Langsung ke konten utama

Eden (Case X FADE)

 “Tuan Delta.” Sosok perempuan tinggi semampai–meski efek dari sepatu haknya–menyambut seorang pria yang menjadi tamu penting di Reccon Palace.

Pria itu, pria paruh baya, dengan kumis tebal yang dirapikan sehingga memberikan kesan kuno yang menyenangkan. Tidak lupa dengan kacamata bulat yang menghiasi mata khas hijau seperti emerald yang berkilau di sungai. Meskipun begitu, Tuan Delta sepertinya tidak terlihat seramah itu. Garis-garis di wajahnya terlihat tegas dan penuh penggambaran ambisi besarnya.

Meski penampakan wajahnya terlihat kuno, dia memakai pakaian formal yang modern, lengkap dengan logam-logam pengikat dasi agar terlihat rapi dan juga jam arloji di tangan kirinya yang terhubung dengan beberapa cincin di jari-jari panjangnya.

“Selamat datang di Reccon Palace.” Perempuan itu langsung mengatakannya langsung di depan Tuan Delta yang baru saja turun dari mobil.

“Sebelumnya, perkenalkan nama saya adalah Anita, salah satu asisten pribadi dari Nyonya Alicia Reccon yang seharusnya menyambut Anda di sini. Sebagai asisten pribadi, saya di sini ingin menyampaikan perminta maaf yang sebesar-besarnya karena Nyonya Alicia sedang berhalangan untuk menjemput Anda. Sebagai gantinya, saya yang akan memandu Anda ke ruang tunggu.”

Perempuan itu menggunakan bahasa yang begitu formal sehingga terdengar seperti sedang menonton acara series bertemakan kerajaan Inggris. Itu tidak buruk, selama dia bukanlah orang dari bangsawan Inggris.

Dan dia, terlalu banyak tersenyum ramah yang membuat Tuan Delta terganggu.

“Anda pasti sangat lelah. Mari ikuti saya ke ruang tunggu. Biarkan Marlin membawakan barang-barang Anda.”

“Tidak perlu.” Tuan Delta akhirnya mengeluarkan suaranya. Suaranya tegas, seperti wajahnya.

Anita masih tersenyum dan pupilnya sedikit melihat turun untuk melihat apa saja yang dibawa oleh Tuan Delta. Dan ternyata dia hanya membawa tas kotak kecil yang berisi tablet.

“Baik, Tuan Delta. Mari ikuti saya.”

Anita memimpin jalannya dari area parkir bawah tanah di Reccon Palace masuk ke sebuah pintu otomatis yang dekat dengan tempat drop of.

“Tuan Delta, hari ini Tuan dan Nyonya Reccon sedang memiliki banyak tamu penting. Ini sudah menjadi ketentuan dari Tuan Reccon sendiri tentang pengaturan tamu di Reccon Palace, sehingga tolong di maklumi hal ini.”

Anita berhenti di sebuah pintu kayu dan membukanya manual dengan mendorongnya.

“Sebelah sini, Tuan Delta.”

Tuan Delta masuk ke ruangan tersebut. Ruangan itu tertutup. Tidak ada ventilasi keluar ruangan kecuali dari pintu kayu itu. Meskipun begitu, ruangan itu tidak terasa pengap. Ada sofa lengkap dengan mejanya, pendingin ruangan, dan beberapa peralatan modern untuk memanipulasi tamu kalau ruangan ini memiliki jendela besar–meski itu adalah layar proyeksi.

Di salah satu dinding, tepat di tengah-tengah antara dua sofa dan di dekat meja kopi, ada terdapat lukisan besar yang menggambarkan taman eden. Itu sangat menarik perhatian Tuan Delta. Dia memandangi lukisan itu dengan teliti sebelum dia memutuskan untuk bersantai di sofa.

“Ada air mineral di meja untuk Anda, Tuan. Dan saya mohon izin karena tidak bisa menemani Anda di sini. Nyonya Alicia Reccon akan datang kemari sebentar lagi untuk menjemput Anda. Jika dirasa sepuluh menit beliau belum datang, saya akan kembali ke Tuan dan mengantarkan Anda ke ruang pertemuan. Saya permisi, Tuan. Dan buat diri Anda nyaman, Tuan Delta.”

Kedua mata hijau itu sangat tertarik dengan lukisan taman eden itu. Semua yang tertera di dalam injil digambarkan begitu apik di atas kanvas itu. Gambaran taman eden itu menampilkan berbagai tanaman seperti rerumputan, bunga-bunga, dan sebuah pohon besar. Selain tumbuhan, ada berbagai hewan yang berinteraksi dengan lingkungan mereka. Melengkapi lukisan itu, dua manusia pertama yang telah diciptakan juga berada di sana. Mereka tak berbusana, seperti mana halnya yang digambarkan di dalam injil. Sang laki-laki, manusia pertama, Adam, dia duduk di rerumputan bersama dengan hewan-hewan berkaki empat di sekitarnya. Sedangkan sang perempuan, manusia kedua yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, Eve, dia berdiri di dekat pohon besar dengan tangan diangkat ke atas. Dari ekspresinya, perempuan itu sedang mencari sesuatu di atas pohon sana, tepat di salah satu ranting paling bawah yang digantungi seekor kera. Pada ujung sisi kanan bawah dari canvas, ada juga tulisan tangan latin yang terhias dengan tinta emas dan hitam. Tulisan itu berisi AB 8037 .

Delta bukanlah orang yang dapat memahami semua lukisan dari para pelukis ternama di dunia. Namun, gambaran di lukisan ini sangat jelas dan mampu menarik perhatiannya sehingga membuatnya bertanya-tanya tentang karya ini.

Apakah lukisan ini original? Siapa yang melukisnya? Mengapa memilih taman Eden yang jelas tidak ada gambaran secara visual yang nyata? Mengapa?

Berbagai pertanyaan muncul di benaknya dan dia membiarkannya dalam misteri.

Tuan Delta akhirnya duduk di sofanya. Lukisan tadi memang menarik perhatiannya, tapi dia tidak lupa apa yang harus dilakukannya.

“Aku tidak menyangka bahwa perjalanannya sangat melelahkan.” Keluhnya dengan suara pelan. Dia menyentuh arloji di tangannya dan menarik salah satu cincin yang dipakainya untuk digantungkan di kantong telinganya. Dia seperti sedang menggunakan anting-anting emas yang tebal.

“Bagaimana sejauh ini? Apakah sudah bertemu dengan Tuan Reccon?” Suara itu terdengar dan hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya. Dia adalah pria yang mengawasinya dari jauh.

“Sayangnya belum. Tapi mungkin sebentar lagi. Tuan Reccon memiliki jadwal yang padat. Dan aku disuruh menunggu di ruangan ini. Bisakah kau lihat?”

“Sangat sulit meretas dari sistem keamanan markas mereka. Kita bisa berkomunikasi seperti ini saja sudah sangat beruntung.”

Tuan Delta terdiam.

“Tolong kabari secepatnya untuk perkembangannya, Tuan Delta. Ini adalah projek besar. Dengan mendapatkan kepercayaan dari Tuan Reccon, kita bisa mendekatkan diri ke Amerika.”

Ini permasalahan kompleks tentang relasi kuat yang dimiliki Reccon dengan beberapa nama di Amerika. Meski sebenarnya banyak nama yang sudah berhasil menerima projek besar ini, tapi mereka masih kurang kuat untuk meyakinkan perusahaan farmasi besar di Amerika. Perusahaan farmasi Bryant yang sangat berpengaruh ini bisa sangat membantu projek ini untuk berjalan dengan lancar. Bagaimanapun, Bryant pasti bisa membantu menyebarluaskan projek ini ke masa dengan cepat dan meratakannya.

Hanya tinggal sedikit lagi.

“Ya, aku mengerti.”

Namun, Tuan Delta juga merasakan cemas–meski minor. Dia sudah mendengar kabar tentang Reccon. Tidak ada yang tidak tahu tentang Reccon. Mengingat namanya sering disebut sebagai pencetus perkembangan teknologi digital yang makin menggila, Reccon bukanlah nama asing yang sembarangan. Meski namanya telah terkenal, pemilik dari perusahaan ini, Calvin Reccon, masih sangatlah misterius. Tidak banyak informasi tentang pria ini, bahkan tidak pernah muncul di media apapun. Entah wawancara berita di media digital ataupun televisi, pria itu selalu diwakilkan oleh orang lain. Hingga pada akhirnya, Tuan Delta mendengar bahwa pemilik Reccon Corp. memang mengisolasikan dirinya di sebuah mansion super besar di tengah-tengah hutan di negara tropis di Asia. Dan di sinilah Tuan Delta sekarang.

Dia tidak bisa berbohong tentang tempat yang dimaksudkan. Maksudnya–asisten itu bahkan menyebutnya sebagai Reccon Palace. Benarkah ini sebuah istana untuk sang raja yang sebenarnya?

Selain tentang keberadaan yang sekarang sudah ditemukan–berkat timnya yang bekerja ekstra untuk mendapatkan akses permintaan secara eksklusif ini, hal yang membuatnya makin cemas adalah kurangnya informasi tentang bagaimana Tuan Besar Reccon ini. Dia mendengarkan rumor, tapi dia tidak bisa mempercayainya sepenuhnya. Bahkan rumor itu makin membuatnya makin cemas jika dia benar-benar menelannya. Jika dipikir-pikir, bukankah itu jelas sebuah jebakan?

Tuan Besar Reccon sangatlah mencintai istrinya. Jika kau berhasil memenangkan hati sang istri, dia tidak akan bisa menolak.

Kini, dia akan disambut langsung oleh Nyonya Besar Reccon. Bukankah itu terlalu mudah?

Tuan Delta kembali lagi melihat lukisan tadi, sebelum akhirnya dia mendengar sesuatu yang melangkah mendekat. Suara sepatu. Bukan sepatu pria, melainkan yang memiliki hak, sepatu wanita. Langkahnya memiliki tempo yang tetap, dan terdengar berat seakan-akan memberitahu keberadaannya yang datang.

Tap tap tap… beriringan terus sampai membuat telinga bergema.

The Garden of Eden.” Tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita. Suara wanita itu tidak terdengar seperti berbicara. Suaranya memiliki intonasi dan nada sendiri yang terdengar sangat merdu dan menyenangkan. Dia menoleh ke asal sara dan mendapati seorang wanita berdiri di depan pintu. 

Tuan Delta tidak sadar sejak kapan wanita itu berada di sana. Rasanya tidak lama karena dia juga tidak lama melihat ke arah lukisan itu.

Wanita itu sangatlah cantik dan anggun dengan gaun berwarna merah anggur dan putih tulang masuk ke ruangan tersebut. Berbeda dengan Anita yang lebih terlihat orang lokal, kali ini datang dari ras yang berbeda. Bukan orang lokal, tapi orang barat dengan kulit putih. Dia terlihat menawan, wajahnya begitu cantik, dan bibir merahnya yang sangat menggoda. Semua komposisi dari wanita itu sangatlah sempurna, seperti sengaja dibuat untuknya.

“Sebuah taman yang dibuat untuk umat manusia. Apa kau percaya pada injil?”

Tuan Delta hampir kehilangan kesadarannya karena semuanya ini masih membingungkan baginya. Dia butuh waktu untuk menarik nafas dan mengembalikan jiwanya yang telah pergi. Dengan begitu, dia kembali seperti seorang pria yang baru saja tiba di Reccon Palace.

“Aku tahu tentang injil, dan tanah yang menjadi rumah untuk manusia pertama diciptakan.” Balas Tuan Delta. “Semuanya ditulis di dalam injil dan–”

“Sebelum iblis ular datang dan mempengaruhi Eve untuk memakan forbidden fruit. Kemudian mempengaruhi Adam lewat Eve.” Potong wanita itu sambil berjalan ke sofa di depan Tuan Delta.

Wanita itu duduk di sofa di depannya perlahan dan berani untuk menyilangkan kedua kakinya yang panjang.

“Tuan Delta. Aku Alicia Reccon. Selamat datang di Reccon Palace.”

Wanita ini memiliki aksen Amerika yang kuat. Delta kira dia akan mendengar gaya konglomerat Inggris lagi.

“Aku Dereck Delta, Nyonya Reccon. Senang bertemu denganmu. Ini adalah sebuah kehormatan bisa datang kemari.” Suaranya masih terdengar tegas, namun terasa lebih lunak daripada sebelumnya.

Alicia tersenyum ramah. Dia terlihat natural melakukannya.

“Sebelumnya, aku harus meminta maaf karena harus menempatkanmu di ruangan ini untuk menunggu sedikit lama dari jam pertemuan yang telah dijanjikan. Kami sedang memiliki banyak tamu penting lainnya juga. Namun disamping itu semuanya, aku juga ingin meminta maaf karena tidak bisa menyambutmu di depan tadi, Tuan Delta. Kuharap, Anita, asistenku, tidak mengecewakanmu.”

Jelas tidak mengecewakan. Semuanya sudah dijelaskan oleh Anita mengapa ini bisa terjadi.

“Tidak masalah, Ma’am.” Balas Delta. Sebelum dia dapat meneruskan, Alicia lebih dulu bersuara.

“Apa kau tertarik dengan lukisan itu?”

Alicia terus menatap Delta dengan pandangan yang sulit dibaca.

“Apakah namanya The Garden of Eden?”

“Ya. Kau dapat memahaminya juga, Tuan Delta.” Alicia tersenyum.

Bagaimana tidak? Wanita itu telah membuatnya terkejut dengan menyebutkan taman eden dan injil sesaat mereka saling pandang untuk pertama kalinya.

“Ah, tentu saja. Lukisan ini yang sangat berkesan. Ini terlihat klasik.”

“Aku yang melukis lukisan itu. Terima kasih atas pujiannya, Tuan Delta. Sejujurnya, aku sangat terinspirasi dengan beberapa lukisan taman eden abad ke 15 yang kulihat di pameran saat masih kuliah.”

“Kau sangat berbakat, Ma’am.” Puji Delta sekali lagi.

“Kau terlalu menyanjungku. Banyak yang memujinya dan memberikan apresiasinya. Aku selalu ingin menggambarkan sesuatu yang sangat bermakna. Ah, maafkan aku. Aku sangat antusias jika ada yang tertarik dengan karya seniku. Mari kita langsung membahas tujuanmu kemari, Tuan Delta.”

Permainan intonasi dan nada Alicia memang menyenangkan lewat suaranya. Bahkan penyesalannya benar-benar terasa meski ekspresinya sedikit kaku untuk menggambarkan perasaannya.

“Kami sudah melihat proposal yang kau kirim sebelumnya. Sebuah projek besar tentang pheromone itu sangat menarik untuk didengar. Hanya saja, kami sedikit bingung. Reccon tidak mengelola bidang medis, farmasi, ataupun bioteknologi yang akan berhubungan dengan projek ini. Sebelum kita pergi, mengapa kau sangat ingin menghubungi kami?”

Kini nada Alicia berubah dari yang semula begitu ramah menjadi sesuatu yang lebih tegas seperti seorang dari departemen sumber daya manusia yang sedang mewawancarai seorang pelamar pekerjaan.

“Kami membutuhkan akses dalam menyebarkan informasi dan sekaligus mengumpulkan informasi, Ma’am. Dukungan dari Reccon akan sangat membantu kami dalam mengumpulkan informasi kepada semua orang di dunia ini jika projek ini bisa dilaksanakan dalam tingkat global. Ketika projek ini sudah berada di tahap global, kami akan sangat bergantung pada Reccon untuk mengumpulkan data perkembangan dan status dari setiap subjek.”

“Ini adalah projek yang besar ketika membicarakan skala target yang global dan menyeluruh. Tidak dipungkiri bahwa ini akan merubah sistem kehidupan manusia.”

Alicia tidak bertanya, melainkan memberikan sebuah pernyataan. Delta tidak berani berkutik untuk memberikan jawaban jika itu bukanlah sebuah pertanyaan.

“Baiklah. Ini sudah waktunya.” Alicia bangkit berdiri. “Mari kuantar ke ruang pertemuannya.”

Delta mengikutinya. Sekali lagi, dia mendengar langkah kaki seperti sebelumnya setelah sepatu itu menyentuh lantai keramik. Itu membuatnya teringat dengan suara langkah kaki yang didengar sebelumnya dan dia masih tidak sadar kapan suara itu berhenti tadi.

Tap. Tap. Tap.

Suara yang konstan itu mendominasi setiap langkah yang ada. Meski terdengar berat dan tenang, langkah kaki dari Nyonya Reccon ternyata tidak sepelan itu. Langkahnya panjang dan cepat, namun suara langkah kakinya terasa tidak secepat itu.

Hingga akhirnya tiba di suatu lift, Alicia menekan tombol lift untuk membuka pintunya. Dengan begitu ramahnya, Alicia mempersilahkan Delta untuk masuk terlebih dahulu. Ini adalah sebuah elevator kuno. Bukan karena tampilan secara gamblang terlihat tua seperti berkarat ataupun berumur, namun melihat beberapa pencahayaan, metal yang dipakai, dan beberapa tombol logam pada elevator lah yang menunjukan berapa lama umur dari elevator ini.

Elevator yang masih menggunakan ciri-ciri ini bertahan setidaknya empat puluh tahun terakhir. Tempat terisolasi memang mengerikan karena tidak mengikuti perkembangan di luar.

Namun ternyata tidak terasa, elevator ini bergerak cepat sampai ke lantai dua seperti elevator sekarang.

“Lewat sini, Tuan.” Alicia kembali lagi menunjukan arah jalannya kemudian memimpin jalan.

Berbeda dengan lantai bawah tanah yang terasa padat, kini lebih terlihat terbuka dengan berbagai jendela dan ruangan besar yang difungsikan sebagai banyak hal. Mereka memang melewati koridor, namun sebuah koridor terbuka yang seperti dihalangi beberapa cahaya hologram yang membentuk seperti dinding transparan. Tidak hanya itu, Delta juga melihat banyak orang bekerja di lantai itu.

“Ini adalah lantai para pekerja kami. Ketika di jam yang sibuk, seperti ini suasananya. Memang kurang enak dipandang, tapi ini membuat mereka nyaman. Selain itu, biasanya kami meletakan ruang pertemuan di lantai satu, hanya saja semua ruangan di lantai satu sudah penuh untuk beberapa pertemuan penting.”

Alicia menjelaskan seperti seorang pemandu dari istana ini. Mungkin ini bagian dari pekerjaannya sebagai Nyonya besar di rumah itu.

Tap. Tap. Tap.

Suara bising dari para pekerja tetap kalah dengan suara langkah sepatu itu.

“Mengapa ada para pekerja di sini?” Delta bertanya untuk mengalihkan pendengarannya.

Para pekerja… mereka terlihat pekerja kantoran, bukan pekerja sebagai asisten rumah tangga. Jika diingat-ingat kembali sebelum tiba, Delta melihat bangunan ini sangatlah besar. Tidak mungkin bangunan besar ini ditinggali hanya beberapa segelintir orang.

“Mereka adalah para pekerja Reccon, Tuan Delta. Mereka yang membuat semua hasil karya Reccon.”

Tap. Tap. Tap. Tap.

“Silahkan masuk, Tuan Delta.” Alicia mempersilahkannya masuk ke sebuah ruangan. Kali ini ruangannya tertutup, namun memiliki jendela asli dan pemandangan hutan luas di baliknya.

Tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Apakah ini masih ruang tunggu? Dia melihat sofa, meja, lukisan yang berbeda, dan beberapa lemari buku tua menghiasi ruangan ini. Jendela asli besar di seberang sisi dinding langsung menarik perhatiannya karena tampak langit dan pepohonan hutan di baliknya. Itu pemandangan yang sangat indah.

Delta akhirnya duduk di salah satu sofa tanpa berhenti melihat keluar jendela.

“Mohon tunggu sebentar lagi. Tuan Reccon sebentar lagi akan datang. Selagi menunggu, Tuan ingin minum apa?”

Minum? Delta tiba-tiba menjadi bingung. Dia menatap Alicia yang menanti jawabannya.

“Apa saja.”

“Apakah kau memiliki elergi atau pantangan?”

“Tidak ada.”

“Baiklah, aku akan keluar sebentar. Mohon tunggu sebentar.”

Lagi-lagi, dia ditinggal sendirian di sebuah ruangan. Kali ini terasa berbeda karena dia bisa menikmati sesuatu di balik jendela besar di depannya. Dan kali ini dia tidak berani melakukan panggilan khusus untuk memberikan perkembangannya di tempat ini kepada asistennya. Karena rencananya berjalan lancar, dia merasa yakin kalau semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Semoga kecemasannya tidak benar.

Tidak lama, Alicia kembali. Delta selalu tahu itu dengan suara langkah kakinya yang menjadi ciri khasnya. Wanita itu kembali dengan membawakan sebuah nampan dan minuman di atasnya. Alicia meletakan gelas kristal itu di atas meja kopi.

“Silahkan dinikmati, Tuan. Itu adalah teh yang diekstrak menggunakan jahe dan kayu manis. Rasanya sedikit pahit, namun sangat hangat dan aromanya akan menyegarkan tubuh. Cuaca akhir-akhir ini sangat buruk, melihat beberapa kali ada badai besar. Ini akan membantu tubuh tetap hangat dalam cuaca yang buruk ini.”

Alicia mundur beberapa langkah, dia seperti memberikan nampan yang dibawanya kepada sesuatu di balik tembok. Mungkin seorang robot android yang bertugas melayani tuan rumah.

Delta akhirnya mencicipinya. Wanita itu tidak berbohong. Minumannya memang terasa pahit namun terasa begitu hangat dan menenangkan. Delta bahkan tidak mampu menahan ekspresi wajahnya untuk menikmati minumannya.

“Tuan Delta, Tuan Reccon telah tiba.” Kata Alicia kemudian.

Alicia sengaja mengambil langkah mundur dengan suara langkah kakinya, seperti sedang mempersilahkan sesuatu untuk lewat. Dan di saat itu juga, seorang pria besar muncul dari pintu. Gerakannya cepat, terlihat terburu-buru, namun itu terasa alami pada pria itu. Kesan pertama yang dirasakan Delta melihat pria itu adalah ketidakberdayaan. Ketika pria itu datang, dia langsung bisa mendominasi seisi ruangan ini seutuhnya sehingga membuat Delta sedikit bergetar.

Jika tidak ada minuman ini, dia yakin kalau dia tidak akan mampu bertahan.

Ini mengerikan. Alicia seakan sudah mengerti bahwa ada tekanan mengerikan seperti ini akan menguasai ruangan ini.

Delta mampu melihat wajah pria itu sebelum akhirnya duduk di dekat jendela dan mendapatkan siluet dari balik cahaya matahari. Siluet itu tidak terlalu mengganggu, tapi kesan misterius yang dipegangnya sebelumnya makin menguat. Ditambah, dia menyadari dari cara dia memandangnya yang terasa seperti diremehkan. Dibalik semua itu, Delta tidak menyangka bahwa Calvin Reccon terlihat begitu muda–mungkin menginjak umur di awal 30an.

Yang membuat Delta makin risau adalah jarak di antara mereka berdua. Kursi yang dipilih oleh pria itu adalah sebuah kursi besar yang berada di sudut ruangan dekat jendela. Dan istrinya, Alicia, berdiri di belakang kursi itu. Dia merasa dia pernah melihat sesuatu yang familiar di depan matanya.

Tidak ada yang terjadi setelahnya selama tiga detik. Hanya tiga detik. Tapi itu terasa seperti tiga tahun bagi Delta.

“Calvin, kau membuatnya takut.” Alicia bersuara. Suaranya memecahkan keheningan dan mematikan itu.

Untung saja wanita itu dianugerahi suara yang merdu.

Sesaat kemudian, siluet di dirinya memudar. Wajahnya terlihat. Kedua mata biru menyala itu terlihat datar.

“Dereck Delta?”

Suara pria itu menggelegar, meski sebenarnya tenang dan dalam.

“Saya Dereck Delta, Tuan.” Suaranya hampir tidak keluar. Itu pasti karena mentalnya sedikit rubuh.

“Aku Calvin Reccon. Senang bertemu denganmu.”

“Ini adalah sebuah kehormatan saya, Tuan.” Delta mengatakannya secara spontan. Dia tidak percaya bahwa dia mengatakannya setelah mendengar pria itu berbicara dengan aksen bangsawan inggris yang kental.

Apakah dia dari keluarga bangsawan?

“Jadi, tentang projek besarmu itu… aku sudah mendengar beberapa dari Nyonya Reccon. Projek Pheromone-mu disebutkan sebagai projek berskala sebesar itu dan meminta bantuanku untuk menyebarkan dan sekaligus untuk mengumpulkan informasi saat projek ini dijalankan.”

Calvin langsung membahas topik pembicaraan dari pertemuan ini. Dia juga menghidupkan beberapa fitur layar hologram di sekitarnya untuk melihat lagi proposal yang diajukan oleh Delta sebelumnya–lengkap dengan beberapa bukti hasil dari eksperimen yang dilakukan di Spanyol.

“Itu benar, Tuan. Dengan begitu, saya yakin bahwa Anda akan mendapatkan persetujuan dari pihak pemerintahan negara, bahkan dari pusat PBB sekaligus, semuanya akan bergantung pada Reccon untuk mendemonstrasikan projek ini secara global. Tentu saja, Reccon akan mendapatkan keuntungan besar untuk mendapatkan akses global per individu dari pemerintah langsung.”

Ini akan masuk ke dalam tahap legalitas bagaimana Reccon bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan data lebih spesifik. Reccon memang sudah berkembang besar dan memang mayoritas penduduk menggunakan teknologi Reccon untuk kehidupan mereka, bahkan banyak negara juga yang bergantung pada sistem pemrograman Reccon dalam pertahanan negara. Tidak hanya di situ juga, Reccon sudah menguasai pasar sejak pertama kali dunia ini dikenalkan dengan sistem AI. Meski sekarang izin Reccon masih terbatas, Reccon dapat memanfaatkan projek ini untuk mendapatkan izin lebih seperti apa yang mereka mau.

“Secara bisnis, itu sangat menguntungkan.”

“Tentu saja, Tuan. Projek ini akan merubah kehidupan manusia.”

“Berbicara tentang itu…” Calvin menjeda suaranya, dia menatap Delta dengan seksama. “Projek Pheromone ini pastinya akan merubah kehidupan manusia jika dijalankan secara massive dan mengglobal. Itu tidak buruk untuk menyebutkan bahwa projek ini akan meningkatkan kualitas manusia sebagai binatang.”

“Apa?”

Titik paling mendebarkan akhirnya terasa lebih mengerikan daripada seharusnya. Delta memang tahu bahwa projeknya sering ditolak dengan alasan merubah umat manusia yang terasa seperti hewan. Dan dia juga sudah mempersiapkan balasan yang tepat untuk itu. Tapi, karena posisinya sekarang, dia menjadi lupa akan semua yang telah dipersiapkan. Rasanya, kemudahan yang didapatkan di awal adalah ilusi untuk menariknya masuk ke kandang singa yang sebenarnya.

“Maksud saya… bukan seperti itu. Kami sangat peduli dengan keberadaan umat manusia, dan kami memiliki projek ini dengan berbagai tujuan, tentu saja. Di era sekarang, sudah banyak sekali pertikaian tentang umat manusia dikarenakan perkembangan teknologi yang makin mengertikan. Manusia mempertanyakan harga diri mereka atas semua teknologi yang telah diciptakan. Kualitas manusia menjadi menurun karenanya. Selain mengembangkan manusia yang sangat memiliki banyak potensi, tentu saja kami juga mengembangkan ini sebagai cara untuk mengendalikan jumlah populasi di bumi. Ini adalah salah satu upaya dalam memelihara bumi…” dan seterusnya. Delta terus menjelaskan semuanya secara terperinci.

“Projek ini membangun sebuah serum untuk membuat tubuh memproduksi pheromone pada manusia. Pheromone ini nantinya akan membedakan ciri-ciri manusia yang akan dibedakan menjadi tiga golongan: alpha, beta, dan omega. Alpha adalah mereka yang memiliki potensi luar biasa untuk kemajuan umat manusia. Namun, mereka memiliki kelemahan karena mereka tidak bisa berkembang biak dengan sendirinya, sehingga mereka membutuhkan sosok omega sebagai pasangan mereka dalam meneruskan potensi tersebut. Di sisi lain, yang tidak masuk ke dalam alpha dan omega adalah beta, di mana mereka adalah pendukung terbaik untuk keberlangsungan kehidupan manusia.”

“Tuan Delta, aku tidak melihatnya. Para alpha ini–di dalam video yang kau berikan, terasa seperti manusia tanpa akal yang ingin kawin sesaat saja dengan para gadis sesuka mereka.”

“Tuan, itu dikarenakan para alpha adalah mereka yang memiliki manusia terbaik yang memiliki keinginan, kemampuan, potensi, dan bakat yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang spesial yang akan memimpin manusia lainnya untuk mengembangkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Sifat alaminya ketika menemukan omega adalah untuk meneruskan hasrat tertinggi mereka, meneruskan kemampuan, potensi, dan bakat mereka yang luar biasa.”

Tiba-tiba ruangan menjadi hening, hanya selama tiga detik. Tapi ini juga menjadi tiga detik yang sangat lama.

“Saya melihat bahwa kalian berdua adalah pasangan suami istri yang sempurna, Tuan dan Nyonya Reccon. Maafkan saya, bukan berarti saya ingin mencampuri tentang projek ini dengan hubungan kalian, namun projek ini juga memberikan keharmonisan rumah tangga.” Kata Delta lagi.

Di balik tubuh Calvin, Alicia tersenyum dengan malu-malu. Dia sepertinya menyukainya. Apakah itu pertanda lampu hijau?

“Dunia selalu berubah, Tuan Delta.” kata Calvin kemudian.

“Para manusia selalu merubah segalanya tentang sudut pandang kehidupan mereka. Bagaimana mereka dapat hidup di dunia ini, bagaimana mereka dapat bertahan dengan apa yang membuat mereka menjadi terbelakang. Dari setiap era, dari titik di mana mereka diciptakan, apakah manusia pernah mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan? Keinginan mereka adalah ilusi dari sebuah keinginan pribadi yang begitu egois. Mereka menjadi tuan atas segalanya, bahkan untuk sesama mereka. Menyebutkan hal yang terbaik untuk umat manusia lewat slogan memajukan kesejahteraan dan kemampuan mereka agar tidak merana dengan apa yang sedang menjajah mereka. Manusia pasti selalu melangkah, di mana mereka bisa berada di depan untuk memimpin lagi. Hanya demi keinginan pribadi itu…

“Keinginan kuat yang mendorong manusia untuk keluar dari zona kesengsaraan mereka, itu bukan hal mengerikan. Berkat itu semua, kita berada di posisi ini sekarang, di era di mana manusia sedang mencari jalan keluar atas isu human being. Dari milyaran manusia di muka bumi ini, kau lah salah satunya yang berani datang kemari dan memberikan sebuah gagasan tentang perubahan dunia lewat projek ini. Ini akan menjadi perubahan yang besar dan maju, jika dijalankan secara global apalagi menggunakan teknologiku untuk menyebarkannya besar-besaran.”

“Benar begitu, Tuan.” Balas Delta setelah mendengarnya. Dia merasakan lampu hijau akan bersinar sebentar lagi.

“Kau setuju dengan apa yang kuucapkan?”

“Tentu saja, Tuan. Ini semua demi perubahan umat manusia yang lebih baik.”

“Kau benar. Ini demi perubahan besar untuk umat manusia. Namun, perubahan besar memiliki dampak yang sangat besar. Apa kau mengerti? Manusia yang keluar demi keinginan egois mereka mewujudkan mimpi itu, apakah mereka benar-benar mewujudkan keinginan mereka? Atau mereka sebaliknya membuat perubahan yang makin memperburuk keadaan umat manusia? Manusia paling cerdas, Albert Einstein, berkatnya banyak manusia mengembangkan senjata mematikan dan mengakibatkan perang dunia di abad 19. Bahkan perdamaian dunia sudah terwujud setelahnya, dibentuknya badan global untuk menyatukan semua negara dalam kedamaian dari sudut pandang salah satu negara adidaya saja. Perdamaian itu… hanya menyamakan gagasan yang berakhir merusak bumi secara perlahan. Sekarang, lihat pada era sekarang. Teknologi buatanku dapat mengakibatkan diskriminasi umat manusia dan kesenjangan luar biasa karena teknologi-teknologi ini berkembang lebih cepat daripada manusia itu sendiri. Sebenarnya, keinginan perubahan ini untuk mereka atau untuk diri sendiri?”

“...”

Delta tak mampu berkutik lagi.

Tidak sabar menunggu balasan, Calvin meneruskan,

“Dari projek ini, aku harus menolaknya. Aku tidak setuju perubahan yang kau inginkan, Tuan Delta. Perubahan selalu memiliki menunjukan sisi ilusi yang berakhir sangat pahit. Aku harus pergi. Kuakhiri pertemuan ini.”

Calvin bangkit berdiri dari kursinya, merapikan jas bajunya dan melangkah pergi bersamaan dengan nuansa mengerikannya. Delta yang masih berada di ruangan ini masih tidak mampu berkata-kata. Dia terdiam dalam pandangannya yang kosong. Dia bahkan tidak menyadari kalau Calvin sudah meninggalkan ruangan itu.

Hingga akhirnya Alicia mendekatinya dan memanggilnya. Suaranya memang ajaib karena mampu menarik Delta yang sempat kehilangan jiwanya.

“Mari kuantar keluar.”

Tap. Tap. Tap. Alicia memimpin langkah ke lantai satu, ke main entrance yang ada di lantai satu. Sebuah mobil sudah siap menunggu Delta di lobi.

“Jangan terlalu bersedih, Tuan Delta.” Kata Alicia. Sekali lagi dia berhasil menyadarkan pria ini. “Suamiku memang begitu individualis. Dia memiliki prinsipnya sendiri. Kau percaya bahwa ini tentang sudut pandang seseorang, bukan?”

Alicia mengatakannya dengan lembut sehingga mampu menenangkan Delta. Tanpa di sadari, pria ini sangat tegang sejak dari ruang pertemuan. Dia bahkan tidak sadar kalau dia hampir tidak sepenuhnya bernafas.

“Anda benar, Nyonya.” Balasnya dengan suara bergetar.

Tap. Tap. Tap.

“Apakah kau ingat dengan lukisan di ruang tunggu tadi?”

Delta menatap wanita itu dari belakang.

The Garden of Eden. Taman yang begitu indah, seperti surga. Itu diciptakan untuk manusia pertama di bumi. Hanya saja, aku tidak suka bagaimana taman itu bisa berakhir. Kau tahu itu bukan, Tuan Delta?”

Tap. Tap. Tap.

Tidak mendapatkan jawaban, Alicia memutar kepalanya dan meliriknya lewat ujung pandangannya sambil tersenyum. Kemudian dia kembali berjalan ke depan.

“Aku tidak suka bagaimana Eve dapat terperangkap dengan rayuan itu. Maksudku, dia memiliki pilihannya sendiri untuk menolak–tidak dengan menerima godaan itu. Jika aku berada di sana sebagai Eve, aku akan menolaknya. Mengapa dia tidak bersyukur dengan apa yang dimilikinya? Jika aku menjadi Eve di sana, aku tidak akan membiarkan apapun merusak surga yang dibuat untukku.” Alicia sengaja memberikan jeda, lalu meneruskan, “mengapa manusia itu tidak mau mensyukuri kehidupan mereka sekarang?”

Sesampainya di lobi, pintu mobil sudah terbuka untuk Delta. Alicia mempersilahkan Delta untuk masuk, sebelum akhirnya dia memberikan kata-kata perpisahan.

“Ah, kau harus ingat ini, Tuan Delta.”

Tap. Tap. Tap.

Alicia melangkah mendekati Delta sebelum dia berhasil memasuki mobil. Nafasnya yang hangat dapat dirasakan Delta di telinganya, hingga suara bisikannya terdengar masuk dan menusuk otaknya.

“Berhati-hatilah.”

Tap. Tap. Tap.

Alicia melangkah mundur.

Delta masuk ke dalam mobil dengan cepat. Sejak dari ruang pertemuan, dia menjadi lebih pendiam dan murung. Bahkan wajah pucatnya tidak bisa berbohong.

“Apa kau baik-baik saja, Sir?” Tanya supirnya.

“Ya. Cepat jalan!”

Mobil akhirnya melaju cepat masuk ke dalam hutan dan menghilang di sana.

Alicia masih berdiri di lobi untuk melihat mobil itu menghilang, sampai Anita datang dan berdiri di sampingnya untuk membisikan sesuatu ke telinganya dan membuatnya tersenyum puas.

Beberapa minggu setelah kedatangan Delta ke Reccon Palace. Anita mendapati laporan permintaan dari seorang inspektur sewaan dan seorang konglomerat untuk menemui Tuan dan Nyonya Reccon. Dia menarik lebih jauh permintaan itu untuk melihat tujuan mereka untuk mengunjungi Reccon Palace. Kemudian dia menyerahkan permintaan tersebut ke tuan rumah.

“Apakah itu ular?” tanya Calvin ke Alicia yang sedang melukis di beranda kamar mereka.

Alicia menghentikan gerakan tangannya dan meletakan kuas ke ember. Dia melihat suaminya yang muncul tiba-tiba di belakangnya. Bukannya terkejut, dia terlihat sangat bahagia.

Calvin mencium kepalanya.

“Aku mendapatkan dua pesan.” Bisiknya.

“Ouh?” Alicia terlihat penasaran.

Calvin tak menyukai ekspresi itu. Dia menyerahkan sebuah benda ke Alicia. Itu adalah sebuah gulungan kertas kecil. Benar. Sebuah gulungan kertas.

Alicia menerimanya dan membuka gulungan itu. Kedua matanya bersinar dan dia mulai tersenyum untuk alasan lain. Namun tak lama setelah itu, dia langsung memakan gulungan itu dan menelannya. Dia kemudian melanjutkan melukis.

“Kau tak ingin tahu pesan lainnya?” tanya Calvin yang tidak keberatan atas tindakan aneh istrinya.

“Seorang inspektur dan seorang konglomerat. Aku juga sudah mendengarnya. Mereka ingin memintai kita keterangan tentang Tuan Delta. Kau ingat pria itu?”

“Al, kau sudah tahu kalau dia akan segera mati, bukan? Itulah mengapa kau melukis ular mati di pohon itu.”





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza Rahadian  dalam PERAHU KERTAS Kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji