Langsung ke konten utama

Right From the Start

Kenangan disaat aku dulu pernah ketik cerita ini. u,u aku ketik ini waktu aku SMP dulu. ini memori aku banget dan menunjukan bahwa aku dulu kebanyak ngetik dan beberapa kali ganti alur dan percobaan. tebak! cerita ini sudah lebih dari lima kali perubahan dan jadinya itu The Truth of Me itu... ini bab awal yang aku beri judul Right From the Start ... alasannya karena aku waktu itu seneng banget sama lagu yang awalannya kayak gituan, tebak sendiri apa lagunya. dan... ketikan ini itu belum begitu efektif dan juga menempatan tanda baca yang kurang dan tidak benar. namanya juga belajar, pasti ada kesalahan. tapi aku menyukainya. ini kenangan dan simpanan aku, membuatku makin terinspirasi akan segala hal. dan aku, juga bangga sama diri sendiri. ga banyak orang lho yang bisa bikin cerita ini. karena aku memiliki imajinasi yang besar dan mengapa aku banyak ketik pembukaan disini? jangan hiraukan tulisan tadi.


M

atahari muncul dari timur. Menyinari pondok di pinggir hutan. Tampak seorang gadis sedang bersandar di teras belakang pondok itu. Ia tampak menikmati cahaya matahari yang hangat. Ia ditemani secangkir teh hangat berwarna merah. Ia mulai meminum teh hangat itu, “hmm... enak, sedap”, katanya.
            “Noi... bisa bantu aku di sini?”,kata seseorang di dalam pondok.
            “Ya, aku datang”, kata Noi sambil masuk ke dalam. “Ada apa sih sebenarnya?”
            “Well, aku butuh bantuanmu, tentang ini.”, jawabnya.
            “Masak? kau memintaku untuk memasakan sesuatu untuk mu? Dan aku bertaruh kalau kamu sudah lapar dan kamu ingin sarapan. Coba aku tebak, kamu gak bisa masak.”
            “Hehe... sebenernya memang begitu adanya. Fakta”
            “Oke, tapi kamu juga harus bantuin aku masak, sekalian aku akan mengajari kamu masak, tapi Kak, apa kita punya bahannya? Aku rasa kita tidak punya bahan makanan, karena kita selalu memakan makanan instan. Sebaiknya kamu pergi ke rumah Desy, meminta bahan makanan. Selanjutnya kita akan memasak bersama. Cepet sana pergi.”, perintah Noi pada kakaknya.
            “Iya bawel”,jawab kakaknya dan segera pergi ke rumah Desy.
            Desy adalah orang yang bertanggung jawab atas kakak beradik ini. Ia berumur 24 tahun. Ia masih muda dan mau meminggul beban demi mereka. Ia adalah keturunan orang yang sangat kaya, dan ia lebih memilih tinggal sendiri di desa. Ia sangat suka menanam, terutama sayuran dan buah-buahan. Pekerjaannya hanya membuat karangan-karangan yang bagus untuk mengisi websidenya, dan kadang-kadang karangannya itu dibeli oleh seseorang yang berminat. Dengan menanam sayuran dan buah-buahan, hasilnya kadang-kadang ia berikan ke panti asuhan atau kepada orang yang tidak mampu, selain itu juga kadang-kadang ia memakannya sendiri dan berbagi ke Noi dan Noel.
            “Oh, Noel, kamu datang. Aku tebak makanan habis di pondok?”, kata Desy sebagai sambutan atas kedatangan Noel.
            “Ya Des, Noi meminta ku untuk minta bahan makanan yang kamu punya, lalu kami akan memasaknya”
            “Wow! Sejak kapan Noel bisa memasak”, ejek Desy kepada Noel . “Oke, tunggu sebentar, dan hari ini adalah hari panen, dan tadi ku perhatikan panennya banyak juga. Aku akan memetikan beberapa buah dan beberapa sayuran untukmu.”
            “Cepetan ya... laper soalnya.”, keluh Noel
            “Biar cepet bantuin dong.”
            Ia tidak menjawabnya, tepapi ia hanya mengangguk dan terpaksa membantu Desy untuk memanen buah dan sayuran. Di kebun buah Desy terasa bau aroma buah-buah yang segar-segar. Itu membuat kenyang bagi yang menghirupnya.
            “Noel, tolong bantuin aku dong. Cepetan ke sini.”, pinta Desy.
            Tanpa banyak kata Noel melakukan apa yang Desy pinta. Selesai memanen beberapa buah dan sayuran Noel ingin beristirahat sebentar di rumah Desy beberapa menit. Perut Noel protes terus karena tidak diberi makan. Desy menyuguhinya sepotong roti berselai stoberi. Dia memakan roti itu seperti ia tidak pernah memakan sepotong roti.
            “Des, boleh aku bertanya sesuatu?”
            “Ya. Apa itu? Ini minum dulu.”, tanya Desy sambil memberikannya secangkir teh hangat. Segera ia meminumnya dan berkata, “Well, kamu sudah cukup umur untuk... ya kamu pasti tau kan...”
            “Apa? Pacaran maksudmu? Mengapa kau tanyakan itu padaku? Apa jangan-jangan kamu naksir sama aku?”
            “Apa? Uhuk uhuk uhuk”, Noel tersedak dengan rotinya. “Gak, gak, gak!”
“Haha... santai saja Noel, santai aja, aku hanya bercanda. Sebenarnya gak ada yang cocok denganku. Tapi sebenarnya aku gak menghina laki-laki, tapi bagiku laki-laki yang sukanya godain cewek-cewek itu bagiku itu keterlaluan. Pasti kamu ingat kejadian 1 minggu yang lalu saat kamu ninggalin aku sendiri di pinggir pasar karena kamu ingin buang air kecil. Waktu itu banyak cowok-cowok biadap yang godain aku. Aku hajar saja mereka sampai babak belur. Dan kamu pasti sudah melihat mereka kan? Mereka sebenernya preman pasar yang suka begitu. Untungnya aku bisa bela diri walaupun bisa sedikit.”, Desy menerangkan
Well, itu cukup membuatku takut padamu lama-lama di sini. Aku harus pergi dari sini sebelum Noi marah padaku karena aku terlalu lama untuk pulang. Bye.”, katanya sambil pergi pulang ke pondok.

            Di pondok, Noi menunggu Noel di pintu depan pondok. “Gila, lama amat nih Noel, ah! Noel pasti ngrayu Desy dulu. Aneh-aneh banget tu anak! Apa dia gak sadar kalau disini adiknya nungguin lamanya minta ampun.”, cerutu Noi. Di depan pondok itu terdapat hutan yang cukup lebat. Noi memperhatikan hutan itu. Ia merasa ada yang memperhatikannya dari dalam hutan itu.
“Cewek? Huh? Ngapain dia di dalam hutan yang blantara gitu?”, gumamnya dalam hati. Perempuan itu tersenyum padanya. “Tunggu dulu, dia kan, Vero!”. Lalu Noi mendekatinya, tapi perempuan itu semakin menjauhinya. “Vero....!!”, teriak Noi dan mengejarnya. “Noel?”, ia teringat Noel, iapun menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. Jarinya ia ayunkan yang tertuju pada meja ruang tamu. Dan tiba-tiba selembar kertas yang sudah ada tulisannya itu terletak di atas meja itu. Lalu ia mengejar perempuan itu.

            Sesampainya Noel di pondok, ia terkejut karena ia tidak bisa menemukan adiknya di dalam pondok. Ia pun segera keluar pondok dan segera mencari adiknya keluar. Tapi percuma ia tidak bisa menemukannya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke pondok. Lalu ia duduk di ruang tamu. Tanpa ia sadari, ia menemukan selembar kertas dan terdapat tulisan di kertas itu di meja ruang tamu. Ia segera mengambil kertas itu dan membacanya.

Noel
aku menemukannya. Sekarang aku mengejarnya masuk ke dalam hutan, segeralah ke sana, aku pasti perlu bantuanmu. Cepat lah masuk ke dalam hutan sekarang, aku akan ceritakan semuanya di sana.
Noi

Tanpa pikir panjang ia segera keluar dan mencarinya.

“hei, gadis kecil, apa yang akan kamu perbuat di sini? Kamu tau di sini di dalam hutan. Dan kamu tidak boleh masuk ke dalam hutan.”, kata seseorang nenek-nenek tua.
“aku tau itu kamu Vero. Keluarlah ke wujud aslimu sekarang juga.”, kata Noi lantang.
Nenek tua itu segera merubah dirinya menjadi seorang remaja cantik dengan rambut merahnya yang panjang.
“kita bertemu lagi, Novily.”, katanya lalu tersenyum.
“Dan, aku tidak menyangka kau semuda itu Noi. Anak kecil berumur enam belasan tahun. Huh?”
“katakan di mana dia sekarang! Atau...”
“Atau apa? kamu ingin membunuhku? Tak mungkin kamu bisa melakukan itu. Noi... kamu itu lemah, punya kekuatan yang tak pernah digunakan dan dikendalikan dengan tidak baik, payah.”, selahnya.
“Vero, mungkin kamu akan kalah dengan kami berdua. Kami berdua sekarang lebih kuat darimu.”, kata Noel yang tiba-tiba datang, di belakang Noi.
“Oh kamu, hey sayang, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Mantan”, kata Vero dengan semangat. “Aku gak mau membuang tenagaku untuk dua semut sebenarnya. Tapi aku hanya ingin berbicara kepada kalian berdua.”
“katakan sekarang atau tidak selamanya”, kata Noi dengan nada marah dan langsung menyerangnya. Dengan lincah Vero dapat menghindar serangan Noi yang tiba-tiba itu.
“lumayan sekarang, lebih kuat, tapi tetap saja lebih kuat diriku.”, kata Vero yang menghidar dari serangan Noi dan sekarang berada di belakangnya.
“hentikan ini Vero!”, perintah Noel sambil menatap tatapan tajam ke arahnya.
“aaaaaarrrrgggg...”, teriak Vero.
“Noi, segera ke sini, kau tidak sekuat dia.”, perintah kakaknya. Tanpa pikir panjang ia melakukan perintah kakaknya.
“aaauww...!”
“kakak kenapa? Kekuatan kakak melemah.”, kata Noi kawatir terhadap kakaknya itu.
“hahaha... kekuatannya untuk mengatur otak seseorang itu masih terbatas. Ia belum bisa mengontrolnya dengan baik. Maka jadinya ia akan melemah. Itu efek sampingnya. Dan aku hanya ingin bicara tentang orang yang kau sayangi itu Noi.”, kata Vero yang segera menyembuhkan luka dalamnya.
“Apa?”
“aku tau kamu pasti terkejut kalau ia masih hidup. Ia sekarang bersama dengan seseorang yang memiliki salah satu lima kekuatan natural yang paling berbahaya di dunia dan sebagai pimpinan kita, Master John. Tapi kau sangat yakin bahwa dia itu jahat dan selalu ingin sesuatu hal yang kuat. Ya, pimpinan kita menginginkan kekuatannya, untuk mengendalikan alam. Tapi untungnya, dia tidak tau tentang kakakmu itu, jadi kamu harus bersyukur oleh itu. Kekuatan kakakmu termasuk salah satu dari 5 kekuatan natural yang paling berbahaya. Kamu pasti ingat di sekolah dulu, Valentine menceritakan tentang 5 kekuatan natural yang paling berbahaya. Salah satunya adalah orang yang kau sayangi itu, Master Jonh ,kakakmu, dan... aku.”
“Apa? bagaimana...”, tanya Noi dengan penasaran yang amat.
“menurut legenda, kekuatan natural yang berbahaya ada lima, dan sekarnang ada empat yang sudah aku temukan. Dan ini adalah perintah Master Jonh untuk mencari orang-orang yang mempunyai kekuatan natural. dan sebenarnya aku gak mau ambil kakakmu yang tercinta itu. Karena masih ada yang lebih kuat dari pada kakakmu itu! Menurut legenda, kekuatan natural yang paling kuat adalah pengendali kekuatan seseorang. Itu sangat menangjubkan. Oke waktu ku habis. Segera bawa dia ke pondok kecilmu itu, karena sebentar lagi ada manusia datang kemari.”, kata Vero sambil meninggalkan mereka berdua.
            Noi segera membawa kakaknya yang pingsan karena melemahnya kekuatannya itu. Ia mengangkat kakaknya yang beratnya lebih dari dirinya sendiri dengan sihirnya. Di dalam kamar kakaknya yang super duper berantakan itu, Noi mengayunkan jari telunjuk tangan kanannya untuk mengeluarkan sihirnya agar kamar itu menjadi bersih dan rapi. Lalu ia meletakan kakaknya di kasur yang empuk. Lalu ia melihat kakaknya sejenak, wajah Noel lesu dan mulai pucat. Setelah itu, Noi segera keluar dari kamar Noel dan melakukan apa yang harus ia kerjakan sekarang.
            Noi melihat keranjang yang berisi sayuran dan buah-buahan segar, berserakan di lantai dapur. Ia berpikir, pasti Noel terkejut tadi, karena ia tak dapat menemukanku. Segera Noi mengambil belanjaannya Noel yang diambilnya gratis di tempat Desy tadi, lalu mengubahnya menjadi makanan yang baunya sangat menggoda selera. Tapi, ia mengolahnyanya dengan memasak tidak dengan sihirnya.
            Makanan sedap ia letakan di meja makan bertaplak hijau itu. Sederhana, tapi nikmat. Lalu, ia ke kamar Noel untuk melihatnya. Saat pintu dibuka Noi, mata Noel telah terbuka dengan tatapan kosong ke atap pondok. Noi mendekatinya, ia memperhatikan kakaknya. Mata Noel yang semula biru, berubah menjadi merah, dan tatapannya masih kosong. Noi melihat mata Noel yang menjadi merah itu. Kakak, kau seharusnya ke East School untuk mengendalikan ini, dan ini tak akan terjadi jika kau mengikuti sarannya, kata Noi dalam hati. Noi menatap dalam kakaknya. Perlahan-lahan, mata Noel berubah menjadi biru kembali. Kemudian Noel mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan lalu menatap adiknya yang sedih.
“Noel...”, kata Noi pelan.
“Nggak!”, jawab Noel yang sudah tau persis apa yang akan Noi katakan.
“Kenapa?”, tanya Noi dengan penuh harapan.
“Apakah aku harus bertemu dengan mereka lagi? Novily? Aku tak akan bertemu mereka, karena kau tau itu!”
“Kontrolkan itu dulu, lama-lama kau bisa mati jika kau idiot begini.”
“Novily! Tatap aku.”, bentak Noel sambil membangunkan diri dan duduk di depan Noi.
            Noi menatap matanya yang biru. Mata yang memiliki dendam dan kebencian terhadap mereka yang telah mengakibatkan orang tua Noel terbunuh.
“Aku tak akan bertemu mereka, Adik. Jika aku harus bertemu mereka, aku akan pasti membunuh mereka. dan aku tau, kau tak akan biarkan aku.”, kata Noel yang langsung berdiri dan meninggalkan Noi duduk di kamarnya sendirian.
            Noi terpaku. Ia mengharapkan yang terbaik bagi kakaknya itu. Ia juga tak ingin dendam Noel kembali lagi.
“Kesedihan yang diterima Noel memanglah besar, jika aku di posisi Noel waktu itu. Kebohongan yang dilakukan mereka memang keterlaluan. Mungkin jika aku dapat merasakan dendam Noel, pasti aku juga akan membunuh mereka. tapi juga percuma aku membunuh mereka. mereka lebih kuat dari padaku, yang seharusnya mati itu mereka nanti malah aku yang mati. Aku tak ingin mati meninggalkan Noel sendiri. Ia mungkin akan memiliki dendam yang sangat-sangat besar. Dan akan terjadi perang pertama di bumi belahan timur.”, batin Noi. Segera Noi berdiri dan menemui kakaknya.
“Noel?”, Noi mencarinya. Ia melihat Noel duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong. Noi mencoba mendekatinya.
“Kak, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, sekarang ada di meja makan. Ayo makan”, ajak Noi.
Noel masih terdiam dan masih menatap kosong.
“Kalau kamu nggak makan, ntar sakit. Trus aku juga kan yang repot.”, kata Noi sekali lagi.
“Novily, kamu itu penyihir yang jago dalam medis. Mengapa aku harus peduli dengan kesehatanku? Dengan kenyataan aku punya adik yang jago dalam medis. Dia kan dapat menyembuhkan penyakitku.”, jawab Noel pelan.
“Jangan manfaatin sihir, Noel! Kau tau diriku yang sebenarnya tentang sihir.”, kata Noi dengan suara agak tinggi.
“Lalu, kau tidak bersyukur apa yang kamu miliki sekarang?”
“Rese! Ku mau mandi dulu!”, kata Noi dengan nada tinggi lalu pergi meninggalkan Noel sendiri.
“Noi, maafin aku ya... aku berbuat ini biar kamu dapat melupakan kejadian tadi, aku tak ingin bayang-bayang Alex mengganggumu, dan sebenarnya, aku sudah tau yang sebenarnya tentang orang tua ku. Bukan mereka yang melakukannya, dan... sekali lagi maafin aku ya,” kata Noel dalam hati sambil memandang adiknya berjalan menuju kamarnya.
            Pintu dibuka Noi, masuk lalu duduk di kasur empuknya. Noel idiot!, kata Noi dalam hati dengan jengkel. Dia jarang baget begitu! Dia emang gitu! Selalu aja emosi jika dibahas tentang orang tuanya! Rese banget tu anak! Tapi, dia juga sih yang slalu sama aku sejak panti asuhan yang ku tempati dulu bangkrut. Dan dia akhirnya menawarkan diriku untuk tinggal bersamanya dan akhirnya kita berada di sini sekarang. Aku gak boleh begini, jadilah Noi yang lebih dewasa! Walaupun sekarang tampangku, tampang remaja berumur 16an tahun, tapi kedewasaanku harus seperti 24 tahun, seperti umurku sekarang, kata Noi dalam hati lagi. Ia memandang dirinya di depan cermin riasnya. Betapa ia sungguh bersyukur ia masih di dunia ini dengan tubuh yang indah ini. Mata cokelatnya yang gelap, kulitnya yang sedikit gelap, tubuh yang sempurna. Ia sangat mensyukurinya. Sikap dan perilaku Noi yang biasa-biasa saja (nggak centil, dan nggak tomboi). Ia jarang banget melakukan ritual yang sering dilakukan para remaja cewek. Ia menurutnya berlebihan. Lebih sederhana dan apa adanya, walaupun dunia cewek hinggap sedikit di dirinya. Segera ia mengambil handuk putihnya yang menggantung di belakang pintu lalu pergi ke kamar mandi pribadinya.
“Haha...”
“Tawaan itu?”
“Haha...”
“Mengingatkan aku padanya lagi...”
            Mata Noi terbuka. Cur... suara air dari sower yang semakin deras itu membangunkannya. Ia melihat sekelilingnya. Tembok berkeramik putih, gak salah kalau dia di dalam kamar mandi. Ia kembali tiduran di bathtub yang airnya sudah tumpah keluar karena air sudah penuh. Di otaknya hanya ada Alex, Alex, dan Alex. Dia merasa kehilangan waktu itu. Pujaan hatinya telah menghilang. Terbukalah lagi matanya. Terduduklah ia dan melamun dengan bayangan wajah Alex di depannya. Ia memeluk dirinya sendiri dalam kedinginan. Tangannya yang dingin, ia peluk lebih kuat lagi, hingga ia meneteskan air mata.
            Noel masih agak bersalah karena mengungkit masalah keluarganya dengan Noi. Adik angkatnya satu-satunya. Dia ingin mencoba agar Noi tidak ingat dengan Alex lagi. Karena ia tau. Noi pasti akan sedih dan memurung. Dalam lamunan Noel, tak terasa air mata melintasi pipinya yang menjadi basah. Ternyata ia juga merindukan sahabat terbaiknya itu.
“Noel? Kamu menangis?”, Desy tiba-tiba datang.
“Hah?”, Noel terkejut.
“Nggak kok enggak”, katanya sambil mengusap air matanya.
“Jujur sama aku, Noel. Ada apa?”
“Enggak apa-apa Des. Kamu di sini ngapain?”, Noel mengganti topik.
“Mencari Noi, dimana dia?”
“Mandi, duduk dulu Des.”, kata Noel sambil mempersilahkan Desy duduk.
“Tidak terima kasih. Aku hanya titip pesen aja. Kalau dia sudah selesai mandi, suruh dia ke rumahku boleh?”
“Oh, tentu.”
“Kamu baru galau ya? Datar amat suaramu.”, tanya Desy bingung dengan Noel.
“Enggak kok, liat ni aku tersenyum.”, jawab Noel sambil mengeluarkan senyumnya yang manis.
Deg... hati Desy berdetak lebih cepat saat melihat senyumannya Noel. Desy pun juga membalas senyuman Noel yang manis itu dengan senyuman juga, dan dia mulai melamun ngihatin Noel terus.
“Desy! Bengong aja nih, ngliat kakak.”, Noi mengagetkan Desy yang masih melemun.
“Ah... Noi”, kata Desy kaget.
Noi curiga, ada apa dengan Desy yang ngliatin kakaknya itu dengan penuh makna. Ia pun juga memperhatikan Noel juga akhirnya.
“Apa?”, tanya Noel bingung.
“Nggak apa-apa. ayo Des, ntar ada anak yang ke-pedean.”, ajak Noi, dan keluar dari pondok.
“Kenapa tu mereka berdua, ngliatin aku begitu aneh. Apa jangan-jangan Desy... Ah ngaco”, pikir Noel dalam hati, sambil senyam-senyum sendiri kayak orang gila.

“Mikirin kakak?”, kata Noi yang mengagetkan Desy yang melamun.
“Apa? nggak. Enggaklah. Amit-amit.”
“Amit-amit apa amat-amat?”
“Bodo!”
“Kalo kamu naksir ya gak pa pa sih.”, Noi memancing Desy
“Masak sih? Gak percaya tuh.”
“Kalau misalnya Noel juga naksir sama kamu gimana Des? Dia juga pernah bilang sama aku kalau dia juga baru naksir seseorang gitu.”, Noi berbohong.
“Beneran? Siapa?”, tanya Desy penuh gairah dan semangat.
“Ciiieee... katanya gak naksir. Kok nanyaknya frontal gitu?”,, kata Noi sambil menaik-naikan alisnya.
“Malesi!”
Desy menjadi bingung dengan ini. Masak aku naksir sama seseorang yang sudah aku anggap seperti adik ku sendiri? Dan anehnya, tadi ngliat Noel tampang anak berumuran 26 tahunan gitu saat dia senyum. Ah... mikir apa sih aku ini, pikir Desy dalam hati.
“Desy awas!!”, teriak Noi yang langsung membubarkan lamunan Desy. Dengan cepat Noi memegang tangan Desy lalu menariknya.
“Fiuh... Untung gak jadi jatuh kamu.”
“Apa?”, Desy kebingungan.
“Lihat di depanmu.”, kata Noi sambil menunjuk ke depan.
“Hah?”, Desy penuh dengan kebingungan. “Sungai?”
“Ya sungai, tadi nglamun ya kamu? Sampai kamu salah jalan sendiri.”
“Apa?”
“Tadi sebelum kamu sampai di sini. Aku bingung nyariin kamu yang tiba-tiba saja hilang. Trus mencoba kembali. Lalu aku melihatmu berjalan terus menuju sungai. Bukannya harusnya berbelok sebelum sungai, Des?”, Noi menerangkan dan merasa agak bingung.
“Hmm... ya, mungkin aku melamun.”
“Aneh?”, Noi semakin bingung.
“Aneh apanya?”
“Benerkan kata ku tadi, naksirkan kamu sama kakak?”
“Apa maksudmu itu? Ayo jalan.”
Noi agak jengkel dan bingung dengan ini. Lamunan yang membuat orang tak sadar sepenuhnya dan hanya melakukan gerakan terus sebelumnya itu kan sihir yang menempel di diri Noel. Apakah Desy terkena sihir itu? Aneh?. Noi makin kebingungan.
“Eh malah gantian bengong. Ayo jalan.”, Desy setengah berteriak.
Seperti biasa jika lamunan Noi buyar, Noi langsung mengambil nafas panjang. Lalu ia mengejar Desy yang sudah kira-kira sepuluh meter di depannya.
“Noi, Noel kenapa sih? Tadi ia melamun trus menangis gitu.”, kata Desy sebagai menghilangkan kesunyian setelah beberapa langkah menjauh dari sungai itu.
“Oh... mungkin, dia... ehm...”
“Kenapa?”
“Sedih, mungkin kangen sama sahabatnya”, kata Noi yang langsung bengong lagi. Alex, Alex, Alex, diotaknya hanya ada nama Alex.
“Eh, malah gantian bengong lagi. Kenapa sih kamu Noi?”
“Eh, gak pa pa, Des. Badanku agak gak enak.”, alasan Noi.
“Kamu pulang aja sekarang, biar aku nanti yang akan mengantarkan”
Raut wajah Noi yang sangat terlihat oleh Desy, Desy langsung menyelanya sebelum Noi berkata, “Kamu sakit, jangan paksakan. Kasihan kakakmu, dia kan baru sedih”
Kata-kata Desy yang selalu singat, padat dan jelas itu mengingatkannya pada kondisi Noel. Ia pun membuat keputusan, “Oke, kamu bener ya gak pa pa, kamu harus janji, jangan mikirin Noel. Bukannya melarang, tapi untuk keselamatanmu. Dan aku sebenernya gak melarang kamu suka sama Noel, sumpah! Dan jangan mikirin Noel waktu kamu berjalan aja deh, ntar kamu jatuh, kecebur, atau semacamnya. Pokoknya jangan mikirin Noel waktu kamu berjalan.”, kata Noi sambil menjulurkan dua jarinya saat pada kata ‘sumpah’. Lalu Noi meninggalkan Desy sendiri.
            Desy bingung yang dikatakan Noi. Ruwet, dia gak bisa memahaminya dengan baik. Memang aneh apa yang dikatakan Noi tadi. Tapi dia juga tadi hampir kecebur ke dalam sungai gara-gara ia mikirin Noel tadi. Ia pun pusing sendiri, dan melupakan semuanya.

Well, gak jadi?”
“Gak, badanku gak enak”, kata Noi sambil duduk di sebelah kakaknya.
“Hm... gak panas”, kata Noel sambil memegang dahi adiknya.
“Apa-apaan sih. Emang gak panas. Tapi, badanku yang gak enak bukan suhu tubuhku yang gak enak.”
“Haha...”
“Ada yang lucu?”
“Piss... sumpah, kamu tu lucu ya”, kata Noel sambil menjulurkan dua jarinya saat ‘piss’.
“Gak mutu!”, Noi mulai ngambek.
“Kamu tu kan medis, adikku. Kau tu seharusnya lebih tau dari pada aku tentang penyakit. Jika badanmu baru gak enak, pasti suhu tubuhmu naik.”, Noel menerangkan dengan menahan tawanya.
“Oh, jadi begitu to kak. Baru tau aku.”, jawab Noi dengan jawaban lugu, “Rese! Banget sih lo.”. Noi tambah ngambek.
“Ciiiee... bahasanya anak kota akhirnya dipake juga.”
Whatever.”
“Noi, jangan gitu dong. Aku dah mulai laper nih, makan yuk.”, ajak Noel sambil menarik tangan adiknya yang halus menuju meja makan.
            Tudung saji dibuka, harum makanan yang hangat menyentuh hidung mereka. Noel mulai duduk, sedangkan adiknya masih berdiri karena masih ngambek. Noel langsung menyiapkan tempat duduk untuk adiknya yang cantik ini. Dengan dorongan dikit, Noi pun mau duduk. Kedua tangan Noel menggandeng kedua tangan Noi, lalu ia memimpin doa untuk sarapan.
“Amin.”, kata mereka bersamaan setelah berdoa.
            Noel mengambil nasi yang masih hangat itu, lalu sayur bayem, lauk ikan goreng yang semuanya masih hangat-hangat.
“Noi, enak begete. Hm...”, Noel mengomentari masakan Noi. Seperti biasa, jika ada yang mengomentarinya sebagai pujian, ia hanya tersenyum polos, bagaikan gadis desa yang memiliki senyum manis dan dekiknya yang lucu.
“Noel, aku mau minta maaf, tadi sudah membentakmu. Aku gak mau jadi adik durhaka kepada kakaknya.”, kata Noi menyesal.
 “Well... kurasa aku tau. Adik ku sayang, aku tau apa yang terjadi pada adikku ini. Dan aku tadi dengar, nada suaramu seperti ada penyesalan atau semacamnya. Jangan dipikirkan ya. Juga maapin kakakmu ini ya, telah mengungkap masa lalu.”, jawab Noel sambil membuka mulutnya untuk makan.
“Ya, tidak apa-apa. Tapi, aku bersalah karena telah membuatmu...”
“sssttt... sudah, sudah. Jangan dipikirkan, ya. Kamu juga harus makan, ini kakak suapin. Aaakk..”
            Tanpa banyak pikir ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari kakaknya. Dia masih sangat bersalah tentang kejadian tadi. Jika ia tidak menyuruhnya untuk tidak masuk ke dalam hutan, dan membentak-bentak dirinya.
“Kak, aku mau pergi ke suatu tempat. Bolehkah aku?”, Noi meminta izin karena teringat Desy.
“Kemana? Katanya gak jadi.”
“Aku kawatir dengan Desy, kak.”
“Kenapa dengan dia? Uhuk... uhuk...”, Noel tersedak. Segera Noi memberikannya teh merahnya.
“Jangan ngomong waktu makan, kak. Kesedak tu.”
“ Kenapa dengan Desy?”, katanya tiba-tiba.
“Dia, dia tadi hampir kecebur ke sungai karena melamun. Aneh gak tu kak?”
“Apa jangan-jangan!”
“Apa?”
“Lupakan saja Noi, itu gak penting. Apakah kamu sudah memperingatkannya untuk tidak mikirin aku lagi?”
Mengangguk, Noi hanya membalas dengan anggukan.
“Oke. Noi, jika ada apa-apa aku di kamar.”, kata Noel tiba-tiba dan singkat lalu menuju kamarnya. Noi langsung tertuju pada piring kotor yang dipakai kakaknya tadi, segera ia mengambilnya dan mencucinya.
            Di kamar, Noel membuka buku legenda tentang Kekuatan Ilmu Sihir Putih dan Hitam yang ia curi dari perpustakaan 3 tahun yang lalu. Ia masih penasaran dengan kekuatannya sendiri. Ia hanya membuka bagian 5 kekuatan natural yang membahayakan.
   Yang ke-5 adalah kekuatan natural peningkatan kemampuan untuk menyerang lawan. Ke-4 adalah kekuatan natural ilusi. Ke-3 adalah kekuatan natural untuk mengendalikan alam. Yang ke-2 adalah kekuatan untuk mengendalikan otak. Dan yang pertama adalah kekuatan natural untuk mengendalikan kemampuan/kekuatan lawan.
            Noel terkejut setelah membaca kekuatan natural yang paling berbayaha. Ia malah tertarik dengan kekuatan itu. Maka, ia langsung membaca buku itu pada bagian Kekuatan Natural yang Paling Berbahaya.
   Sudah diketahui kekuatan natural untuk mengendalikan kemampuan/kekuatan lawan dapat melumpuhkan lawan, serta dapat membuatnya mati. Seperti kekuatan sihir lainnya, kekuatan ini dapat terpental dengan air suci, kekuatan ini tidak dapat menembus perisai milik lawannya. Kecuali ia sudah membunuh kekuatan lawan itu Kekuatan ini mampu melindungi otak dari kekuatan pengendalian otak lawan. Kekuatan ini dapat mematikan kekuatan natural orang lain dengan sesukanya. Kekuatan ini terbilang berbahaya. Dan, kekuatan ini terbilang paling mudah untuk dikontrol. Walaupun ada beberapa sedikit masalah dalam mengontrolnya.
            “Apa?”, katanya dalam hati. “Kekuatan ini kan milik Noi”
            Ngeeekk... suara pintu yang dibuka. “Kak, aku ingat sesuatu, dan ini aku gak yakin ini benar atau tidak.”, kata Noi yang ingin curhat pada kakaknya. “Kita harus bilang yang sesungguhnya kepada Desy kalau kita itu bukan kakak beradik.”
“Lhoh...? kok tiba-tiba kamu ngomong gitu, aneh banget sih kamu. Awalnya siapa yang punya ide ini, huh?”
“Bukannya gitu kak, masalahnya aku gak mau bohong sama dia trus, karena dia sudah terlalu baik sama kita. Hidup kita aja dia yang nanggung. Tapi sebenernya kita dapat hidup sendiri. Dan sebenernya kita gak tinggal di sekitar manusia. Itu, itu sangat berbahaya.”, Noi menjelaskan
“Gak, tetep gak. Kamu tu aneh ya lama kelamaan. Aku tau kita itu sebenernya itu sahabat yang sudah sangat deket. Tapi kamu sudah aku anggap sebagai adik aku. Sesungguhnya ya dik, aku ingin banget jadi kakakmu yang bisa selalu jagain kamu...”
“Jika mau menjaga aku kenapa juga kamu gak jadiin aku pacar kamu, huh?!”, bentak Noi
            Noel terkejut. Semua akting yang mereka lakukan adalah ide Noi. Kenapa Noi berubah? Batin Noel.
“Kamu bukan Noi ya!!”, kata Noel sedikit membentak.
“Ini benar-benar Noi, sahabat Noel, dan sekarang menjadi adiknya selamanya, dan sekarang Noi ingin bilang kalau...”, Kata Noi sambil melemparkan kue ke muka Noel. “Happy Birthday to you.... hahaha...”
“Adek ini, kurang kerjaan, kenapa sih harus nglempar roti tart ini? Ngomong-ngomong enak juga, aku makan ya? Dan kamu kok ingat kalau aku ulang tahun sekarang, sesungguhnya aku gak ingat”
“Silahkan... cius?”
“Cius”
“Miapa?”
“Udah, nanti ku traktir deh mi spageti faforitmu aja.”
“haha... Asik nih...”
“Yah asik. Hm.. enak banget nih dek, kamu buat sendiri ni?”
“Enggak!”
“Trus?”
“Desy yang buat, tapi dia harus ke pasar sekarang jadi dia tidak bisa kemari. Kak aku mau bertanya sesungguhnya.”
“Apa itu? Jangan main-main lagi ya?”
“Apakah kakak menyembunyikan sesuatu padaku? Aku punya feeling kalau kakak menyembunyikan sesuatu dariku? Apakah itu benar adanya?”, tanyanya dengan penasaran.
“gak ada adik, gak ada. Kakak masih sedikit pusing, kakak mau istirahat dulu, kamu bisa keluar dari kamar kakak sebentar kan? Kakak ingin tidur.”, pinta Noel.
“ya”, jawabnya singkat lalu meninggalkannya sendiri untuk tidur.
            Tok tok tok tok. Suara pintu diketok seorang gadis cantik. “Noi...”.
“Ya sebentar”, balas Noi sambil membuka pintu itu.
Sesudah pintu dibuka tiba-tiba gadis itu segera memeluknya setelah melihat Noi.
“Noi, aku senang karena aku sudah menemukanmu.”.
“Wow, Jasmine, itu kamu?”
“Iya ini aku, aku kangen banget sama kamu.”, kata Jasmine dengan memeluk Noi tambah kuat.
“Jasmine, aku sesak ni... bisa lepaskan gak?”
“Ouuuppsss, sori, kangen banget soalnya. Hehe...”, kata Jasmine sambil melepaskan pelukannya ke Noi. Noi masih merasa sesak, nafasnya seperti nafas orang yang asmanya kumat karena pelukan Jasmine ini cukup kuat.
“Oh, Noi, aku minta maaf, sesak ya kamu? Lebih baik kamu duduk.”, Jasmine membantunya duduk di ruang tamu.
“Sudah, gak pa pa, sekarang dah mending gak sesak.”
            Jasmine merasa tenang dengan mendengar Noi tadi. Ia lalu melihat-lihat sekitaran ruang tamu yang kecil itu. “Aku ambil minuman buat kamu dulu ya, aku tau kamu pasti haus sudah sampai ke sini.”, saran Noi dan ia segera ke dapur. Jasmine tampak kagum padanya. Ia berpikir bahwa temannya yang satu ini sangat mandiri, hidup sendiri, tanpa ada orang lain di sini.
            Sekitar 2 menit Noi sudah membawa nampan yang atasnya terdapat 2 cangkir teh hangat berwarna merah. “Silahkan”, katanya sambil meletakan teh hangat itu ke atas meja ruang tamu. Dengan segera Jasmine meminumnya.
“Noi, ini pasti teh buatanmu sendiri? Teh ini enak banget, dan kau tau kan kalau aku suka banget dengan teh mu ini?”, komentar Jasmine. Noi hanya menganggukan kepala dengan senyum kecilnya yang manis.
“Ternyata ada Jasmine di sini.”, kata Noel yang tiba-tiba duduk di sebelah Noi.
“Noel? Itu kamu? Bagaimana...”
“Kami sekarang tinggal bersama di sini.”, jelas Noel.
“Tinggal bersama? Apa jangan-jangan kalian ini...”
“Gak! Jangan pikiran begitu Jasmine. Kami menyamar sebagai kakak beradik, itu membuat orang-orang sekitar percaya.”, terang Noi. “Termasuk Desy.”
“Desy? Apakah dia tinggal di seberang sana yang jaraknya kira-kira 100 meter dari pondok ini?”, tanya Jasmine sambil mengarah ke timurlaut.
“Sesungguhnya dia yang merawat kami, ya sudahlah, kami hanya menerima saja.”, Noel memperjelaskan.
“Gak disangka kalian mempermuda diri kalian seperti kalian masih anak berumur enam belas tahun, padahal kalian rata-rata lebih delapan sampai sembilan tahunan. Dan kalian akan seperti ini terus?”, tanyanya dengan penuh tanda tanya.
“Serius amat tanyanya?”, ejek Noel. Jasmine hanya bingung dan lalu ia tertawa. Kedua temannya pun ikut tertawa.
“Jasmine kau ingin menginap di sini? Kami akan senang jika kamu akan menginap di sini.”, tawar Noi sebagai penghenti tawaan mereka.
“Hm... gimana ya? Okelah, asalkan dia gak macam-macam.”, jawabnya setuju sambil menunjuk Noel.
“Haha... itu pasti, ayo ke kamar ku.”, ajak Noi.
            Pintu dibuka, terasa sejuk di dalam kamar Noi, kamar rapi, harum, dan dinding yang berhadapan dengan pintu hanya terdapat mading dari sterofom. Dan yang berhadapan dengan jendela kamarnya terdapat tempat tidur yang empuk, nyaman, rapi, dan dekat dengan tembok. Di sebelah kanannya dengan jarak kurang lebih satu meter terdapat almari yang berisi pakaiannya dan sebagian buku-buku novel yang menjadi faforitnya. Lampu tidur yang tepat berada sebelah kanan tempat tidur itu sangat menawan, ini sudah terlihat kamar seorang cewek. Noi mengajaknya mengobrol sebagai obrolan cewek, dan mereka menghindar dari Noel.
“Bagaimana kamu bisa menemukan ku di sini? Kenapa juga kau mencariku sejauh ini?”, tanya Noi sebagai pembukaan atas obrolan mereka.
Well, aku ingin banget ketemu sama kamu, dan aku mencari-carimu kemana-mana. Asalkan kamu tau, aku mencarimu sampai ke luar negeri. Ternyata kamu malah di sini. Di kota seberang kota di mana kita bersekolah. Dan kota ini gak jauh banget dari sekolah kita. Aku kan penasaran dengan rumahmu, yang kata teman-teman sih bagus, indah, nyaman, dan rapi. Tapi kenyataannya ini hanya sebuah pondok yang cukup luas, yang sederhana, mungkin simple, dan itu benar, rapi dan nyaman. Menyenangkan.”, jelas Jasmine
“Haha... ini bukan pondokku, ini juga bukan pondok Noel, kami hanya menemukannya, karena ini kosong, ya kami tinggalin sampai yang punya datang. Dan akhirnya ada seseorang bernama Desy yang sangat peduli dengan kita, dengan tampang kita seperti anak kecil berumur 14 tahun. Yah, ini terjadi 2 tahun yang lalu.”, Noi memperjelas.
“Itu sangat keren...”, gumunnya. Lalu mereka berdua tertawa kembali.
            Waktu menunjukan jam 6 petang tepat. Angin bertiup cukup kencang. Terdengar suara pohon yang tertiup angin. Wuush wuuush, bunyinya.
“Noi...”, teriak Noel.
“Apa sih?”, jawab Noi.
“Ayo”, ajaknya.
“Kemana?”, tanya Noi.
“Alah, kita pergi ke kota sekarang, dan ajak tu Jasmine, yang asik dandan dari tadi. Aku tunggu di depan.”
“Oke!”
“Noi,”
“Ada apa lagi sih Kak?”
“Pakai jaket dan mantelmu, di luar dingin”
“Ya,”, jawab Noi singkat sambil menganggukan kepalanya dan menemui Jasmine
“Kita mau ke kota?”, tanya Jasmine.
“Cerewet, sudah ikut saja!”, kata Noel.
Merekapun segera berangkat. Udara dingin semakin bertiup dengan kencang. Noi yang tidak kuat dingin itu mulai menggigil, walaupun ia sudah memakai jaket dan mantel yang berlapis. Noel sebagai kakaknya harus mengalah dengannya, ia memberikan jaket hangatnya dan membantunya untuk memakainya. Noel hanya memakai jaket tipisnya.
            Di jalan setapak yang memasuki ke dalam kota, mereka melihat anak-anak berumuran dua puluh sampai dua puluh tiga tahunan sedang mabok-mabokan. Noi yang sedikit jengkel dengan sesuatu semacam itu, pun memilih meminggir dan berjalan agak berjauhan dengan mereka. Karena jika ia berjalan melewati mereka dengan jarak yang sangat dekat, pasti otaknya menyuruhnya untuk menghancurkan botol-botol mereka. Noi sedang ingin kedamaian dihatinya, gak mau mencari masalah dulu setelah kejadian tadi.
“Hei cewek, mampir di sini sebentar mau?”, tanya salah satu anak nakal itu.
