Langsung ke konten utama

Syal Merah dan Baju Putih

Akhir-akhir ini aku sering mengirimkan e-mail kepada orang yang baru saja aku kenal. Kami tidak berkenalan secara langsung dan bertatap muka, tapi lewat dunia maya. Dia yang mengirimiku pertama kali pesan tentang betapa rindunya padaku. Aku penasaran dengan orang ini dan kubalas dirinya. Ternyata dia salah kirim dan e-mail yang seharusnya dia kirim itu ditujukan kepada seseorang yang spesial baginya, bukan kepadaku. Mulai waktu itu, kami mulai untuk saling mengirim pesan entah tentang apapun.
Ada peraturan misterius yang kami buat. Yaitu, kami tidak boleh mengirimkan informasi pribadi kecuali nama dan umur. Kami bisa berbincang lewat mengirimkan surat elektronik tentang apapun, kecuali tentang diri sendiri. Dan tentu saja kami juga bisa mencurahkan isi hati satu sama lain. Jadi, aku tidak tahu betul bagaimana dia tapi aku akan menebaknya lewat kata-katanya.
Namanya Andien. Umurnya sama denganku, 17 tahun. Dan sekarang dia sedang berjuang belajar untuk ujian nasional yang akan berlangsung beberapa bulan lagi. Begitu juga dengan diriku, aku juga harus berjuang keras untuk mendapatkan nilai yang terbaik dalam ujianku. Kalau tidak, aku pasti akan membantu ayahku di gudangnya.
Malam ini kami saling mengirimkan pesan tentang bagaimana hari ini. Aku yang memulainya, dan sekarang aku hanya tinggal menunggunya.
Tidak lama kemudian, pesan baru masuk. Aku mengeklik pesan itu.
Kalau aku jadi kamu, aku juga pasti akan langsung marah sama dia. Ini sangat menyakitkan, apalagi orang yang sudah kita percayai itu malah berkhianat seperti itu. Padahal kamu juga sangat mempercayai dia sebagai sahabat terbaik kamu.
Kutekan huruf-huruf pada keyboard komputerku. Kemudian aku memegang mousenya dan mengeklik tanda kirim. Kubaca lagi pesanku yang kukirimkan kepadanya dengan keras.
“Aku sangat kecewa sama dia!”
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarku. Itu adalah kakak perempuanku yang sekarang melototiku. Ini salahku karena aku berteriak tadi. Tapi bagaimana lagi? Aku sedang sedih sekarang. Dan rasanya itu aku ingin berteriak.
“Kau tahu aku baru belajar untuk ujian akhirku!” dia membentakku dengan sangat garang.
“Ya, aku tahu.” Balasku datar.
Dia memutar kedua bola matanya lalu menutup pintu kamarku dengan membantingnya. Dia sudah kembali ke kamarnya lagi dan mulai belajar, mungkin. Terkadang dia mendengarkan musik aneh dengan suara yang sedikit keras dan sangat mengganggu.
Komputerku berbunyi. Pesan baru muncul. Segera aku membukanya.
Aku juga mengerti bagaimana perasaanmu sekarang ini. Selalu ada kekecewaan setelah pengkhianatan. Dan sekarang lebih baik kamu menenangkan dirimu sendiri, Daisy. Aku yakin kau barusaja berteriak.
Seperti halnya tukang yang sok tahu, dia mengetahui bahwa aku baru saja berteriak. Dia pintar menebak hal seperti tadi. Kuberikan jempolku untuknya.
Kemudian aku membalaskan pesannya:
Ya kamu benar. Tapi teriak-teriak itu rasanya enak. BTW, aku ingin tidur. Seperti katamu, menenangkan diri. Terima kasih. Bye.
Kumatikan komputerku dan aku berlaih ke ponselku. Sudah ada lebih dari lima puluh pesan singkat dan sepuluh lebih panggilan tak terjawab. Itu dari si pengkhianat sialan itu.
Aku mengabaikan semuanya dan sengaja menghapus semua pesan singkat yang dikirimkannya kepadaku tanpa harus kubaca. Tapi saat aku menekan tanda yes pada pilihan hapus semua pesan, ponselku beralih layar menjadi panggilan masuk. Aku terkejut dan tidak sengaja mengangkat panggilan masuk itu. Sialan.
Percuma untuk diam, dia pasti akan menungguku sampai pulsanya habis. Dan aku juga bukan orang yang suka membuang pulsa orang. Jadi tidak ada pilihan lain aku berkata dengan pelan.
“Halo.”
“Daisy? Syukurlah sekarang kau mau mengangkatnya.”
“Itu tidak sengaja.” Balasku datar.
“Oh begitu. Aku sebenarnya ingin meminta maaf kepadamu. Sungguh. Aku bodoh, seperti katamu kemarin. Dan sekarang aku menyadarinya.” Itulah dia yang langsung menuju ke topik permasalahan tanpa harus berbasa-basi panjang untuk memulai percakapan ini. Dia pintar, untuk memanfaatkan keadaannya sekarang.
“Ya, kau memang bodoh. Sangat bodoh sekali. Sadarkah apa yang sudah kau perbuat kepadaku, Gerry? Aku muak denganmu. Dan kau sudah menghancurkan persahabatan kita.” Aku menarik nafas. Kemarahan ini membuat kepalaku semakin memanas. Padahal aku sudah berkata kepada Andien untuk menenangkan diri, tapi ketidak sengajaan ini...
“Daisy tunggu. Aku sungguh ingin minta maaf. Aku tidak ingin berakhir. Kau tahu betapa hancurnya aku tanpa sahabat terbaikku ini.”
Kini kesabarannku sudah habis. “Kau yang telah menghancurkan ini, Bodoh. Kau yang membuat hidupmu yang hancur menjadi berkeping-keping. Carilah perempuan lain yang bisa kau jadikan pacar matremu dan minta dia untuk memperbaiki hidupmu!” Aku mengakhiri panggilan dan langsung mematikan ponselku agar dia tidak bisa memanggilku lagi atau aku harus membaca pesan bodohnya.
Apakah begitu mudahnya mengucapkan kata maaf setelah melakukan kesalahan yang besar? Kata-kata itu tidak cukup. Kata maaf darinya tidak cukup membuatku tenang.
Sekarang aku mulai mendinginkan kepalaku dengan berbaring di atas tempat tidurku. Sambil merekam ulang apa yang telah terjadi dan memikirkan jalan keluarnya. Aku butuh bantuan.
Esoknya, aku berhasil menghindar dari Gerry di sekolah. Sepertinya dia juga sedang menjaga jarak dariku. Mungkin dia sudah mulai sadar bahwa sekarang dia sangat menjijikan bagiku.
Tak terasa di sekolah berjalan dengan cepat. Dan aku langsung pulang ke rumah tanpa harus membuang waktu di sekolah. Aku masih tidak mau melihat laki-laki sialan itu. Sampai di rumah, aku langsung mandi. Biarkan air ini membawa pergi semua masalah di otakku dan membiarkanku untuk berpikiran jernih. Ya, malam ini aku akan berterus terang.
Kuhidupkan koputerku dan langsung kusambungkan dengan internet. Ada e-mail dari Andien yang mengucapkan selamat malam. Inilah waktunya.
Aku berhasil menghindarinya untuk hari ini. Dia juga menjaga jarak dariku. Mungkin dia sudah sadar apa yang telah dia perbuat kepadaku. Ini sungguh mengecewakan bagiku. Aku menjadi sangat membencinya sekarang. Dan tebak, kemarin aku tidak sengaja menerima panggilannya dan dia meminta maaf. Apakah begitu mudah baginya untuk meminta maaf? Kata maaf darinya tidak cukup membuatku tenang.
Kemudian aku mengirim pesan itu kepada perempuan asing dari dunia maya yang bernama Andien. Dan tidak lama kemudian, aku mendapatkan balasannya.
Kurasa dia menjaga jarak demi kamu, Daisy. Mungkin dia ingin kau tenang dan segera memaafkannya walaupun kata maaf tidak cukup. Dia juga perlu untuk memikirkan ini. Dia mungkin juga sedang mencari cara untuk memperbaiki ini semuanya. Dan menurutku dia sudah sadar dari apa yang sudah dia perbuat kepadamu. Dan dia mungkin juga sadar bahwa kata maaf tidak cukup.
Jika kau masih menginginkan persahabatanmu dengannya, sebagai saran saja kau menunggunya. Dia akan menunjukan bahwa dia telah menyesal melakukannya, dan dia tidak akan melakukan ini lagi. Sadarkah kau bahwa dia juga terluka.
Aku membacanya dengan terkejut. Aku tidak menyadari akan hal itu. Ini membuatku menjadi sadar bahwa aku begitu egois. Dua hari ini aku hanya memikirkan bagaimana perasaanku kepadanya, tapi aku tidak melihat bagaimana perasaannya kepadaku.
Kata-kata maafnya kemarin adalah hal yang menyakitkan. Untukku dan untuknya juga. Pasti menyakitkan jika aku langsung marah kepadanya dan menghindar darinya. Bukannya aku harus menjawabnya dengan halus, dan dengan begitu aku bisa menjauh darinya dengan tenang. Di sini, aku yang sangat bodoh. Kemarahan dan kekecewaanku sudah menguasai diriku dan aku tidak bisa mengendalikannya. Semuanya itu karena aku, bukan dirinya.
Kedua tanganku bergetar saat aku mulai memijat-mijat huruf-huruf yang ada keyboard komputerku.
Aku yang bodoh selama ini. Aku tidak melihatnya bahwa dia juga terluka karena kemarahanku kepadanya. Pasti sangat menyakitkan mendapatkan kemarahan dari gadis yang baru saja ditembaknya. Ini sungguh memalukan saat aku menyadarinya.
Tapi semalam aku sudah bisa berpikir jernih dan tadi aku sudah memantabkan keputusanku terhadapnya. Andaikan saja kita bisa bertemu dan aku menjadi ingin kau melihat wajahku, bagaimana reaksiku sesungguhnya.
Aku mengirimkan balasanku kepada Andien. Perasaan bersalah sekarang menguasai diriku. Ya ampun, aku jadi ingin menangis sendirian lagi karena masalah ini.
Seperti biasanya, Andien membalasnya dengan cepat. Segera aku membuka e-mailnya.
Tidak ada yang akan menyangka tentang itu, Daisy. Aku pasti juga akan sama sepertimu jika aku berada di posisimu. Kemarahanlah yang bisa membuatnya menjadi seperti ini. Dan jika aku memikirkan apa yang telah terjadi dan mencari jalan keluarnya, aku akan menyadarinya. Selain itu, dia juga meminta maaf. Tandannya dia terluka dan menyesal, bukan? Lebih baik kau cari tahu sendiri untuk memastikannya.
Aku senang kau sudah mendapatkan keputusan untuk hubunganmu dengan sahabatmu itu. Dan ketemuan? Bagaimana aturan misterius kita?
Aku membalasnya.
Kau benar. Dan aku juga sudah menyadari itu semuanya sekarang. Dia harus mendengar pengakuan penyesalanku kepadanya, dan juga jawabanku terhadapnya.
Tentang ketemuannya, aku menjadi ingin sekali. Bagaimanapun juga, curhat itu sangat menyenangkan jika sedang bertemu langsung bertatap muka. Aku masih ingin mendengar beberapa saran darimu.
Bagaimanapun aku juga harus mendengarkan arahan orang lain untuk membantuku menyelesaikan ini. Kurasa dia lah orang yang tepat.
Bagus kalau kamu sudah sadar dan tahu jalan yang terbaiknya.
Aku juga ingin bertemu denganmu, jujur. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan sosok yang bernama Daisy itu. Ngomong-ngomong, kau ingin saran apa dariku?
Ini bagus sekali. Dengan segera aku membalas e-mailnya.
Terima kasih atas bantuanmu, Andien. :*
Bagaimana kalau sarannya itu kuminta saat kita ketemuan dulu? Aku juga akan memberikanmu apa yang ingin kumintai saran.
Tidak lama kemudian dia membalasku. Isinya adalah dia setuju dengan ajakanku. Dan dia juga menambahkan nama kota yang dia tinggal. Ternyata kotanya sama denganku. Dengan jujur aku mengakui bahwa aku satu kota dengannya. Selebihnya tentang tempat tinggal, kami tidak membahasnya. Kami langsung membahas kapan kami akan ketemuan dan dimana. Dan akhirnya sudah diputuskan kapan, dimana, dan pakai apa dia.
Pertemuan kami akan berlangsung pada Hari Minggu tepat pukul sembilan pagi. Itu adalah besok lusa. Dan kami akan bertemu di taman kota di sebelah timur. Siapa yang sampai di sana dahulu harus duduk di kursi kayu yang ada di taman untuk menunggu. Katanya dia akan mengenakan baju berwarna putih, tapi dia tidak menjelaskan lebih rinci bagaimana pakaiannya. Dan aku juga sama dengannya, aku tidak mengatakan dengan rinci apa yang akan kukenakan. Aku hanya berkata bahwa aku akan mengenakan syal berwarna merah. Kurasa itu cukup untuk sebagai pengenalan di luar sana.
Karena merasa tidak sabar, aku langsung membuka lemari pakaianku dan mencari syal merahku. Syal itu menggantung pada gantungan syal-syal pada tutup pintu bagian dalam. Dan syal merah ini sangat berharaga bagiku.
Gerry memberikannya kepadaku pada hari ulang tahunku yang ke tujuh belas. Hadiah ini membuatku menjadi teringat dengannya. Bahkan dia tidak mencoba untuk menghancurkan persahabatan kami. Dia mencoba untuk mempertahankannya, begitupun aku. Dan syal ini akan menjadi bukti tambahan bagaimana perasaanku yang akan kuceritakan kepada Andien.
Tak terasa dua hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan teman dunia mayaku, Andien. Aku sudah siap untuk berangkat pada jam delapan pagi.
Kakak perempuanku menggodaku bahwa aku akan menemui pacarku. Dia selalu beranggapan bahwa Gerry itu pacarku, bukan sahabatku. Padahal hari ini aku sedang tidak bertemu dengannya. Aku akan bertemu dengan teman yang lainnya.
Karena rumahku berada jauh dari pusat kota, aku harus berjalan kaki ke jalan raya untuk menaiki angkutan umum. Ini akan menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh menit, apalagi angkutan umum akan berhenti lama sewaktu-waktu untuk mencari penumpang.
Tapi pada akhirnya aku bisa sampai di taman kota dengan selamat. Pada hari ini, banyak orang berada di taman untuk berjalan-jalan dan juga berwisata dengan bermain permainan yang ada bersama dengan keluarga. Untungnya tempat yang dijanjikan sedang tidak ditempat orang, jadi aku langsung duduk di bangku taman untuk menunggunya. Sekarang sudah jam sembilan kurang lima menit. Aku tidak sabar untuk menunggunya.
Waktu terus berjalan, banyak orang berjalan-jalan di sekitarku. Di antara mereka ada yang melihatku dengan penasaran, tapi juga ada yang mengabaikanku. Di taman, rasanya semakin panas. Cahaya matahari juga sudah tidak hangat lagi. Aku bisa menjadi ikan asin jika aku terus-terusan duduk di bawah sinar matahari yang panas ini.
Jadi aku memutuskan untuk pindah tempat duduk yang lebih teduh dan tidak jauh dari bangku taman yang panas itu. Sekarang, aku duduk di sebuah bangku yang sangat teduh dan nyaman. Bangku ini berada di samping pohon sehingga cahaya matahari yang panas tidak menyinariku. Waktunya untuk menunggu lagi walaupun sudah lima belas menit berlalu.
Aku menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari seorang perempuan yang memakai baju berwarna putih. Banyak sekali yang memakai pakaian itu dan mereka semuanya rata-rata mengabaikan diriku. Itu tandanya, mereka bukanlah Andien yang aku cari.
Syal yang aku kenakan kini semakin panas diikuti hari ini. Aku terus mencoba untuk mencari perempuan berbaju putih tapi tidak bisa kutemukan juga. Tapi saat aku menengok ke kanan, ada sesuatu yang jatuh di depan mataku. Benda itu melayang-layang dengan pelan dan akhirnya jatuh di samping tubuhku. Benda itu adalah sebuah amplop berwarna putih yang indah.
Aku sangat tahu benda ini, tentu saja. Aku pernah membuat amplop sendiri menggunakan kertas HVS dan kertas kado yang indah. Dan hasilnya ada di depanku, maksudku hasilnya hampir sama dengan apa yang ada di depanku. Dengan bingung aku mengambilnya dan memutar-mutarnya untuk mencair petunjuk. Dan ada tulisan yang indah di depan amplop.
Untuk sahabat terbaikku sepanjang masa,
Gerry
Ini adalah amplop yang kuberikan kepada Gerry yang kuselipkan pada kotak kado ulang tahunnya seminggu yang lalu. Bagaimana bisa benda ini berada di sini?
Aku mencoba untuk melihat ke sekitar lagi dan mencari-cari. Kali ini bukan Andien yang aku cari. Dan dia berada di belakangku. Berdiri menatapku dengan harapan. Aku terkejut dan langsung berdiri sedikit menjauh. Sejak dua hari yang lalu aku berhasil menghindar darinya, sekarang kami bertatap muka.
“Apa yang kau lakukan di sini?” aku bertanya kepadanya. Suaraku bisa sedikit bersahabat.
Dia menunjukku dengan jari telunjuknya.
“Aku harus menemui seseorang yang memakai syal merah di taman.” Jawabnya. Kedua matanya terus menatapku.
Aku melihat dirinya dari atas sampai bawah. Sekarang dia memakai kemeja berwarna putih dan celana jins berwarna biru. Dia selalu memakai sepatu ketnya yang berwarna merah itu. Dan dia juga memakai sebuah topi berwarna merah putih yang saling menghias dan keren.
“Bagaimana bisa?” aku bertanya, hampir putus asa. Aku takut dugaanku benar.
“Aku kemari ingin mendengar apa yang ingin kau ceritakan kepadaku, Daisy.” Jawabnya.
Jadi dugaanku ini benar. Gerry adalah Andien. Dengan kata lain dia lah yang selalu mendengar semua curahan hatiku, termasuk kemarahanku terhadapnya. Tapi mengapa dia lakukan ini kepadaku?
“Mengapa kau menyamar sebagai Andien?” aku bertanya. Suaraku bergetar.
“Untuk mencari tahu apakah kau mencintaiku atau tidak.” Jawabnya.
“Mengapa kau lakukan ini kepadaku?”
“Karena aku mencintaimu.”
Aku sebaiknya berhenti bertanya atau aku semakin sakit hati. Dia adalah sahabatku yang baik sebelumnya, tapi dia menghancurkannya setelah dia mengungkapkan kata itu di depanku sehingga membuatku marah besar kepadanya. Tapi waktu itu aku tidak menyadari bahwa dia juga terluka akan reaksiku kepadanya. Dia yang memberitahuku langsung lewat e-mail, bahwa dia terluka. Dia yang menyadarkan aku, dan dia yang ingin memperbaiki ini semuanya. Inilah caranya yang dia pilih.
Sekarang dia mengungkapkannya lagi kepadaku. Ini akan memperburuk keadaan jika aku langsung marah kepadanya. Aku harus menahan rasa marah walaupun sekarang aku kecewa kepadanya. Dan aku juga harus mendukung usahanya untuk memperbaiki ini semuanya.
“Maafkan aku, Gerry. Aku tidak bisa.” Jawabku dengan lemah.
“Ya, aku mengerti.” Katanya. Aku menjadi membuang pandanganku darinya, ini membuatku takut untuk langsung menatapnya. “Aku juga minta maaf karena mengecewakanmu selama ini. Kuharap kita masih bisa bersahabat seperti sebelumnya.” Terusnya.
Aku mencoba memberanikan diri untuk menatapnya.
“Kau bilang kau ingin mendengar ceritaku.” Kataku.
“Ya itu benar, jika kau masih ingin bercerita.” Balasnya.
Sekaranglah waktunya.
“Aku ingin menceritakan apa yang ada di benakku selama ini untuk memikirkan jalan keluarnya. Sebenarnya aku ingin berkata kepada Andien bahwa keputusanku adalah menjauh darimu. Melihatmu membuatku merasakan kekecewaan karena dikhianati. Tapi aku ragu aku bisa melakukan itu. Oleh sebab itu aku menginginkan saran darinya. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apalagi mantan sahabatku memintaku untuk kembali bersahabat dengannya.”
“Kalau boleh tahu mengapa kau ragu untuk menjauhiku?” dia bertanya. Seperti Andien yang sigap dalam bertanya dalam e-mail.
“Aku tidak tahu. Mungkin karena kita sudah bersahabat cukup lama. Dan mungkin karena kau lah orang yang bisa mengerti aku. Atau mungkin karena aku mencintaimu.” Jawabku. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk meneruskannya tapi dia malah mendekat.
“Kau mencintaiku?” dia bertanya seolah ini bukanlah kenyataan.
“Iya. Aku mencintaimu karena kau adalah sahabat aku, Gerry. Itu bukanlah sesuatu yang sangat spesial.” Balasku sedikit kesal. Dia sudah salah menanggapi perasaanku.
Dia menjadi terlihat sangat putus asa.
“Lalu apa gunanya aku menolakmu tadi? Kau benar-benar bodoh.” Terusku. Oh ayolah Gerry, sadarkan dirimu.
Dia akhirnya tertawa sendiri. Itu bagus, karena dia sudah sadar dengan dirinya sendiri. Banyak orang melihat ke arah kami berdua dengan penasaran. Lebih tepatnya lagi, mereka semua sedang menatap Gerry dengan bingung. Inilah Gerry yang sedang sedih karena diputus cintanya oleh seorang gadis. Dia akan menertawai dirinya karena begitu bodoh.
Setelah tawa bodohnya usai, dia berkata kepadaku.
“Kau benar. Aku yang terlalu naif.” Dia menyeringai kepadaku. “Jadi, apa status kita berdua?”
“Aku memerlukan saran darimu.” Kataku.
“Kalau begitu kita bersahabat lagi. Sebagai perayaan dan ucapan maaf, akan kutraktir kau es krim. Dan sebagai ucapan maafmu, kau harus menraktirku makan siang.”
“Hah? Apa kau masih bodoh? Aku tidak punya uang yang cukup untuk itu.” Apalagi Gerry selalu mengajak makan di tempat yang mahal. Dia kan anak orang kaya.
“Itu saranku.” Katanya.
Sekarang permainannya harus sudah selesai.
“Baiklah. Aku terima persahabatan kita yang baru. Tapi biarkan aku yang menraktirmu es krim dan kau yang menraktirku makan siang.”
Dia tersenyum. “Biarkan aku yang menraktirmu semuanya. Ini semuanya salahku.” Katanya lalu menarik tanganku.
Kami berjalan bersama keluar dari taman. Tujuannya adalah untuk merayakan persahabatan kami yang diperbarui. Di dalam hatiku tidak yakin apakah ini akan baik-baik saja ke depannya atau tidak. Tapi melihat Gerry dapat tersenyum dari hatinya setelah kulukai hatinya, membuatku menjadi lebih tenang.
Kubalas genggaman tangannya itu dan aku mengejar langkahnya. Kuberikan senyuman terbaik milikku yang pernah ada. Walaupun sekilas, aku tahu wajahnya memerah karena melihatku tersenyum dan berdiri di sampingnya. Bergandengan tangan pula, pasti pikirannya aneh-aneh. Tapi biarlah, yang penting hubungan kami masih sama seperti dulu lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza Rahadian  dalam PERAHU KERTAS Kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji