Kubuka
mataku dan tatapanku langsung menuju kearah jam dinding yang mengganggu tidurku
itu. Walaupun suaranya sangat pelan tapi itu sangat terdengar olehku apalagi
kondisi UKS yang sepi ini. Sadarkah aku bahwa waktu berjalan sangat lambat?
Lambat sekali sampai-sampai dikalahan seekor keong sekaligus? Mungkin aku yang
berlebihan karena aku hanya memejamkan mata sambil mengihitung berapa kali
jarum itu berbunyi dan berdetak tiap detiknya. Itu sangat membosankan! Aku
ingin sekali berjalan-jalan dan menikmati sesuatu yang segar. Udara misalnya.
Atau air. Benar juga, aku haus sekali. Bisakah seseorang membawakanku segelas
air untuk kuminum? Berimajinasilah Noel sesukamu dan kau akan mati kehausan di
tempat ini. Membusuklah!
Kuakui
setelah aku mengetahui siapa diriku sebenarnya, emosiku sering tidak stabil
serta perkataan kotor juga sering terlontar dari mulutku ini apalagi disaat
emosi ini tidak terkontrol. Ini sulit sekali dan aku menginginkan bahwa ini
menghilang dari diriku. Memang bisa? Jika Noi sampai mengetahui aku mengeluh
seperti ini, aku sudah jadi sate yang bakal dilahapnya. Sialan!
Ngomong-ngomong
aku harus meminta bantuan dirinya yang berada di ruang sebelah. Dia sedang
menemani wali kelasku yang pinsan akibat Alex yang sembarangan. Andaikan ini
mirip dengan film Harry Potter, mungkin ia akan diadili biar tahu rasa. Tapi
ini juga termasuk aku, karena ini semua ulahku. Kutarik pemikiranku sebelumnya
tadi dan kubuang jauh-jauh.
Okay,
aku berkonsentrasi memikirkan dan merasakan dimana letak pikiran Noi. Kemudian
aku tinggal mengatakan padanya bahwa aku memerlukan dirinya. Pikiran-pikiran
yang kurasakan begitu banyak dan memusingkan. Padahal letak Noi tidak jauh dari
aku tapi mengapa ini sangat sulit untuk mencari pikirannya. Akhirnya kuputuskan
untuk beristirahat sebentar, jika aku keterusan akan makin berbahaya.
Sekitar
dua menit kemudian kucoba untuk mencari pikiran Noi. Kupusatkan perhatianku di
sisi timur dimana Noi berada. Ini lebih mudah dan aku menemukan sekitar tiga
pikiran. Jika kulihat yang satu mirip mimpi seseorang, oh itu guruku yang
pinsan akibat Alex. Itu tidak penting dan aku harus mencari pikiran yang
lainnya.
Kali
ini, kecemasan dan juga kurasa pikiran ini mirip kegalauan. Kulihat lagi
pikiran itu dan aku mencoba masuk ke dalamnya. Isinya yang membuatku langsung
kejang-kejang. Aku langsung terlepas dari pikiran itu tapi aku kejang-kejang mirip
orang sakit. Untungnya itu tidak lama dan benar Noi langsung berada di sisiku.
Syukurlah…
“Apa
yang sedang kau lakukan?” tanyanya datar. Kulihat wajahnya yang tidak enak
dilihat walaupun ia adalah surga dunia.
“Aku
haus.” Jawabku pelan.
“Kau
membuatku ingin muak, Noel. Hentikan!” Katanya tiba-tiba dengan kesalnya dan
bisa dibilang ia membentakku.
“Apanya?”
tanyaku kebingungan mencari kesalahanku.
“Jangan
masuk lagi ke pikiranku. Aku tahu kau masih melakukannya.” Katanya lebih kesal.
“Aku
tidak melakukan apa-apa.” Balasku juga sedikit membentak.
Ia
menatapku tajam dan menusuk kedua mataku. Mati aku, dia mulai kesal lagi dan
aku bakalan dibuatnya orang mati selama satu hari lagi. Itu tidak enak.
Ia
menyentuh pundakku dengan kuat. Tapi kali ini sepertinya ia bertopang padaku.
Kulihat dirinya yang wajahnya sangat pucat. Sadarkah aku bahwa ia terlalu
banyak mengeluarkan sihir untuk mengotrolku? Ini sangat buruk!
“Noi?”
kataku sambil mencoba untuk membantunya untuk duduk di tempat tidur yang
kutiduri tadi.
“Alex…”
katanya lemah “panggil Alex, Noel.” Terusnya sambil memegangi kepalanya.
“Kau tak apa-apa?” tanyaku.
“Cepat
panggil Alex, Noel. Aku tak kuat.” Ia merintih kesakitan sekarang.
Maka
dengan segera, aku mencoba keras memanggil Alex dengan telepati dan dua detik
kemudian ia sudah tiba di depan kami. Dengan cepat ia memegangi Noi dan
membawanya menjauh dariku. Aku mencoba mendekat dan membantu tapi sepertinya
Alex memasang semacam perisai angin sehingga aku selalu didorong kembali ke
tempat tidur saat aku mendekatinya.
“Kau
diam dulu, Noel. Noi hampir lepas kendali.” Katanya langsung kepadaku.
Aku
langsung duduk menyila dan menyaksikan dirinya. Sepertinya dia memantrai kalung
bintang yang dipakai Noi itu. Tapi mengapa dilakukan di tempat ini? Tempat ini
sudah sesak dan tidak begitu luas untuk menetralkan segel sihir Noi. Ini bisa
dibilang super berbahaya.
“Kau
perlu bantuan, Alex.” Kataku setelah satu menit menatap mereka. Alex makin
cemas dan mungkin sudah sampai batasnya.
“Tidak.
Arg…” ia mengoceh sendiri. Kemudian ia menatapku. “Aku tak bisa melakukannya
sendirian disini. Aku akan membawanya ke Valent, kau diam disini.” Katanya
kepadaku lalu menghilang.
Wow!
Enak sekali ia berkata seperti itu kepadaku. Lalu apa gunaku disini? Hello?
Apakah hanya aku yang tidak berguna di tempat ini? Sehingga aku harus diam
sendiri sambil dilindungi oleh perisai angin ini? Perisainya belum menghilang
walaupun orangnya sudah menghilang. Intinya aku terjebak di tempat membosankan
ini.
Beberapa
menit kemudian, aku dikejutkan oleh seorang gadis kecil yang manis sekali yang
tiba-tiba saja muncul di depanku dan melenyapkan perisai Alex itu. Ia tersenyum
kepadaku dan astaga… ia cantik sekali. Lebih cantik dan lebih manis daripada
Noi. Dan kutarik pujaanku kepada Noi itu dan kulepaskan semuanya kepada gadis
kecil itu.
“Kau
Noel? Aku Jasmine, adiknya Alex.” Katanya dengan suara sweetnya. Manis dan imut sekali.
“I-i-iya.”
Jawabku tergugup.
Ia
tersenyum kepadaku dengan sangat manisnya sampai-sampai gula terasa hambar.
“Senang
bertemu denganmu.” Katanya lalu tersenyum lagi.
Aku
membalasnya tersenyum.
“Alex
sedang sibuk dengan Kak Noi dan ia menyuruhku untuk kemari. Walaupun sedikit
kasar ia membawaku kemari.” Katanya menjelaskan mengapa dirinya kemari. Yang
aku pertanyakan adalah mengapa dirinya memanggil kakak kandungnya langsung
namanya? Tidak kepada Noi dengan sebutan terhormat itu.
“Ya,
aku tahu soal itu.”
“Alex
bilang kau juga berbahaya. Lagi pula aku tak memiliki sihir untuk menyegel
maupun membantumu untuk mengontrol kekuatanmu.” Katanya lagi dengan nada yang
monoton.
“Mengapa
dia mengirimmu kemari?” tanyaku.
“Untuk
menggantikan keberadaannya Kak Noi.” Jawabnya dengan nada solid.
Menurutku,
kata menggantikan itu berartikan bukan hanya menggantikan kedudukan saja
melainkan fungsi juga. Tapi ia telah berkata kepadaku bahwa ia tidak dapat
melakukan sihir untuk membantuku untuk mengontrol kekuatanku. Mengapa aku tidak
sekalian dibawanya ke Valent?
Tiba-tiba
kudengar Jasmine tersenyum menahan tawanya. Kutatap dirinya yang ternyata juga
menatapku.
“Jangan
berkecil hati…” katanya lembut kepadaku “Mungkin memang aku tidak sekuat Alex
maupun Kak Noi, tapi setidaknya aku bisa membantumu sedikit untuk urusan sihir.
Lagi pula aku juga perlu belajar tentang sihir. Kita bisa belajar bersama.”
“Kau
masih sekolah?” tanyaku terkejut.
“Tentu
saja. Aku belum lulus sekolah, Noel.” Jawabnya terus terang.
Itu
berarti, pengontrolan kami sama-sama belum stabil.
“Lalu
mengapa ia mengirimmu kemari?” tanyaku untuk kedua kalinya.
“Sudah
kubilang Alex menyuruhku kemari untuk menggantikan posisi Kak Noi.” Jawabnya
sedikit kesal tapi masih terkesan sweetnya.
“Bukannya
itu bahaya jika mengirimkan penyihir dibawah umur kemari?” kataku langsung.
“Itu
tidak berarti padaku, Noel. Aku khusus di dunia sihir.” Katanya kepadaku.
“Lalu—“
Ia
menutup mulutku dengan sihir. Sial! Ini kuat sekali.
“Kau
banyak berbicara dan membuat curiga orang jika kau terus seperti itu. Lebih
baik kubawa kau ke suatu tempat.” Katanya kepadaku setelah beberapa detik.
Kemudian
kami menghilang dengan angina membawaku entah kemana.
***
Angin bertiup dengan lembut meraba
kulitku. Kubuka kedua mataku dan kutemukan seorang bidadari cantik yang
membawaku kemari—entah dimana. Aku melihatnya berdiri dengan anggun
membelakangiku. Angin meniup rambutnya yang bergelombang itu hingga
berterbangan. Warna rambutnya yang berwarna biru bak samudra itu memancarkan
sinar matahari yang bersinar terik. Wajah manisnya menatapku dengan senyuman
yang menawan. Matanya yang sama berwarna biru muda itu menatapku dengan tatapan
manisnya.
Sungguh indah dirinya. Terima kasih
Pencipta.
Puisi
konyol karya Noel, selesai.
Inginnya
Jasmine menutup telinganya setelah mendengarnya, kalau bisa. Ia mengetahui
kalau Noel melepaskan sihirnya secara halus dan tanpa Noel sadari pula sehingga
pikiran Noel dapat terbaca olehnya. Selain itu, itu sangatlah tidak sopan dan
sangat mengganggu. Terlebih akibat Noel-lah yang telah membuat Noi lepas
kendali.
“Noel.
Bisakah kau memudarkan warna mata merahmu itu? Kau menakutkan.” Kata Jasmine
dengan nada sweet yang disukai Noel.
“Aku
tidak mengerti.” Jawab Noel dengan wajah penuh pemujaan.
“Kau
segel sendiri kekuatan naturalmu. Itu akan membantumu untuk mengontrolnya.”
Kata Jasmine menerangkan.
“Aku
tak bisa melakukannya.” Jawab Noel dengan masih wajah pemujaannya yang konyol
itu.
Jasmine
menutar kedua bola matanya karena tidak menyukai jika ia ditatap seperti itu. Selain
itu ia juga kesal karena tiba-tiba ia dikirim ke dunia manusia, dunia dimana ia
tidak menyukainya. Ia membenci manusia.
Akhirnya
Jasmine membuat sebuah sihir untuk menyadarkan lamunan konyol Noel tentang
dirinya itu. Menyebalkan! Kalau saja ia tidak disuruh Alex kemari, mungkin ia
sudah berada di pasar sambil membeli beberapa pernak-pernik, perhiasan, dan
barang-barang favoritnya.
“Apa?”
tanya Noel kemudian.
“Segel
kekuatan naturalmu, Noel.” Jawab Jasmine kembali dengan nada sweet yang ia buat-buat.
“Noi
yang selalu menyegelnya.” Balas Noel.
“Apa?
Seharusnya kau bisa melakukannya. Jangan bercanda Noel.”
“Aku
serius, Jasmine.” Noel terdengar sangat serius sehingga Jasmine langsung
mempercayainya.
Jasmine
terdiam sambil berpikir. Ia belum menguasai sihir penyegelan kekuatan natural
selain miliknya sendiri. Selain itu pelajaran itu diterima saat akhir-akhir
sekolah, maka ia belum menerimanya.
Ditengah-tengah
kebingungan Jasmine, Noel mulai bertanya, “Ada apa, Jasmine?”
Jasmine
langsung menatapnya dan tersenyum manis sekali. Kemudian ia menunjuk Noel
dengan jari telunjuk kanannya dan saat itu juga terasa bahwa tubuh Noel sangat
ringan sehingga ia langsung terbang tanpa arah. Noel menjadi gelisah dan
kebingungan untuk menjaga keseimbangan tapi akhirnya ia terjatuh di atas atap
sekolah.
“Kau
tidak apa-apa, Noel?” tanya Jasmine khawatir sambil mendekatinya.
“Apa
yang barusan kau lakukan?” tanya Noel sambil menatapnya dengan tatapan
melasnya.
“Alex
menempelkan sihir anginnya untukku, mungkin jika kugunakan padamu itu akan
membantu menyegel kekuatan naturalmu. Aku memang belum mempelajarinya tapi Alex
telah mengajari sedikit kepadaku.” Jawab Jasmine menerangkan. Wajahnya masih
sangat khawatir melihat Noel yang diam.
“Kurasa
ini tidak membantu.” Balas Noel sambil bangkit berdiri. Punggung dan kepalanya
terasa sangat sakit.
“Maaf,
Noel. Aku belum menguasainya karena aku baru belajar.” Kata Jasmine dengan
suara manjanya itu sehingga emosi Noel langsung memudar. Sebenarnya itu juga
pelajaran bagi Noel yang bersikap sedikit kurang ajar kepadanya.
“Tak
apa.” Jawab singkat Noel sambil melambaikan telapak tangannya menandakan bahwa
ia baik-baik saja. “Ngomong-ngomong mengapa kau membawaku disini—di atap
sekolah?” tanyanya kemudian.
“Aku
ingin menunjukan padamu.” Jawab Jasmine.
Lalu
Jasmine berjalan dengan sangat anggun menuju tengah-tengan atap sekolah. Ia merebahkan
telapak tangannya mengarah ke udara dan disaat itu juga muncul cahaya berwarna
biru muda yang indah mengelilingi penuh sekolah Noel. Saat Jasmine mulai
mengepal telapak tangan yang ia rebahkan tadi, cahaya itu lenyap seketika.
“Dengan
ini, semua manusia di gedung ini akan melihatku sebagai Kak Noi.” Kata Jasmine
menerangkan.
“Bolehkah
aku bertanya sesuatu?” tanya Noel sambil mengacungkan tangannya.
“Silahkan.”
“Mengapa
harus di tempat ini?”
Jasmine
tersenyum. “Agar sihirnya menyeluruh ke seluruh bagian gedung ini. Bisa dibilang
ini untuk menghemat. Jika kulakukan di dalam ruangan, aku bisa saja
menghabiskan lebih dari separo tenagaku. Dan disaat itu juga, aku bisa langsung
menghancurkan tempat ini karena aku lepas kendali. Tenaga harus rata-rata lebih
dari tiga puluh persen untuk mengontrol baik kekuatan natural, Noel.” Jawab Jasmine
menerangkan.
“Jadi
begitu. Bagaimana kalau tenaga kita hanya sekitar dua puluh sembilan persen
misalnya?”
“Itu
berbahaya. Seperti halnya tadi Kak Noi. Jika dilihat kondisi dari tenaga yang
tersisa darinya adalah sekitar empat belas persen. Ia dapat bertahan karena
sebuah benda yang membantunya untuk mengontrol semua sihir dan kekuatannya. Tapi…”
Jasmine berhenti sebentar “karena ia terlalu memaksakan diri, makanya ia lepas
kendali. Untungnya Alex langsung membawaku kemari. Kalau tidak? Kak Noi mungkin
akan membunuhku di sana.”
Noel
membuka kedua matanya lebar-lebar karena tidak percaya. Apa yang baru saja
dikatakan Jasmine kepadanya, ia baru mengetahuinya dan Noi maupun Alex tidak
memberitahukan ini kepadanya. Ini memang masaah yang terlebih serius apalagi
dirinya sendiri. Yang ia khawatirkan sekarang adalah dirinya sendiri jika
berjauhan dengan Noi. Masalah baru muncul yang akan ditimbulkan olehnya sendiri
di dunia ini—dunia manusia. Ia tidak pernah mengharapkan ini terjadi.
“Bawa
aku ke Alex.” Pinta Noel tiba-tiba.
“Aku
tak bisa sampai nanti pukul tiga sore, Noel.” Jawab Jasmine.
“Mengapa?”
“Karena
tidak mungkin aku membawamu pergi sekarang. Ini akan membuat seluruh manusia di
gedung ini curiga akan sesuatu yang berbeda.”
“Kau
bisa melakukan sesuatu?”
“Menyamar
sebagai Kak Noi. Jika kau ingin menunggu, aku bisa mengantarmu nanti.”
“Aku
bisa mati jika aku tidak didekat Noi sekarang.”
“Sekarang
kebalikannya. Berbahaya jika kau mendekati Kak Noi sekarang, Noel.”
“Aku—“
“Tunggu
sebentar, Noel.” Potong Jasmine “mungkin jika permasalahan selesai, Alex pasti
datang kemari. Dan ia dapat membawamu ke dunia sihir.”
“Kapan
itu terjadi?” tanya Noel langsung.
Jasmine
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Maaf, aku tidak tahu pasti. Tapi aku yakin
sedikit lama. Kau bersabarlah.”
Noel
menatapnya dengan tatapan berharap dan dibalas senyuman yang menenangkan hati
milik Jasmine. Ia mendekatinya dan menggenggam erat kedua tangan Noel dan
memberikannya semangat.
Kemudian,
Jasmine menariknya dan membawanya pergi dari atap sekolahan.
***
“Apa
yang anda lakukan disini?” suara berat terdengar.
“Ini
bukan urusanmu.” Jawab seseorang bersuara lembut tapi tajam.
“Ini
tentunya adalah urusan saya, karena say—“
“Aku
tahu itu. Jangan menghina aku, Pengawal Kerajaan. Aku disini bukanlah urusanmu.
Apapun yang Raja ingin ia dengar, berbohonglah bahwa aku tidak berada di sini.”
“Mengapa—“
“Karena
ini semua bukan urusanmu! Pergilah dan menjauh dariku. Akan kubunuh kau jika
kau mendekatiku lagi apalagi kau menyentuhku.”
“Baik,
Putri.” Suara yang berat itu menghilang dan lenyap. Tinggal seorang lain yang
masih berdiri diam menatap kesal ke lantai-lantai keramik. Matanya yang tajam,
langsung mematahkan setiap keramik yang ada. Lalu ia berjalan meninggalkan
tempat itu.
Komentar
Posting Komentar