first aku pingin ucapin makasih banget sama Vita yang bantuin aku selama ini. Xixi... :D
and here we go. this my new story will be novel, I think. But I wish it will done quickly... And happy reading :D
and here we go. this my new story will be novel, I think. But I wish it will done quickly... And happy reading :D
Prolog
Hal baik dapat
menjadi hal buruk. Itu adalah kata-katanya yang dengan yakin ia katakan. Entah
mengapa kata-kata itu keluar dari mulutnya dengan yakinnya dan mungkin akan
sulit untuk menariknya kembali. Di sampingnya, terdapat seorang gadis yang sedang
duduk manis sambil mengotak-atik sebuah benda yang ia bawa. Benda itu memiliki
ketebalan yang tipis dan memiliki panjang dan lebar yang tidak terlalu besar.
Setelah mendengar kata-kata dari rekannya ia meletakan benda itu di atas meja
lalu berkata,
“Kata-kata itu
sungguh membosankan. Kau sebaiknya mencari kata-kata yang sedikit bermutu di
tengah kondisi kita. Misalnya menghibur...”
“Tapi, kita
harus membuat kesimpulan.”, putus laki-laki itu yang masih saja berdiri di
samping gadis itu.
“Kesimpulan?
Lebih baik itu jangan dilakukan sekarang. Dan lebih baik kau harus berhati-hati
dengan sekitarmu termasuk aku.”, kata gadis itu sedikit muak terhadap rekannya
yang suka membuang-buang waktu dengan kata-kata yang membosankan. Terkadang
laki-laki itu membela dirinya dengan kata-kata itu adalah sebuah kesimpulan
dari informasi yang ia dapat. Tapi jujur saja informasi yang selalu diterimanya
bukanlah informasi yang akurat, jadi sangatlah berat bagi gadis ini untuk
mempercayainya.
Ia mulai
mengambil benda persegi panjang yang tipis itu di atas meja lalu mengotak-atik
aplikasinya. Ia mulai sangat serius dengan mengotak-atiknya. Di sampingnya
masih saja berdiri dengan tegapnya memikirkan sebuah atau mungkin beberapa
kata-kata tidak bermutu lagi. Tapi akhirnya laki-laki itu menyerah dengan
pemikirannya. Lalu ia mengambil sesuatu yang menggantung pada saku kanan dari
jas hitamnya.
Ia mulai
mengambil benda itu dari dalam sakunya lalu memainkannya seperti anak kecil
sedang bermain pistol mainan berwarna hitam. Dia memainkan pistol itu dengan
memutar-mutarnya dengan jari telunjuk kanannya. Lalu ia mengarahkan pistol itu
ke gadis yang duduk di sebelahnya. Gadis yang masih serius dengan tablet yang
ia bawa mulai sedikit tersenyum menghina ke rekannya.
“Kau itu lebih
baik memilih pistol yang lebih baik dari itu. Lagian kemampuanku lebih baik
darimu.”, kata gadis itu yang masih menatap layar tablet putih yang ia pegangi.
Laki-laki itu mengeluarkan nafasnya dengan cepat lalu membalasnya,
“Ah... kau
ini. Aku juga ingin memiliki senapan yang lebih berat juga, seperti senapan SMG
yang kadang-kadang kau gunakan itu.”
“Haha...
pemula sebaiknya gak main-main dengan benda beneran
sebenarnya.”, ejek gadis itu lalu tertawa. Suara lembut tawaannya memecah
kesunyian di tempat itu.
“Siapa yang pemula?!”,
tanya laki-laki itu kesal. Ia meletakan kembali pistol itu ke dalam sakunya
kembali lalu melipatkan tangannya di dadanya.
“Baik,
baiklah. Kau adalah seniorku yang selalu menjadi junior untuk penyamaran, kan?”, jawab gadis itu lalu tertawa
kecil. Ia sudah selesai dengan tablet itu lalu ia masukan ke dalam tas
hitamnya. Segera ia mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi dan senapan yang
sudah terisi penuh oleh puluru. Ia mengambil tas gendong kecil berwarna
hitamnya yang berisi peralatan obat-obatan ringan jika terjadi cidera,
tabletnya sebagai informasinya, sebagian peluru yang tersisa, dan beberapa
permen mint faforitnya sebagai pelepas dahaganya.
Lalu ia
mengambil sebuah senapan yang berdiri bersandar pada kursi dimana ia duduk.
Senapan itu berjenis sniper dengan scope di atasnya. Sniper itu berwarna hijau
tua gelap dengan ujungnya kecil dan lurus menunjukan kalau itu adalah jenis
sniper yang baik digunakan. Gadis ini sangat jago dalam bidang menembak dengan
sniper tetapi harus menerima kelemahanannya yaitu tidak dapat menyerang dengan
jarak yang sangat dekat karena sniper termasuk serangan jarak jauh. Itu tidak
berpengaruh terhadapnya, ia selalu mengantongi dua buah pistol di paha kanan
dan kirinya untuk menyerang dalam jarak dekat. Kualitas pistol yang ia pilih
seharusnya tinggi karena seorang sniper pasti mencari tipe pistol yang berjenis
kecepatan dan kekuatan. Tentu ini sangat membantu seorang sniper untuk berlari
menjauh dari musuh lalu bersembunyi dari jarak yang cukup jauh.
Bagi gadis
ini, jarak berapapun tak jadi hambatannya. Ia cerdas dalam mengatur segala hal.
Dan juga mempersiapkan segalanya juga. Ia selalu mengisi penuh setiap senapan
yang langsung ia bawa dan mengantong beberapa kotak peluru senapan yang ia bawa
langsung itu ke dalam jaket hitam faforitnya. Tentu saja ini sangat membantu
saat pengisian peluru. Tapi, gadis ini memiliki kekurangan dalam berlarinya
walaupun larinya sangatlah kuat. Senapan yang ia bawa kebanyakan terlalu berat.
Sebagai contoh senapan sniper ini, beratnya hampir enam kilogram. Tentu dia
terlalu keberatan dalam membawanya. Tapi dia tipe gadis yang idealis. Ia tetap
pada satu prinsip yang selalu berubah sesuai dengan kondisinya sendiri. Tentu
ini tidak begitu halangan baginya.
Semuanya sudah
siap dan tinggal ia menunggu laki-laki yang dari tadi berdiri tidak jelas.
Laki-laki itu hanya menatapnya dengan sedikit kagum atas semuanya yang ia
persiapkan memang sungguh-sungguh matang. Tapi yang membuatnya heran adalah,
mengapa gadis ini tidak pernah memakai armor atau semacamnya untuk menghidari
sebuah peluru? Saat ia ingin mempertanyakan itu, gadis itu duluan yang memukul
ringan punggungnya yang menandakan aku sudah siap.
“Iya, aku
mengerti.”, kata laki-laki itu. Ia mengambil sebuah koper kecil yang tergeletak
di atas kursi yang bersebrangan dengan kursi yang diduduki oleh gadis itu. Lalu
membukanya sebentar lalu menutupnya kembali. Seperti semuanya sudah siap.
Segera laki-laki berjas hitam itu berdiri dan merapikan pakaiannya sebentar
lalu menatap rekannya dan menganggukan kepalanya menandakan ia sudah siap.
Segera gadis
itu keluar dari rumahnya yang sering ia sebut markasnya itu lewat pintu
belakang lalu mengambil kunci mobil jipnya. Segera ia menghidupkan jip kecil
hitam miliknya dan menunggu laki-laki itu duduk di sampingnya. Dan segera
meluncur ke tempat dimana ia harusnya tiba.
Next
Next
Komentar
Posting Komentar