurus dan pendek. Tubuhnya tinggi melampaui tinggi tubuhku dan tubuh kakakknya. Dia mirip pemimpin keluarga ketimbang diriku.
Semua anak-anakku adalah salah satu orang berbeda tapi jauh lebih sempuran berbedanya ketimbang aku apalagi kakakku. Salah satu faktornya adalah karena mereka dilahirkan, bukan seperti kakakku dan aku yang dibuat dengan sebuah serum sehingga kami berbeda. Kata kakak, kekuatan mereka bisa lebih kuat dari kakakku. Mereka bisa dibilang masalah dunia jika berada di tangan yang salah. Ini adalah tugasku untuk menjaga dan melindungi mereka. Aku sangat mencintai mereka dan aku harus membuat mereka tahu bahwa ada dua hal di dunia ini—baik dan buruk. Aku ingin mereka tahu jalan yang mereka pilih dengan hati nurani mereka. Itulah tugas dan misiku mengapa aku hidup setelah rasa sakit hatiku karena ayah mereka… bukan! Dia tidak mengakui mereka sebagai anak-anaknya dan tidak pantas dibilang seperti itu. Laki-laki berengsek itu, benar-benar menyakitkan!
Air mata menetes lagi entah untuk beberapa kalinya setelah aku mengingat masa suramku lalu. Apakah aku pantas beduka sekarang? Hari ini adalah hari berbahagia karena bertambah umur anak-anakku. Senyuman mereka, kebahagiaan mereka, dan hidup mereka adalah tujuanku. Sudah lama aku terus berjuang untuk melupakan masa lalu, tapi seperti yang kukatakan, “aku mengingat masa laluku disaat aku mengingat anak-anakku.” Karena dia! Dia! Dia adalah ayah mereka! Ya Tuhan, aku menangis lagi karena ini. Air mataku makin deras mengalir keluar dari kedua mataku. Aku tidak dapat berhenti. Oh, tidak! Aku tidak dapat berhenti! Aku tidak dapat berhenti menangis. Rasa sakit ini benar-benar menyakitkan sampai sekarang aku bisa merasakannya seperti pada waktu itu.
Cinta hanyalah ilusi begitupun aku. Jangan harap kau akan menemukanku setelah ini. Dan anak yang kau kandung itu bukan anakku, aku tidak akan pernah mengakui dia sampai kau menangis-nangis di depanku. Aku bukan ayah dari anakmu!
Kata-kata itu masih kuingat sampai sekarang dan sangat jelas di dalam memoriku. Aku berdiri di sana memegangi perutku yang sedikit buncit sambil menerima kata-kata itu. Hatiku hancur dan sakit. Air mata terus menetes dari kedua mataku berbulan-bulan. Rasa sakit ini seperti hidup permanen di dalam hatiku. Aku tidak tahu kapan ini akan menghilang.
Bangkit berdiri, lalu aku berlari masuk ke kamarku. Akan memalukan jika anak-anakku melihat ini. Aku tidak ingin mengacaukan semua rencana yang kubuat ini. Tanpa sadar, aku menabrak Calvin. Kepalaku terbenam di dadanya dan aku menangis di sana. Aku memerlukan sesuatu yang dapat menghilangkan sakit hatiku. Kedua anakku tidak cukup untuk menghilangkannya. Mereka hanya memudarkannya tapi juga menyisakan sakit yang amat sakit. Aku benar-benar sakit hati.
Kedua tangan Calvin memelukku sambil membelai rambutku yang panjang untuk menenangkanku. Dia mengerti perasaanku dan aku sempat tidak yakin akan itu. Aku memerlukan dirinya untuk menghilangkan rasa sakitku, tapi aku ragu dan takut. Takut rasa sakit yang akan kurasakan kelak jauh menyakitkan. Aku harus menolak cinta baru.

Kulepaskan pelukan dirinya lalu berlari ke kamar. Kukunci kamar dan biarkan aku menyendiri untuk menenangkan diri. Aku bisa menenangkan diri jika aku sendirian. Karena aku selalu hidup di tengah-tengah kesendirianku yang suram.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza Rahadian  dalam PERAHU KERTAS Kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji