aku bingung cari judul khusus bagian ini u,u mungkin obrolan para gadis di toilet tentang cowok atau semacamlah... kebanyakan sih begitu dan pernah nguping juga. hehe... terinspirasi dari toilet titik. Setidaknya itu pengalaman yak, ini juga tidak terlalu buruk lagipula aku kan di dalam toilet dan menggunakan fasilitasnya sedangkan banyak cewek di wastefel di depan cermin benerin make up nya trus kalo udah gosip... itu sih yang sering aku denger di tempat2 umum, bukan di sekolah. toilet skolahku malah kyak toilet rumah sakit yang dibesain khusus cewek maupun cowok. ya begitulah ga enaknya. ga usah bahas toilet lagi kecuali di bawah ini ^^
Hari Sabtu tanggal sebelas
Januari, Alicia duduk di bangkunya di kelas. Memakan makan siangnya yang ia
bawa sendiri dari rumah. Wajahnya tidak terlihat senang maupun duka, ia tidak
terlihat berekspresi. Asiknya ia makan, sampai-sampai tidak menyadari tabletnya
berbunyi. Ia terkejut lalu membalikan tubuhnya untuk mengambil tabletnya.
Disaat ia mengambil tablet, lirikan matanya tidak bisa terlepas dari tepak
makan siang temannya yang duduk di belakangnya. Ia tidak mengetahui apa itu
nama masakannya tetapi isinya adalah banyak sayuran yang direbus seperti wortel
yang dipotong kecil-kecil, buncis, brokoli yang tampak hijau segar, dan
lain-lain. Selain itu, terdapat daging ayam yang diiris tipis yang dipanggang.
Terdapat saus berwarna putih seperti mayonais tapi bukan. Tiba-tiba itu
tertutup oleh tutup tepak dan Alicia mulai sadar.
“Maaf.”, kata Alicia.
“Aku tidak tahu kau sedang
memperhatikanku. Ada apa?”
“Aku tertarik dengan makan
siangmu.”, jawab Alicia lalu tersenyum malu.
“Ini? Ini bukan makan siangku.
Ini makan siang seseorang yang menyebalkan.”, katanya lalu bangkit berdiri.
“Aku harus pergi sekarang.”, lanjutnya kepada Alicia lalu berjalan keluar kelas
dengan perlahanya.
“Ya, Vincent.”, kata Alicia pasrah
karena ia tidak dapat mencicipi makanan itu. Ia sangat tertarik dengan makanan
itu.
Vincent berjalan sambil melirik
ke Alicia dan tersenyum sebelah bibirnya.
Alicia selesai makan siang. Ia
selalu ke toilet anak cewek selesai makannya. Ia berjalan perlahan menuju
toilet yang harus melewati kantin sekolah. Alicia melirik kepada seorang
laki-laki yang duduk sendirian diujung kantin dekat jendela sambil memakan
makanan siangnya. Alicia jadi ingin menghampirinya dan menemaninya makan siang.
Tapi, laki-laki itu menggelengkan kepalanya kepadanya. Laki-laki itu mengetahui
kalau ia sedang diperhatikan olehnya. Akhirnya, Alicia memutuskan untuk pergi
ke toilet.
Alicia memasuki salah satu toilet
lalu menutupnya rapat-rapat. Ia duduk di atas closet dan buang air kecil.
Selesai itu, ia tidak langsung keluar melainkan tetap duduk mendengarkan setiap
pembicaraan dua orang gadis yang berdiri di depan cermin wastefel. Percakapan
mereka, membuat Alicia tertarik untuk mendengarkan.
“Mel, bagaimana hubunganmu dengan
Rehan?”, tanya salah satu gadis itu kepada sahabatnya yang sedang memperbaiki
make up tipisnya.
“Hubunganku dengannya baik-baik
saja, tetapi akhir-akhir ini dia sedikit mencurigakan. Entah mengapa itu anak,
dia akan menjelaskan semuanya setelah masalahnya selesai.”, jawab gadis itu.
“Well, aku tidak... maksudku, Rehan aneh sekali belakangan ini.”
Mely yang mendengarnya sedikit
terkejut dan menjatuhkan lipsgrosnya ke lantai. Ia mengambilnya lalu menatap
sahabatnya sedikit kesal dan pertanyaan.
“Apa-apaan sih yang kau katakan?
Dia hanya memiliki masalah dengan keluarganya, dan kita tidak seharusnya ikut
campur.”, katanya kesal lalu melanjutkan mengoleskan bibirnya yang mirip dengan
bibir Angelina Jolie.
Lola yang menatapnya sedikit resah
mulai melanjutkan, “Kau tahu dia memiliki luka di lengan kanannya?”
“Apa maksudmu?”, tanya Mely yang
sekali lagi terkejut. Ia memasukan lipsgrosnya ke dalam tas kecil
manik-maniknya.
“Sebelumnya, ia menghampiriku di
rumah sakit sekolah dan memintaku untuk merawat lukanya dengan wajah sedikit
khawatir. Ia membentakku karena terlalu banyak bertanya kepadanya. Aku merawat
lukannya yang seperti goresan, lebih tepatnya seperti tergores oleh sebuah
peluru yang pernah aku lihat pada luka pada ayahku. Aku tidak ingin menanyakan
hal itu kepadanya karena aku takut jika ia akan membunuhku.”, jawab Lola terus
terang.
“Kau bercandakan?”
“Tidak. Dari luka goresannya, itu
tidak biasa. Maksudku ya, serangan itu seperti,” Lola sulit untuk menjelaskan.
“ya seperti itulah. Bagiku, dia seperti seorang mafia.”, lanjutnya perlahan.
Mely menatapnya kebingungan.
“Rehan pernah berkata kepadaku bahwa orang tuanya adalah pemilik perusahaan
ilegal tentang senjata api.”, katanya sedikit blak-blakan. “Tidak ada orang di
sini kecuali kita berdua kan?”, tanyanya tiba-tiba setelah menyadari.
“Tenang, hanya kita berdua di
sini.”, balas Lola tenang.
“Kau jangan bilang kepada
siapapun.”, perintah Mely dan Lola mengangguk.
“By the way Mel, kau tahu siswa baru di kelas dua? Dia sepertinya
sangat populer di sekolah, apalagi dikalangan gadis-gadis.”, kata Lola
mengganti topik.
“Kalau tidak salah namanya Raka,
bukan? Dia pindahan dari Amerika. Tapi dari wajahnya kelihatan bukan orang
Amerika asli, ada wajah ketimuran dari wajahnya.”, balas Mely dan nada suaranya
sedikit senang.
“Bagaimana menurutmu? Dia lebih
tampan dari Rehan, bukan? Mengapa kau tidak dekati dia? Aku yakin dia akan
tertarik denganmu jika kau merayunya sedikit.”, kata Lola lalu tersenyum jail.
Alicia memanas mendengarnya. Ia
ingin melempari mereka dengan tisu toilet tapi dibatalkan. Mereka tidak
mengetahui kalau ada Alicia.
“Well, ia memang lebih tampan dari Rehan. Kelihatnya dia juga lebih
dewasa dan lebih tua dari kita walaupun dia adalah adik kelas kita. Boleh juga
tawaranmu.”, kata Mely senang dan membuat Alicia semakin memanas pula.
“Lalu bagaimana dengan Rehan?”
“Lupakan saja dia, lagi pula kita
belum jadian. Aku belum menjawabnya, tenang saja.”, kata Melly sambil tersenyum
senang.
“Kau percaya diri sekalin, Mel.
Aku tidak yakin kau bisa mendapatkannya karena dia akan populer, dan bakalan
banyak gadis lain yang akan mendekatinya.”
“Oh ya? Aku yakin bisa
mendapatkannya. Aku yakin itu, Lola. Lagi pula, lihatlah aku? Aku akan sangat
cocok jika aku berdiri di sampingnya diacara pesta valentine di bulan Februari
besok di sekolah.”
“Bagaimana kita taruhan. Jika kau
bisa membawanya ke pesta itu, aku akan melayanimu selama tiga hari
berturut-turut?”, tawar Lola.
“Boleh juga taruhanmu. Aku
terima.”, jawab Mely mantap.
“Oke. Deal.”,
kata Lola sedikit canggung.
“Kau takut ya dengan taruhanmu?
Tidak usah takut, aku tidak akan menyiksamu kok, santai saja.”
Lola mengangguk lalu tersenyum
puas.
“Lola sayang, aku punya gosip
bagus untukmu yang masih jomblo. Dan sepertinya ini belum ada yang mengetahuinya.”,
kata Mely sedikit berbisik kepada sahabatnya.
“Apa?”, tanya Lola dengan
semangatnya.
“Kau tahu adik kelas dua kita
yang berkaca mata dan sakit-sakitan itu? Kalau tidak salah dia satu kelas
dengan si Raka itu. Jika kau lihat dia melepas kacamatanya dan rambutnya
sedikit berantakan, dia terlihat sangat keren dan mungkin dia bisa menjadi
saingan Raka.”, jawab Mely sambil tersenyum.
“Oh, si Vincent itu. Dia sering
ke rumah sakit sekolah dan tidur, dia tidak pernah meminta obat-obatan untuk
kondisinya. Tapi dia lebih sering tidur sambil mengenakan kacamatanya. Lagi
pula bagiku dia sedikit misterius. Memang kau melihatnya dimana?”
“Aku melihatnya sekitar Senin
lalu. Ia basah kuyup berjalan menyusuri koridor dan menuju kamar mandi cowok.
Aku mengintipnya saat ia berjalan dan ia tidak menyadari diriku. Ia melepaskan
kacamatanya lalu mengibas-kibaskan rambutnya yang basah. Kau tahu sesuatu, dia
seksi sekali.”, jawab Mely senang dan berbisik kepada Lola yang asik
mendengarkan.
Bel berbunyi yang menandakan istirahat
makan siang usai.
“Oh tidak. Aku ingin mendengarkan
lebih lanjut tentang Vincent itu, nanti malam kau bisa ceritakan kepadaku di
rumahku tentunya?”, tanya Lola.
“Tentu saja, aku akan menginap.”,
jawab Mely senang.
Mereka berdua keluar dari toilet
bersamaan. Alicia keluar setelah toilet kosong. Ia berlari perlahan menuju
kelas dan memproses informasi penting yang ia dapat walaupun ia sempat sedikit
cemburu akan rencana kedua gadis yang menjadi seniornya di sini. Ia terus
berlari sedikit lebih cepat karena ketidak sabarannya. Alicia duduk di
bangkunya, meilirik Calvin yang sudah duduk di sampingnya. Hari ini ada tes
dadakan yang diadakan oleh guru fisikanya. Ia melemparkan kertas kecil yang
ditekuk-tekuk kepada Calvin dan tidak ada yang curiga dengan itu karena banyak
siswa pula yang melemparkan kertas kecil dimana-mana karena isinya itu adalah
contekan mereka disaat guru sedang asik dengan kertas-kertas di mejanya. Isi
kertas Alicia bukanlah contekan, tetapi pesan singkat. Calvin membukanya.
Aku ingin
ke rumahmu sepulang sekolah ini, akan ku jelaskan nanti di jalan okey.
Soal no 2
dan 4 bagaimana caranya?
Love,
Alicia
Calvin mulai tersenyum sebelah,
dia membalikan kertas itu dan membalasnya. Ia melemparkan kertas itu kepada
Alicia. Ia membacanya
Okey
sayang.
Soal-soal
itu semuanya sudah aku ajarkan kepadamu semuanya. Kau bisa menggunakan rumus
yang kau bilang aneh itu.
Love,
Calvin
Alicia meringis membacanya, ia melirik ke arah Calvin lalu
menggelengkan kepalanya yang tandanya ia telah lupa karena saking pusingnya
dirinya tadi malam. Calvin hanya tersenyum jail dan tidak memberikan jawabannya
kepada Alicia, ia mulai mengambek kepada Calvin.
Bel pulang berbunyi. Alicia merapikan semua buku-bukunya dan
setengah pusing di kepalanya. Pelajaran terakhir ini memang membuatnya
kebingungan setengah mati. Ekonomi bisa membunuhnya karena saking tidak
mengerti dia tentang ekonomi. Ia menundukan kepalanya untuk mendinginkannya
agar tidak meledak nanti. Ia meringis karena Calvin berdiri di sampingnya
sambil mengelus-elus punggungnya, tandanya kelas sudah kosong. Alicia menegakan
kepalanya dan menatap Calvin dengan sedikit kesalnya, Calvin terlihat tidak
memiliki salah apapun.
“Ayo pulang.”, ajak Calvin dan membantu Alicia untuk berdiri.
Alicia bangkit berdiri dan hampir saja ingin pinsan. Alicia
tidak bersemangat untuk berjalan lagi. Ia menatap lagi ke Calvin yang
kebingungan dengannya. Lalu Alicia tersenyum jail.
“Gendong aku.”, perintah Alicia yang membuat Calvin terkejut.
“Bagaimana kalau ada orang lain melihat?”, tanya Calvin.
“Sudah gendong saja. Aku akan berpura-pura pinsan dan kau
mengantarkanku ke rumah sakit daerah.”, kata Alicia sambil merebahkan lengan
kanannya yang tandanya ia sudah siap.
Calvin tersenyum tipis, ia menggendong tas Alicia terlebih
dahulu lalu tubuhnya. Alicia ternyata sedikit lebih berat dari perkiraannya
karena Alicia terlihat kurus belakangan ini. Calvin menatap Alicia yang sudah
memejamkan matanya. Calvin mulai berjalan setengah berlari dengan wajah sedikit
khawatir.
Di perjalanannya menuju mobilnya, Alicia sudah menduga
terdapat dua gadis yang akan mengahalangnya di koridor yang hampir saja sampai
di parkir dan bertanya kepadanya. Siapa lagi kalau bukan cewek populer di
sekolah dan ketua rumah sakit sekolah, Mely dan Lola.
“Permisi.”, kata Calvin terburu-buru.
“Ada apa dengannya? Aku ketua rumah sakit sekolah.”, tanya
Lola ramah.
“Aku menemukannya dia pinsan, dan aku mau mengantarkannya ke
rumah sakit daerah.”, jawab Calvin terburu-buru.
“Mengapa kau tidak membawanya ke rumah sakit sekolah saja?
Ada ketuanya di sini, jadi tidak masalah jika kita memasuki rumah sakit setelah
bel pulang.”, tawar Mely ramah dan Lola mengangguk, wajah mereka menjadi
perhatian kepada Alicia. Alicia menggigit lidahnya sendiri dan menarik rambut
Calvin dengan tangan kanannya yang berada di leher belakang Calvin.
“Maaf, aku takut dia memiliki penyakit serius. Lebih baik aku
membawanya ke rumah sakit daerah saja.”, balas Calvin lalu tersenyum.
Dua gadis itu tidak dapat menghalangi Calvin lagi, mereka
memberikan jalan kepadanya dan Calvin segera berlari lagi. Ada wajah kekecewaan
mereka berdua tetapi pasti mereka mencoba lain kali lagi. Alicia tersenyum
karena rencananya berhasil. Ia membuka matanya dan menatap Calvin yang berlari
dengan wajah khawatir pura-puranya. Ia menarik leher Calvin dengan lengan
kanannya sehingga ia sedikit lebih ke atas dan memeluk Calvin sambil tersenyum.
Calvin menggendong Alicia lebih tinggi dan ia tersenyum.
“Hampir sampai.”, kata Calvin.
Calvin membuka pintu mobilnya dengan kesulitan sehingga
meminta seorang satpam untuk membantunya. Ia meletakan Alicia duduk di kursi
penumpang lalu ia juga masuk dan duduk di samping Alicia. Menghidupkan mesinnya
lalu pergi dari sekolah. Calvin menggenggam tangan Alicia sangat erat setelah
keluar dari sekolah membuat Alicia mulai bangun dan membenarkan posisi
duduknya. Ia membalas genggaman Calvin yang erat itu dan tersenyum lembut.
“Mereka berdua menyebalkan.”, kata Alicia ditengah-tengah
kesunyian diantara mereka.
“Alicia cemburu ya?”, tanya Calvin.
“Bagaimana perasaanmu jika aku akan dirayu oleh orang lain
sebagai taruhan? Mereka berdua telah merencanakannya.”, jawab Alicia kesal.
“Apakah mereka akan membunuhku? Atau apa? Dari mana kau
mendengarnya?”, tanya Calvin tenang.
“Tidak. Taruhan ini taruhan biasa para gadis-gadis aneh. Aku
mendengar mereka di toilet. Mereka membicarakanmu, anak baru.”, jawab Alicia.
“Jadi, apa yang mereka taruhkan?”, tanya Calvin.
Alicia menatapnya kesal. “Mereka bertaruh. Jika si Mely dapat
mendapatkanmu di pesta valentine di sekolah, ia akan dilayani penuh oleh Lola
yang menjadi ketua rumah sakit gila di sekolah.”, jawabnya kesal.
“Benarkah? Idenya menarik sekali.”, kata Calvin lalu
tersenyum.
Alicia mulai cemberut mendengar Calvin berkomentar seperti
itu apalagi dia tersenyum.
“Aku tidak akan melepaskanmu, walaupun kau harus melakukannya
demi misi ini.”, kata Alicia pelan hampir tidak bersuara.
“Apa? Misi? Pasti ada hubungannya, bukan? Aku tidak masalah
jika dimanfaatkan seperti ini, karena tiga diantaranya sudah mengetahui tentangku.”,
jawab Calvin.
“Apa maksudmu?”, tanya Alicia terkejut.
“Mereka mengenalku, apalagi aku Riicon yang berada di tempat
kejadian bersama rekanku. Berungtunngnya mereka menghiraukanmu dan kau di
posisi aman. Sedangkan aku, hanya pancingan mereka saja agar mereka takut.
Mereka sudah menduga-duga kedatanganku di sekolahmu adalah pembalasanku,
walaupun itu benar adanya. Mungkin pesta valentine yang kau bilang tadi akan
berubah menjadi peperangan.”, jawab Calvin.
“Jika mereka mengetahuimu, bagaimana dengan Denico?”
“Orang itu tidak berada di tempat kejadian, ku rasa dia aman.
Tapi kata mama, dia membatu menolong rumah waktu itu. Katanya ia menangkap satu
orang dan mengintrogasinya lalu membunuhnya karena orang itu sama sekali tidak
berguna. Mungkin salah satu diantara mereka mengetahui dirinya. Dan ini akan
menjadi seru.”, jawab Calvin lalu tersenyum. Api membara di dalam kedua
matanya.
“Apa maksudmu itu? Apa kau gila, Calvin?” Alicia terlihat
kebingungan dengan cowok di sampingnya.
“Tunggu tanggal jadinya saja, sayang. Kau akan mengerti.”,
jawab Calvin santai dan tersenyum kejam. “Tapi, kau tenang saja tentang misi
ini. Walaupun ini tergolong tingkat S, aku pasti melindungimu.”, lanjutnya
sambil mengelus-elus kepala Alicia dan mengobrak-abrik rambut panjang Alicia.
“Tingkat S? Aku tidak menyangka menadapakan misi tingkat
itu.”, kata Alicia.
“Karena terdapat korban yang tak akan dimaafkan, bukan?
Mereka telah berani menyerang Riicon dan ini adalah pembalasan. Pasti terdapat
korban lagi, tapi aku tidak akan membiarkan kau menjadi salah satu korban itu.
Tidak akan.”, jawab Calvin yang mulai serius.
“Apakah begitu bahayanya? Ngomong-ngomong, aku mendapat
informasi dari percakapan Mely dan Lola.”, kata Alicia mengganti topik.
Calvin siap mendengarkan sambil menyetir dan Alicia terus
menceritakannya sesuai dengan ingatannya. Alicia kini terlihat lebih cerewet
dari Calvin biasanya. Calvin tersenyum, mengelus-elus kepala Alicia lagi.
“Good job,
sayang.”, katanya senang lalu menarik lengannya sendiri untuk mengganti kopling
mobilnya.
“Kita harusnya membicarakan ini kepada Denico dan Anna, aku
akan membenci mereka jika mereka menyuruhmu untuk mendekati Mely dan
mendapatkan lebih banyak informasi. Aku lebih memilih seharian di toilet
menunggu mereka bergosip kembali.”, kata Alicia sebal.
“Aku tidak akan selingkuh, sayang.”, kata Calvin lembut.
“Kau senang bukan? Dia memang lebih menarik dari padaku dan
dia memang cocok berada di sampingmu!”, kata Alicia sebal dan marah, wajahnya
memerah padam.
“Jangan berbicara seperti itu, sayang. Aku akan terus
mencintaimu. Kau percaya kepadaku, bukan? Ini hanyalah pekerjaan.”, kata Calvin
sambil mengelus-elus kepala Alicia.
“Apa aku boleh marah kepadamu seperti kau marah kepadaku
seperti empat hari yang lalu? Apa aku harus melakukan seperti yang kau lakukan
kepadaku?”, tanya Alicia sebal.
“Itu hakmu, aku tidak mau mencampuri itu. Kalau saranku
jangan. Jangan lakukan hal buruk yang pernah ku lakukan kepadamu, pokoknya
jangan. Aku tidak ingin kehilanganmu.”, kata Calvin mulai serius. Pandangan
matanya menjadi sangat seirus, Alicia berpikir bahwa Calvin memang benar-benar
serius mengenai ini.
“Baiklah, tapi aku harus menghukumu setiap kau
menyentuhnya.”, kata Alicia masih kesal.
“Mengapa kau jadi tiba-tiba setuju seperti ini? Inikan belum
dibahas sama sekali dengan yang lain.”
“Ya pokoknya jika hasilnya seperti itu, aku akan menghukumu
setiap waktu jika kau menyentuhnya. Aku akan benar-benar marah dan...”
“Aku cinta padamu, Alicia.”, putus Calvin tiba-tiba dan dapat
membuat Alicia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ini bisa dibilang cara agar
Alicia tidak akan mengomel tentang misi ini. Calvin tersenyum lembut kepada
Alicia yang menundukan kepalanya. “Aku memang benar-benar cinta kepadamu...”
Calvin mulai bernyanyi dengan nada-nadanya sendiri dan sedikit lebih keras
sambil merangkul Alicia yang lama-kelamaan tersenyum malu.
“Kau bodoh, hentikan.”, kata Alicia malu tapi Calvin masih
meneruskan.
“Aku sangat sayang kepadamu, apakah kau mengerti? Oh
kekasihku, aku sangat mencintaimu... sampai kapanpun aku masih cinta...” Calvin
semakin keras menyanyikannya.
Alicia meringis karena suara Calvin memang benar-benar hancur
dan tidak enak didengar saat bernyanyi seperti itu apalagi itu ciptaannya
sendiri. Dia yakin dia tidak akan lulus jika mengikuti X-Factor. Dia memang
benar-benar hancur dan membuat Alicia tertawa terbahak-bahak. Air matanya
keluar karena tidak tahan.
“Kau mengerti, bukan? Ini tentang hatimu yang selalu canggung
kepadaku. Sudah ku katakan setiap hari, setiap pagi setelah kau bangun tidur
bahwa aku mencintaimu. Apakah itu kurang? Akan kukatakan di sekolah, di depan
semua murid-murid di sana jika kau menginginkannya.”, kata Calvin lalu
tersenyum.
Alicia menganggukan kepalanya, ia mengusap air matanya
sendiri dan menatap Calvin. “Bagaimana pekerjaanmu? Aku yakin akan
berantakan.”, tanyanya.
“Aku rela kehilangan pekerjaanku tapi aku tidak rela
kehilangan dirimu.”, balas Calvin lembut.
Alicia tersenyum melihat Calvin yang terus menyetir dan
menggombal ala dirinya. Alicia bersandar kepada Calvin walaupun posisinya tidak
enak. Ia ingin bersama lebih lama dengan cowok itu, sebelum sampai di rumah
Calvin. Alicia menggenggam erat salah satu tangan Calvin dan tidak mau
melepaskannya. Calvin sedikit terganggu dalam menyetir karena tidak dapat
mengganti kopling mobilnya tapi tak apalah baginya. Itu juga nyaman bagi
dirinya sendiri. Ia senang Alicia dapat tersenyum dan tertawa ditengah hal yang
membuat mereka hampir berpisah. Calvin tidak akan menyia-nyiakan waktunya
bersama Alicia sekarang ini.
Komentar
Posting Komentar