Mereka hanya diam, apalagi Noel yang mulai geregetan dengan mereka.
“Ayolah cewek, mampir sebentar.”, tanyanya lagi. Dengan berani ia memegang tangan Noi. Dengan kekuatan kecil, Noi melepaskan pegangan yang kuat itu.
“Wow, berani juga ni cewek”, kata anak itu, dan tiba-tiba ia menyandra Noi. Noel yang melihatnya langsung memukul wajah anak itu.
“Noi, kamu sama Jasmine di belakang ku.”, perintah Noel.
“Hei, siapa sih loe. Berani-beraninya kamu memukul wajah teman gue.”, kata teman anak itu membela temannya.
            Noel hanya menatapnya dengan tatapan tajam, dan tiba-tiba matanya kembali menjadi merah lagi, dan anak-anak itu merasa kesakitan. Noi yang sudah mengira ini pasti Noel yang melakukannya, segera berlari menuju di depannya Noel. Dan menggunakan kekuatannya untuk mengontrol Noel. Tapi, kekuatan Noi terlalu lemah, jadi ia terpental dan terjatuh. “Noi..”, kata Jasmine dan langsung mendekati Noi. Noel yang semula menatap anak-anak nakal yang sudah pingsan itu, berganti arah menjadi menatap Noi. Badan Noi bergetar, ia merasa lemah dan merasa akan pingsan. Saat matanya mulai tertutup, tiba-tiba terbuka kembali dengan tatapan lesu ke Noel, dan matanya berubah menjadi merah muda. Angin semakin kencang bertiup, Jasmine merasakan kekuatan besar sedang bertarung dan ia segera mundur dari Noi, karena ia tau kekuatan itu berasal dari kedua temannya. Perlahan-lahan mata Noel menjadi biru dan ia mulai melemah, dan tiba-tiba ia berlutut dengan merasa lemah. Ternyata Noel sudah sadar, dan ia melihat Noi yang matanya merah muda itu yang masih menatapnya lesu.
“Noi...”, kata Noel  lemah dan mendekatinya. “Berhenti aku mohon”. Noel pun memeluknya.
“Aku mohon, berhenti adik, kamu dapat membunuhku.”. Noel tambah melemah akibat Noi mengontrol kekuatan otot jantungnya.
Angin yang bertiup semakin kencang. Jasmine hanya pasrah di belakang Noi.
“Aku hanya ingin melindungimu, aku hanya ingin kau terlindung seumur hidupmu. Aku gak mau jika aku harus mati, jika kamu tidak lagi terlindung. Noi.”, kata Noel yang semakin lemah.
“Aku tau, kakak. Tapi kamu mau membunuhku, itu benar?”, kata Noi lantang.
“Tidak! Ku katakan lagi TIDAK!.”, teriak Noel yang mulai terengah-engah.
“Sayangnya, ini sudah terlambat”, jawab Noi.
“Ku katakan padamu adik ku, aku tidak mau mati jika kamu tidak terlindung!.”
“Aku dijaga oleh kekuatanku kakak, kekuatan naturalku ini sudah melindungiku sampai sekarang ini. Dan maafkan aku jika aku harus membunuhmu sekarang.”
            Noel yang masih memeluknya menutup matanya dan pasrah apa yang akan terjadi padanya dan berkata pada Noi dengan suara kecil karena ia melemah, “Aku sayang kamu, Noi.”. Dengan mendengar itu Noi langsung pingsan dipelukan Noel, dan angin yang bertiup kencang tadi menjadi bertiup lambat. Noel yang merasa ia sudah tidak lemah kembali, ia mengangkat adiknya, dan membawanya pulang, Jasmine pun mengikutinya.
            Sesampai di pondok, Noel meletakan adiknya di atas kasur di kamar Noi. Lalu menuju kamarnya, ia merasa bersalah dengan kejadian tadi. Jasmine yang penasaran tentang kejadian tadi, memberanikan diri untuk bertanya pada Noel, “Noel, apa yang sebenarnya terjadi tadi?”
“Bukan apa-apa, hanya kecelakaan.”
“Gak mungkin, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, atau...”
“Atau apa?”, putus Noel lalu memegang tangan Jasmine dan berlari menuju sebuah taman dengan kekuatannya.
“Mengapa kau bawa aku ke sini?”, tanya Jasmine lantang.
“Lebih aman, Noi tidak akan mendengar kita.”
“Apa maksudmu itu?”
“Noi, mempunyai kekuatan natural mengontrol kekuatan/kemampuan seseorang.”
“Noi? Mempunyai kekuata itu? Bagaimana dia bisa? Dia dulu tinggal bersama manusia.”
“Aku juga tidak begitu mengerti, dia pernah memperlihatkan kekuatan naturalnya padaku saat ia menemukan seekor kelinci, dan ia membuatnya menari satu tahu yang lalu.”
“Ini semakin membingungkan.”
“Percayalah, dan aku pun juga punya kekuatan natural.”
“Apa itu?”
“Mengontrol otak seseorang.”
“Apa? Itu, itu..”
“Ya, kekuatan natural yang paling sulit untuk dikontrol. Dan asalkan kamu tahu, tadi kekuatan naturalku tak terkontrol. Dan tadi aku hampir membunuh Noi. Tapi kekuatan natural Noi tidak terima dengan kelakuanku tadi, maka ia murka dan keluar. Ia pun mengontrol otot jantungku agar berhenti berdetak perlahan. Aku, aku sangat bersalah dengan kejadian tadi.”, jelas Noel dengan menetes air matanya.
“Aku mengerti, maafkan aku.”
“Kita harus kembali ke pondok, dan kamu tidur di kamarku saja, aku takut Noi bangun dan mengira kamu akan mencelakainya, dan aku akan tidur di ruang tamu.”
“Baik”
“Pegang tanganku.”
“Buat apa?”
“Kita akan kembali ke pondokkan? Ayo!”
“Tunggu dulu, aku bisa ke sana sendirian.”
“Lama, kekuatanmu tidak sebanding denganku, dan aku lebih cepat darimu.”, kata Noel sambil memegang tangan Jasmine lalu berlari.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza Rahadian  dalam PERAHU KERTAS Kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji