Langsung ke konten utama

Without Him

aku langsung loncat jauh banget dari sebelum yang aku posting tentang FADE ku. ehm... ngomong-ngomong bagaimana keadaannya jika aku loncatin begini, pasti pada bingung tapi aku tidak. Oke, mengapa aku posting ini, aku mosting ini karena aku suka kata-katanya, siapa dirinya?

Tanpa dirinya... apakah hidupku bahagia?
Alicia telah berada di ruang kerja papanya hanya duduk di kursi dimana itu berada di ujung ruangan. Perjalannya memang tidak mulus, ia benci naik pesawat. Ia sudah memikirkan itu sudah lama tapi, ia telah dipaksa. Walaupun begitu, ia akhirnya tidak akan kesepian lagi. Selain itu, Michael yang sudah mengantarkannya dan akan memandunya kali ini. Tapi, Michael sekarang terdapat urusan dengan papanya dan meninggalkan dirinya sendirian di dalam ruangan ini.
Pintu di ruangan itu terbuka dan seorang wanita muncul. Kemudian wanita itu menghampirinya lalu memeluknya. Ia adalah mamanya.
“Maaf, mama tidak bisa menjemputmu di bandara.”, katanya setelah melepaskan pelukannya.
“Tidak apa-apa. Aku tahu kalian sedang sibuk.”, balas Alicia.
Alice tersenyum.
“Baiklah, sebentar lagi waktunya makan siang. Bisakah kau ikut denganku, Alicia. Kita makan siang bersama.”, ajak Alice kepada putrinya.
Alicia mengangguk dan mengikuti ibunya. Mereka berdua menuruni lift dan keluar dari gedung besar dan menuju di samping gedung besar. Sebuah restorang besar di depannya, tapi Alicia terus mengikuti ibunya hingga masuk ke dalam restoran itu.
“Selamat siang, bibi.”, sapa seorang gadis yang berpakaian seperti seorang puteri kerajaan yang melihatnya tiba di meja kasir.
“Selamat siang, Claire”, balas Alice ramah lalu tersenyum.
“Hm?”
Gadis itu menatap Alicia dengan penuh penasaran.
“Oh, benar. Aku hampir lupa. Claire, dia putriku. Alicia.”, kata Alice memperkenalkan putrinya kepada ponakannya.
“Jadi kau yang bernama Alicia itu.”, kata Claire senang lalu keluar dari meja kasir. Ia menjabat tangan Alicia dan tersenyum padanya.
“Salam kenal. Aku sepupumu, panggil saja Claire.”, kata gadis itu memperkenalkan dirinya.
“Hei, Claire. Aku Alicia. Senang bertemu denganmu.”, balas Alicia yang juga tersenyum dengannya.
“Bibi, serahin dia ke aku. Aku yakin dia akan baik-baik saja.”, kata Claire kepada bibinya.
“Setidaknya weekend ini aku akan bersamanya. Dan bisakah kau ajak dia ke ruang keluarga setelah makan siang. Aku yakin di sana banyak saudara yang kumpul.”, kata Alice.
Alicia yang kebingungan hanya dapat tersenyum dan mendengarkan saja.
“Baiklah, bibi.”, jawab Claire senang.
Ia menarik lengan Alicia menuju sebuah ruangan yang sepi. Di sana hanya terdapat sebuah meja makan yang besar. Alicai duduk di samping Claire yang terus berbicara tentang semuanya yang ada di sini. Alicia mengerti jika gadis itu sangatlah cerewet.
“Michael!”, kata Claire seketika menyebut nama yang sangatlah tidak asing bagi Alicia.
Seseorang yang baru saja muncul dari sebuah pintu pun berjalan mendekat dan duduk di samping Alicia.
“Michael, dari mana saja kau? Lihat, Alicia sudah selesai dengan makanannya.”, kata Claire sambil berdiri.
Michael tetap saja diam, ia menyiapkan piring dan mengambil beberapa sandwich yang ada dan memakannya. Alicia dapat melihatnya memakai headset. Alicia menyentuhnya dan membuat Michael melepaskan heatsetnya.
“Dia berbicara denganmu, Michael.”, kata Alicia setelah itu.
Michael lalu tersenyum pahit dan menatap Claire yang sudah siap untuk mengomel entah apa itu. Michael menarik telinga Alicia dan berbisik di telinganya.
“Kau tahu, dia itu cerewet sekali. Telingaku bisa-bisa meledak mendengar omelannya yang tidak masuk akal. Please, kau diam saja dan jangan kau dengarkan apa yang ia katakan dan juga jangan menyuruhku untuk melepaskan heatsetku ini disaat dia sedang berbicara.”
Alicia mengangguk pelan dan mengerti mengapa Michael cuek saja saat Claire mengomel memanggil namanya.
“Claire, bisakah kita ke ruang keluarga? Mama  munyuruhmu tadi, bukan?”, kata Alicia.
“Benar. Maaf Alicia. Michael selalu saja setia mendengarkan setiap curhatanku kepadanya.”, kata Claire lalu tersenyum.
Alicia merasa bingung dengan Claire. Apakah Claire ini yang terlalu bodoh atau memang ia terlalu polos sehingga tidak menyadari kalau Michael selalu memakai heatsetnya saat berdekatan dengannya. Alicia yang ingin tertawa langsung menahannya dan melirik ke arah Michael yang asik makan dengan makanannya.
“Tinggalkan saja dirinya sendirian, tidak apa-apa. Nanti juga terdapat seseorang yang menemaninya.”, kata Claire sambil menarik lengan Alicia kembali dan keluar dari restoran itu.
Claire menariknya dan membawanya ke sebuah gedung besar dekat dengan restoran. Gedung itu mirip dengan hotel berbintang lima tetapi sebenarnya bukan. Mereka memasukinya dan di dalamnya seperti sebuah rumah yang besar.
“Ini rumah?”, tanya Alicia yang kagum.
“Benar, rumah keluarga besar Olivera. Orang tuamu, aku, Michael, dan lainnya tinggal di sini pula. Tapi sayangnya sekarang sepi, tapi menjelang liburan musim dingin nanti akan banyak keluarga yang datang. Dijamin kau tidak akan sendirian di sini.”, jawab Claire lalu tersenyum.
“Michael juga tinggal disini?”
“Tentu saja. Bukannya dia...”
“Claire!”, putus seseorang dari luar.
Claire mencari suara itu dan mendapati seorang laki-laki yang masih muda membawa pancing ikan dan membawa ransel besar. Selain itu, ia juga membawa sebuah akuarium sedang yang isinya terdapat lima ikan yang memiliki gigi yang tajam.
“Ricko, sejak kapan kau kembali?”
Laki-laki itu berlari masuk lalu memberikan Claire sebuah akuarium sedang.
“Oleh-oleh dari sungai Amazon, ikan piranha. Aku yakin kau menyukainya.”, kata Ricko lalu tersenyum.
“Apa kau gila? Kau selalu saja membawa ikan piranha kemari dan hanya menjadi mainanmu saja.”, kata Claire kesal sambil memberikan kembali akuarium itu kepada Ricko.
“Apa itu piranha asli?”, tanya Alicia yang berdiri di belakang Claire.
“Tentulah. Dan siapa kau?”, jawab Ricko lalu bertanya.
“Alicia, putri dari bibimu Ricko.”, jawab Claire.
“Jadi kau Alicia. Kau memang cantik seperti paman yang pernah ia katakan.”, kata Ricko sambil meletakan akuarium itu di atas lantai. “Aku Ricko, sepupumu. Ayahku adalah adik dari papamu. Umurku dua puluh tahun dan aku memiliki pacar dari Jepang, namanya Sasha. Dan...”
“Cukup untuk perkenalan dirimu, Ricko.”, putus Claire yang sudah bosan dengan Ricko.
Ricko yang ingin mengeluarkan foto kekasihnya itu tidak jadi dan ia mengembalikannya ke dalam saku jaketnya. Alicia tersenyum dan sedikit tertawa.
“Kau lucu, Ricko. Salam kenal.”, kata Alicia lalu tersenyum.
Ricko juga tersenyum.
“Kau ingin ikut bermain denganku, Alicia?”, tanya Ricko.
“Bermain?”
“Iya, ini sangatlah menyenangkan dan pastinya seratus persen seru. Ku yakin kau akan  menyukainya.”, kata Ricko senang.
Alicia menganggukan kepalanya dengan kaku dan Ricko tersenyum.
“Tuan Tom, tolong akuariumnya.”, kata Ricko lalu menarik lengan Alicia sedangkan Claire mengikutinya dari belakang.
Ricko menariknya ke sebuah ruangan besar dan banyak sekali peralatan-peralatan senapan yang menggantung di dinding. Bukan hanya itu. Terdapat televisi besar, DVD, komputer, beberapa meja dan kursi, dan lain-lain. Ruang itu seperti ruang untuk berkumpul keluarga.
“Ini adalah ruangan untuk perkumpulan anak-anak muda Olivera. Aku di sini sebagai wakil dari mereka. Intinya, bagi yang belum berumah tangga, di sinilah tempatnya. Kami bersenang-senang di tempat ini.”, kata Ricko menerangkan.
“Bagaimana jika ada yang umurnya empat puluh tahun?”, tanya Alicia.
“Itu berbeda. Maksimal adalah tiga puluh tahun. Masih sepuluh tahun lagi untuk mengakhirinya.”, jawab Ricko.
“Memangnya kau ingin menikah diumurmu tiga puluh?”, tanya Claire yang sudah duduk di sebuah sofa.
“Tidak juga, bodoh!”, kata Ricko kesal. “Alicia, mumpung masih musim gugur. Bagaimana kalau kita bermain paintball?”, ajak Ricko kepada Alicia.
“Aku tidak pernah bermain seperti itu.”, kata Alicia. Dia memang tidak pernah bermain paintball sebelumnya, tetapi senapan yang asli itu sering sekali.
“Benarkah? Kalau begitu, kita menggunakan senapan yang asli saja.”
“Apa kau bodoh Ricko? Dia tidak pernah memegang hal-hal seperti itu! lebih baik bermain paintball saja. Sekitar enam orang berada di sini.”, kata Claire.
“Iya, tapi kita menggunakan senapan asli biar seru.”, balas Ricko.
“Tidak! apa kau tahu resiko terhadapnya?”, bentak Claire sambil menunjuk ke arah Alicia yang berdiri diam tidak mengerti.
Ricko merenung.
“Kau bisa menggunakan ini?”, tanya Ricko setelah itu kepada Alicia sambil mengarahkan sebuah pistol kepada Alicia.
Alicia menerimanya dan bermain-main dengan mengarahkan kepada Claire maupun Ricko dan membolak-balikan pistol itu seperti mainan anak-anak. Ia merasa sudah lama tidak menyentuh benda itu. Pistol-pistolnya berada di rumah Calvin dan ia tidak dapat mengambilnya. Setidaknya pistol itu membuat kenangan lalunya kembali di dalam pikirannya.
“Aku...”, kata Alicia mulai membuka bibirnya. “Aku tidak dapat menggunakannya.”, lanjutnya lalu menyerahkan pistol itu kembali kepada Ricko.
“Sudah ku bilang kepadamu, Ricko. Kita main itu saja sudah cukup. Setidaknya ada kau, aku, Alicia, Michael,  Zack, dan Fred yang ada di sini.”, kata Claire.
“Apa yang kalian bicarakan?”, kata seseorang tiba-tiba saja tiba dan berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
“Michael. Kami berencana bermain paintball minggu ini dan kau harus ikut.”, kata Ricko senang.
Paintball? Mengapa tidak bermain yang lebih ekstrem saja. Aku yakin dia lebih menyukainya. Lagi pula, aku sibuk.”, kata Michael datar lalu menatap Claire.
Okey okey, bos...”, kata Claire sambil berdiri.
“Dia tidak dapat menggunakan pistol, Michael. Seharusnya kau yang lebih mengetahui itu...”
“Apa yang kau katakan? Dia adalah mantan rekan Riicon.”, putus Michael memotong perkataan Ricko yang menjadi menganga. Ia lalu berjalan meninggalkan ruangan itu sambil diikuti Claire di belakangnya tapi sampai di depan pintu ia menghentikan langkahnya.
“Ricko, titip Alicia sebentar.”, kata Claire pelan lalu berlari mengejar Michael.
Ricko yang masih menganga tidak percaya mulai mengganggukan kepala dan tatapannya menjadi serius.
“Jadi kau gadis sniper itu.”, katanya lalu berjalan menuju le sebuah sofa lalu duduk di atasnya.
Alicia yang diam dan sedikit kesal kepada Michael mulai mengganggukan kepalanya dengan sangat kaku. Ia tidak ingin latar belakangnya diketahui banyak orang.
“Ku kira kau adalah salah satu dari Riicon, ternyata kau adalah sepupuku. Aku pernah mendengar tentangmu dan melihatmu secara sekilas saja tentunya ini membuatku sedikit terkejut.”, kata Ricko sambil menatap Alicia yang berdiri di depannya.
“Duduklah.”, lanjutnya mempersilahkan Alicia duduk.
Alicia duduk di sampingnya.
“Jadi?”, tanya Alicia.
“Jadi? Tetap saja. Aku ingin bermain...”, jawab Ricko.
“Ada permainan apa yang kau punya sekarang?”, tanya Alicia.
“Kau ingin menemaniku? Baiklah, kita bermian...”, kata Ricko mulai bersemangat lagi sambil berdiri dengan menoncat dari duduknya. Ia mulai berpikir permianan apa yang seru untuk dimainkan.
“Kau lebih suka apa?”, balik tanya Ricko.
“Kalau aku biasanya jalan-jalan, kakiku tidak bisa diam berdiri terus.”, jawab Alicia.
“Itu bukan permainan.”
“Jadi? Aku terserah kamu saja.”, kata Alicia.
“Aku juga tidak mempunyai banyak permainan yang seru tapi kalau aku biasanya itu memancing atau menelpon Sasha tapi akhir-akhir ini ia tampak sibuk dan menyuruhku untuk tidak menghubunginya beberapa bulan hingga ia memberikan kabar.”, kata Ricko lalu merenung.
“Sasha terus yang kamu omongkan. Aku jadi penasaran dengan kekasihmu itu.”, kata Alicia lalu tersenyum.
“Kau tidak mengenalnya?”, tanya Ricko yang terkejut dan membuat Alicia kebingungan. Ia menggelengkan kepalanya. “Dia seperti ini.”, lanjutnya sambil memberikan Alicia sebuah foto dari dalam sakunya. Alicia menerimanya dan terkejut setelah melihat foto itu. Ia pernah melihat gadis itu. Gadis yang memiliki rambut sependek bahunya dan mengembang bergelombang, parasnya yang periang dan manis.
“Jadi dia namanya Sasha. Aku pernah melihatnya bersama Calvin sebelum aku berangkat ke sini.”, kata Alicia lalu mengembalikan foto itu dan menundukan kepalanya.
“Ternyata begitu. Sasha selalu saja menutupi masalahnya walaupun aku sudah berkata padanya untuk tidak menutupi itu semua. Aku juga sudah pernah berkata kepadanya kalau aku akan mengerti situasinya dan menerimanya, tapi dia tetap saja begitu.”, kata Ricko yang tiba-tiba saja menjadi sedih.
Alicia tidak mendengar apa yang Ricko bicarakan. Bukannya tidak mendengarnya tetapi ia menghiraukannya. Tiba-tiba saja bayangannya berubah menjadi dimana ia sedang bersama Michael sebelum ia pergi ke Amerika. Dia melihatnya, tapi tidak bertemu tatap muka dengannya. Hanya saja ia bersama orang lain. Jika dikatakan cemburu, ia merasakannya dan benar adanya. Tetapi ia tidak mengetahui siapa gadis manis itu. Tapi akhirnya ia mengetahuinya. Kekasih dari sepupunya, Ricko. Lalu apa hubungannya?
“Apa hubungannya dengan Calvin?”, tanya Alicia setelah selesai melamun.
“Mereka bersaudara, lebih tepatnya sepupu. Mereka seperti kakak beradik.”, jawab Ricko.
Alicia mulai mengerti. Memang waktu itu jika dilihat mereka tampak dekat. Ia tidak melihat ke sisi lain. Ternyata mereka bersaudara. Tapi, siapa tahu ke depannya.
“Kau tahu apa tentang Calvin?”, tanya Alicia lagi.
“Kalau ku pikir-pikir, Sasha sering membicarakan tentang dirinya itu. Ia sering menemaninya bermain bola basket.”
“Basket?”
Alicia merenung kembali. Apa ini alasannya mengapa ia selalu bermain basket sendiri saat liburan musim panas kemarin? Ia teringat bahwa Calvin pernah berkata bahwa ia sedang merindukan seseorang yang sudah dua tahun ia tidak bertemu. Ia pernah menanyakannya siapakah dirinya? Seorang perempuan atau laki-laki? Tapi tetap saja ia tidak menjawabnya. Apa ia memang merindukan sepupunya itu? Percuma jika sekarang atau kelak ia akan menanyakannya. Ia tidak akan bertemu dengannya lagi kecuali secara kebetulan.
Alicia tiba-tiba bangkit berdiri. Pembicaraan ini membuatnya bosan untuk dilanjutkan. Ia ingin sendiri sekarang. Menerung dan berpikir tentang nasibnya sekarang. Mungkin di tempat ini tidak akan merubah apa-apa. Ia menarik nafasnya yang panjang. Mungkin semua kesabarannya sedang ia kumpulkan. Ia tidak ingin seperti anak kecil yang selalu menangis akibat kehilangan sesuatu.
Sori, Ricko. Aku sedang bad mood sekarang.”, kata Alicia lalu berjalan keluar dari ruangan itu sambil menundukan kepalanya.
“Alicia? Kau ingin kemana? Lebih baik kau di sini sebentar dan menunggu Claire maupun Michael tiba. Alicia?”, kata Ricko sambil berlari mengejar Alicia yang terus saja berjalan tanpa arah.
Alicia menghiraukan Ricko yang berdiri di belakangnya sambil sedikit berteriak menyebut namanya. Ia tidak peduli lagi dengannya. Ia hanya ingin sendirian. Ia tidak ingin orang lain bersamanya untuk kali ini. Ia hanya ingin merenung diri dan bersembunyi, entah itu dimana. Jikapun ia tersesat, ia akan terus berjalan hingga akhirnya menemukan tempat kosong dan berhenti di sana.
“Apa kau ingin terus-terusan seperti itu, huh?!”, teriak seseorang kepada Alicia. Suara itu bukanlah suara Ricko melainkan Michael yang sekarang berdiri di antara Alicia dan Ricko. Ia berjalan mendekat ke Alicia dan terus berkata, “Apa kau ingin seperti ini? Apa gunanya kau ku bawa kemari, huh? Jika kau terus-terus murung seperti itu akibat orang itu, kau sama saja dengan orang-orang bodoh itu. Bukalah matamu. Kau tidak sendirian di sini.”
Alicia mulai menghentikan langkahnya. Kata-kata Michael memang tidak berpengaruh kepadanya hanya saja, sebuah kata membuatnya berhenti melangkah. Kau tidak sendirian di sini, ia membayangkan kata-kata itu. Memang, sekarang ia tidak sendirian di tempat ini. Itulah yang ia inginkan selama ini. Tapi, hatinya masih berduka. Masih saja percuma untuk mengembalikan hatinya yang bersuka cita seperti sebelumnya. Ia memang sudah cinta mati dengan Calvin. Dirinya telah menemaninya selama dua tahun ini, telah membantunya, telah memberikan pengalaman yang luar biasa, dan hanya dialah yang telah membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Cinta pertamanya sulit untuk ia lepaskan, walaupun sudah sejauh ini. Tapi, jika itu semua tidak terjadi? Apa dia akan bahagia? Tidak!, Alicia tiba-tiba saja mengatakan kata itu. Jika itu tidak terjadi, ia tidak akan berada di sini sekarang. Tempat dimana yang sudah ia impikan sejak ia kecil. Ia ingin berkumpul dengan keluarganya, cepat atau lambat. Sejak ia mulai tinggal bersama orang tuanya waktu zaman sekolah menengah pertamanya, ia masih tetap saja sendirian. Orang tuanya bekerja di luar negeri dan terlalu sibuk dan jarang pulang ke rumah. Tapi, setelah ia mengetahui itu semua. Ia senang dan juga sedih. Pikirannya tiba-tiba saja kembali kepada orang yang pernah menjadi kekasihnya dahulu. Mungkin waktu itu terjadi secara tidak sengaja, tetapi jika ia tidak bertemu dengannya ia pasti tidak mengetahui kedua orang tuanya yang sebenarnya. Semuanya ini terjadi akibat dirinya.
“Jangan pedulikan aku sekarang, Michael. Aku hanya ingin sendirian sebentar. Aku ingin merenung tentang bagaimana Calvin telah memberikan ini semuanya padaku. Tanpa dirinya, mungkin aku tidak akan mengenalmu yang sebenarnya. Tanpa dirinya, mungkin aku tidak akan mengetahui pekerjaan mama dan papa yang sebenarnya. Tanpa dirinya mungkin aku tidak akan mengenal siapa aku. Tanpa dirinya mungkin aku tidak akan mengenal semua saudaraku dan mungkin jika aku tanpa dirinya...” Alicia menghirup nafasnya lalu melanjutkan, “Aku mungkin tidak mengenal apa itu namanya cinta di hidupku ini.” Ia berhenti berkata-kata. Menatap Michael yang membeku di tempat. Suasana tiba-tiba menjadi hening.
“Woiii... Ricko...!!! Aku tidak mengetahui kalau kau sudah tiba dan kau tahu, aku baru saja tercebur di dalam kolam renang yang penuh dengan ikan piranha. Apa kau gila meletakan ikan itu di kolam renang. Jam tujuh nanti adalah jam Eleena berenang, apa kau ingin dibunuh?”, teriak seseorang dari belakang punggung Alicia. Ia adalah seorang laki-laki dengan pakaiannya yang basah kuyup dan sobek-sobek. Ia memecah keheningan.
“Hehe... I’m sori, Zack. Apa kau menghabisi mereka semuanya?”, balas Ricko yang juga sedikit berteriak.
Laki-laki itu mulai berjalan dengan langkah kakinya yang basah. Ia melirik ke arah Alicia saat melewatinya dan menghiraukannya.
“Kau tahu, ini baju kesayanganku. Gara-gara ikan sialanmu itu, sekarang sobek-sobek seperti ini. By the way, mereka masih berkeliaran di kolam renang. Dan singkirkan mereka segera. Aku tidak ingin Eleena berteriak dan mengomel memarahimu.”, katanya sambil menyandarkan tasnya yang basah di atas lengan kanannya.
Okey I do it now.”, kata Ricko lalu berlari menuju kolam renang di lantai satu.
“Hei Michael. Kalau kau dan gadismu itu sedang bertengkar, jangan di rumah ini.”, kata Zack.
Michael hanya meliriknya saja dan menghiraukannya.
“Lebih baik ku antar kau ke kamarmu, barang-barangmu baru saja sampai di kamarmu dan mam... ehm... maksudku Mrs. Olivera ingin bertemu denganmu.”, kata Michael kepada Alicia.
“Terserah.”, jawab Alicia datar.
Well, ikuti aku.”, kata Michael lalu membalikan badannya dan berjalan melewati Zack dan Claire dan diikuti Alicia di belakangnya.
“Wow, gadisnya Michael cantik sekali.”, kata Zack setelah melihat Alicia dari dekat.
“Bodoh! Dia adalah Alicia.”, kata Claire kesal.
“Alicia? Anak paman Carlos?”, balas Zack tidak percaya.
“Bagaimana menurutmu? Michael membawanya kemari tadi pagi.”
“Aku tidak menyangka aku memiliki saudara sepupu secantik dirinya...”
“Dasar playboy!”

Claire kesal terdapat orang yang basah kuyup dan berdiri di sampingnya itu. Ia berjalan cepat mengikuti Michael karena terdapat pekerjaan yang sebenarnya belum usai dengannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga ...

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie...

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza ...