Langsung ke konten utama

Obrolan di Toilet ??

aku bingung cari judul khusus bagian ini u,u mungkin obrolan para gadis di toilet tentang cowok atau semacamlah... kebanyakan sih begitu dan pernah nguping juga. hehe... terinspirasi dari toilet titik. Setidaknya itu pengalaman yak, ini juga tidak terlalu buruk lagipula aku kan di dalam toilet dan menggunakan fasilitasnya sedangkan banyak cewek di wastefel di depan cermin benerin make up nya trus kalo udah gosip... itu sih yang sering aku denger di tempat2 umum, bukan di sekolah. toilet skolahku malah kyak toilet rumah sakit yang dibesain khusus cewek maupun cowok. ya begitulah ga enaknya. ga usah bahas toilet lagi kecuali di bawah ini ^^


Hari Sabtu tanggal sebelas Januari, Alicia duduk di bangkunya di kelas. Memakan makan siangnya yang ia bawa sendiri dari rumah. Wajahnya tidak terlihat senang maupun duka, ia tidak terlihat berekspresi. Asiknya ia makan, sampai-sampai tidak menyadari tabletnya berbunyi. Ia terkejut lalu membalikan tubuhnya untuk mengambil tabletnya. Disaat ia mengambil tablet, lirikan matanya tidak bisa terlepas dari tepak makan siang temannya yang duduk di belakangnya. Ia tidak mengetahui apa itu nama masakannya tetapi isinya adalah banyak sayuran yang direbus seperti wortel yang dipotong kecil-kecil, buncis, brokoli yang tampak hijau segar, dan lain-lain. Selain itu, terdapat daging ayam yang diiris tipis yang dipanggang. Terdapat saus berwarna putih seperti mayonais tapi bukan. Tiba-tiba itu tertutup oleh tutup tepak dan Alicia mulai sadar.
“Maaf.”, kata Alicia.
“Aku tidak tahu kau sedang memperhatikanku. Ada apa?”
“Aku tertarik dengan makan siangmu.”, jawab Alicia lalu tersenyum malu.
“Ini? Ini bukan makan siangku. Ini makan siang seseorang yang menyebalkan.”, katanya lalu bangkit berdiri. “Aku harus pergi sekarang.”, lanjutnya kepada Alicia lalu berjalan keluar kelas dengan perlahanya.
“Ya, Vincent.”, kata Alicia pasrah karena ia tidak dapat mencicipi makanan itu. Ia sangat tertarik dengan makanan itu.
Vincent berjalan sambil melirik ke Alicia dan tersenyum sebelah bibirnya.
Alicia selesai makan siang. Ia selalu ke toilet anak cewek selesai makannya. Ia berjalan perlahan menuju toilet yang harus melewati kantin sekolah. Alicia melirik kepada seorang laki-laki yang duduk sendirian diujung kantin dekat jendela sambil memakan makanan siangnya. Alicia jadi ingin menghampirinya dan menemaninya makan siang. Tapi, laki-laki itu menggelengkan kepalanya kepadanya. Laki-laki itu mengetahui kalau ia sedang diperhatikan olehnya. Akhirnya, Alicia memutuskan untuk pergi ke toilet.
Alicia memasuki salah satu toilet lalu menutupnya rapat-rapat. Ia duduk di atas closet dan buang air kecil. Selesai itu, ia tidak langsung keluar melainkan tetap duduk mendengarkan setiap pembicaraan dua orang gadis yang berdiri di depan cermin wastefel. Percakapan mereka, membuat Alicia tertarik untuk mendengarkan.
“Mel, bagaimana hubunganmu dengan Rehan?”, tanya salah satu gadis itu kepada sahabatnya yang sedang memperbaiki make up tipisnya.
“Hubunganku dengannya baik-baik saja, tetapi akhir-akhir ini dia sedikit mencurigakan. Entah mengapa itu anak, dia akan menjelaskan semuanya setelah masalahnya selesai.”, jawab gadis itu.
Well, aku tidak... maksudku, Rehan aneh sekali belakangan ini.”
Mely yang mendengarnya sedikit terkejut dan menjatuhkan lipsgrosnya ke lantai. Ia mengambilnya lalu menatap sahabatnya sedikit kesal dan pertanyaan.
“Apa-apaan sih yang kau katakan? Dia hanya memiliki masalah dengan keluarganya, dan kita tidak seharusnya ikut campur.”, katanya kesal lalu melanjutkan mengoleskan bibirnya yang mirip dengan bibir Angelina Jolie.
Lola yang menatapnya sedikit resah mulai melanjutkan, “Kau tahu dia memiliki luka di lengan kanannya?”
“Apa maksudmu?”, tanya Mely yang sekali lagi terkejut. Ia memasukan lipsgrosnya ke dalam tas kecil manik-maniknya.
“Sebelumnya, ia menghampiriku di rumah sakit sekolah dan memintaku untuk merawat lukanya dengan wajah sedikit khawatir. Ia membentakku karena terlalu banyak bertanya kepadanya. Aku merawat lukannya yang seperti goresan, lebih tepatnya seperti tergores oleh sebuah peluru yang pernah aku lihat pada luka pada ayahku. Aku tidak ingin menanyakan hal itu kepadanya karena aku takut jika ia akan membunuhku.”, jawab Lola terus terang.
“Kau bercandakan?”
“Tidak. Dari luka goresannya, itu tidak biasa. Maksudku ya, serangan itu seperti,” Lola sulit untuk menjelaskan. “ya seperti itulah. Bagiku, dia seperti seorang mafia.”, lanjutnya perlahan.
Mely menatapnya kebingungan. “Rehan pernah berkata kepadaku bahwa orang tuanya adalah pemilik perusahaan ilegal tentang senjata api.”, katanya sedikit blak-blakan. “Tidak ada orang di sini kecuali kita berdua kan?”, tanyanya tiba-tiba setelah menyadari.
“Tenang, hanya kita berdua di sini.”, balas Lola tenang.
“Kau jangan bilang kepada siapapun.”, perintah Mely dan Lola mengangguk.
By the way Mel, kau tahu siswa baru di kelas dua? Dia sepertinya sangat populer di sekolah, apalagi dikalangan gadis-gadis.”, kata Lola mengganti topik.
“Kalau tidak salah namanya Raka, bukan? Dia pindahan dari Amerika. Tapi dari wajahnya kelihatan bukan orang Amerika asli, ada wajah ketimuran dari wajahnya.”, balas Mely dan nada suaranya sedikit senang.
“Bagaimana menurutmu? Dia lebih tampan dari Rehan, bukan? Mengapa kau tidak dekati dia? Aku yakin dia akan tertarik denganmu jika kau merayunya sedikit.”, kata Lola lalu tersenyum jail.
Alicia memanas mendengarnya. Ia ingin melempari mereka dengan tisu toilet tapi dibatalkan. Mereka tidak mengetahui kalau ada Alicia.
Well, ia memang lebih tampan dari Rehan. Kelihatnya dia juga lebih dewasa dan lebih tua dari kita walaupun dia adalah adik kelas kita. Boleh juga tawaranmu.”, kata Mely senang dan membuat Alicia semakin memanas pula.
“Lalu bagaimana dengan Rehan?”
“Lupakan saja dia, lagi pula kita belum jadian. Aku belum menjawabnya, tenang saja.”, kata Melly sambil tersenyum senang.
“Kau percaya diri sekalin, Mel. Aku tidak yakin kau bisa mendapatkannya karena dia akan populer, dan bakalan banyak gadis lain yang akan mendekatinya.”
“Oh ya? Aku yakin bisa mendapatkannya. Aku yakin itu, Lola. Lagi pula, lihatlah aku? Aku akan sangat cocok jika aku berdiri di sampingnya diacara pesta valentine di bulan Februari besok di sekolah.”
“Bagaimana kita taruhan. Jika kau bisa membawanya ke pesta itu, aku akan melayanimu selama tiga hari berturut-turut?”, tawar Lola.
“Boleh juga taruhanmu. Aku terima.”, jawab Mely mantap.
 “Oke. Deal.”, kata Lola sedikit canggung.
“Kau takut ya dengan taruhanmu? Tidak usah takut, aku tidak akan menyiksamu kok, santai saja.”
Lola mengangguk lalu tersenyum puas.
“Lola sayang, aku punya gosip bagus untukmu yang masih jomblo. Dan sepertinya ini belum ada yang mengetahuinya.”, kata Mely sedikit berbisik kepada sahabatnya.
“Apa?”, tanya Lola dengan semangatnya.
“Kau tahu adik kelas dua kita yang berkaca mata dan sakit-sakitan itu? Kalau tidak salah dia satu kelas dengan si Raka itu. Jika kau lihat dia melepas kacamatanya dan rambutnya sedikit berantakan, dia terlihat sangat keren dan mungkin dia bisa menjadi saingan Raka.”, jawab Mely sambil tersenyum.
“Oh, si Vincent itu. Dia sering ke rumah sakit sekolah dan tidur, dia tidak pernah meminta obat-obatan untuk kondisinya. Tapi dia lebih sering tidur sambil mengenakan kacamatanya. Lagi pula bagiku dia sedikit misterius. Memang kau melihatnya dimana?”
“Aku melihatnya sekitar Senin lalu. Ia basah kuyup berjalan menyusuri koridor dan menuju kamar mandi cowok. Aku mengintipnya saat ia berjalan dan ia tidak menyadari diriku. Ia melepaskan kacamatanya lalu mengibas-kibaskan rambutnya yang basah. Kau tahu sesuatu, dia seksi sekali.”, jawab Mely senang dan berbisik kepada Lola yang asik mendengarkan.
Bel berbunyi yang menandakan istirahat makan siang usai.
“Oh tidak. Aku ingin mendengarkan lebih lanjut tentang Vincent itu, nanti malam kau bisa ceritakan kepadaku di rumahku tentunya?”, tanya Lola.
“Tentu saja, aku akan menginap.”, jawab Mely senang.
Mereka berdua keluar dari toilet bersamaan. Alicia keluar setelah toilet kosong. Ia berlari perlahan menuju kelas dan memproses informasi penting yang ia dapat walaupun ia sempat sedikit cemburu akan rencana kedua gadis yang menjadi seniornya di sini. Ia terus berlari sedikit lebih cepat karena ketidak sabarannya. Alicia duduk di bangkunya, meilirik Calvin yang sudah duduk di sampingnya. Hari ini ada tes dadakan yang diadakan oleh guru fisikanya. Ia melemparkan kertas kecil yang ditekuk-tekuk kepada Calvin dan tidak ada yang curiga dengan itu karena banyak siswa pula yang melemparkan kertas kecil dimana-mana karena isinya itu adalah contekan mereka disaat guru sedang asik dengan kertas-kertas di mejanya. Isi kertas Alicia bukanlah contekan, tetapi pesan singkat. Calvin membukanya.


Aku ingin ke rumahmu sepulang sekolah ini, akan ku jelaskan nanti di jalan okey.
Soal no 2 dan 4 bagaimana caranya?
Love,
Alicia

Calvin mulai tersenyum sebelah, dia membalikan kertas itu dan membalasnya. Ia melemparkan kertas itu kepada Alicia. Ia membacanya

Okey sayang.
Soal-soal itu semuanya sudah aku ajarkan kepadamu semuanya. Kau bisa menggunakan rumus yang kau bilang aneh itu.
Love,
Calvin

Alicia meringis membacanya, ia melirik ke arah Calvin lalu menggelengkan kepalanya yang tandanya ia telah lupa karena saking pusingnya dirinya tadi malam. Calvin hanya tersenyum jail dan tidak memberikan jawabannya kepada Alicia, ia mulai mengambek kepada Calvin.
Bel pulang berbunyi. Alicia merapikan semua buku-bukunya dan setengah pusing di kepalanya. Pelajaran terakhir ini memang membuatnya kebingungan setengah mati. Ekonomi bisa membunuhnya karena saking tidak mengerti dia tentang ekonomi. Ia menundukan kepalanya untuk mendinginkannya agar tidak meledak nanti. Ia meringis karena Calvin berdiri di sampingnya sambil mengelus-elus punggungnya, tandanya kelas sudah kosong. Alicia menegakan kepalanya dan menatap Calvin dengan sedikit kesalnya, Calvin terlihat tidak memiliki salah apapun.
“Ayo pulang.”, ajak Calvin dan membantu Alicia untuk berdiri.
Alicia bangkit berdiri dan hampir saja ingin pinsan. Alicia tidak bersemangat untuk berjalan lagi. Ia menatap lagi ke Calvin yang kebingungan dengannya. Lalu Alicia tersenyum jail.
“Gendong aku.”, perintah Alicia yang membuat Calvin terkejut.
“Bagaimana kalau ada orang lain melihat?”, tanya Calvin.
“Sudah gendong saja. Aku akan berpura-pura pinsan dan kau mengantarkanku ke rumah sakit daerah.”, kata Alicia sambil merebahkan lengan kanannya yang tandanya ia sudah siap.
Calvin tersenyum tipis, ia menggendong tas Alicia terlebih dahulu lalu tubuhnya. Alicia ternyata sedikit lebih berat dari perkiraannya karena Alicia terlihat kurus belakangan ini. Calvin menatap Alicia yang sudah memejamkan matanya. Calvin mulai berjalan setengah berlari dengan wajah sedikit khawatir.
Di perjalanannya menuju mobilnya, Alicia sudah menduga terdapat dua gadis yang akan mengahalangnya di koridor yang hampir saja sampai di parkir dan bertanya kepadanya. Siapa lagi kalau bukan cewek populer di sekolah dan ketua rumah sakit sekolah, Mely dan Lola.
“Permisi.”, kata Calvin terburu-buru.
“Ada apa dengannya? Aku ketua rumah sakit sekolah.”, tanya Lola ramah.
“Aku menemukannya dia pinsan, dan aku mau mengantarkannya ke rumah sakit daerah.”, jawab Calvin terburu-buru.
“Mengapa kau tidak membawanya ke rumah sakit sekolah saja? Ada ketuanya di sini, jadi tidak masalah jika kita memasuki rumah sakit setelah bel pulang.”, tawar Mely ramah dan Lola mengangguk, wajah mereka menjadi perhatian kepada Alicia. Alicia menggigit lidahnya sendiri dan menarik rambut Calvin dengan tangan kanannya yang berada di leher belakang Calvin.
“Maaf, aku takut dia memiliki penyakit serius. Lebih baik aku membawanya ke rumah sakit daerah saja.”, balas Calvin lalu tersenyum.
Dua gadis itu tidak dapat menghalangi Calvin lagi, mereka memberikan jalan kepadanya dan Calvin segera berlari lagi. Ada wajah kekecewaan mereka berdua tetapi pasti mereka mencoba lain kali lagi. Alicia tersenyum karena rencananya berhasil. Ia membuka matanya dan menatap Calvin yang berlari dengan wajah khawatir pura-puranya. Ia menarik leher Calvin dengan lengan kanannya sehingga ia sedikit lebih ke atas dan memeluk Calvin sambil tersenyum. Calvin menggendong Alicia lebih tinggi dan ia tersenyum.
“Hampir sampai.”, kata Calvin.
Calvin membuka pintu mobilnya dengan kesulitan sehingga meminta seorang satpam untuk membantunya. Ia meletakan Alicia duduk di kursi penumpang lalu ia juga masuk dan duduk di samping Alicia. Menghidupkan mesinnya lalu pergi dari sekolah. Calvin menggenggam tangan Alicia sangat erat setelah keluar dari sekolah membuat Alicia mulai bangun dan membenarkan posisi duduknya. Ia membalas genggaman Calvin yang erat itu dan tersenyum lembut.
“Mereka berdua menyebalkan.”, kata Alicia ditengah-tengah kesunyian diantara mereka.
“Alicia cemburu ya?”, tanya Calvin.
“Bagaimana perasaanmu jika aku akan dirayu oleh orang lain sebagai taruhan? Mereka berdua telah merencanakannya.”, jawab Alicia kesal.
“Apakah mereka akan membunuhku? Atau apa? Dari mana kau mendengarnya?”, tanya Calvin tenang.
“Tidak. Taruhan ini taruhan biasa para gadis-gadis aneh. Aku mendengar mereka di toilet. Mereka membicarakanmu, anak baru.”, jawab Alicia.
“Jadi, apa yang mereka taruhkan?”, tanya Calvin.
Alicia menatapnya kesal. “Mereka bertaruh. Jika si Mely dapat mendapatkanmu di pesta valentine di sekolah, ia akan dilayani penuh oleh Lola yang menjadi ketua rumah sakit gila di sekolah.”, jawabnya kesal.
“Benarkah? Idenya menarik sekali.”, kata Calvin lalu tersenyum.
Alicia mulai cemberut mendengar Calvin berkomentar seperti itu apalagi dia tersenyum.
“Aku tidak akan melepaskanmu, walaupun kau harus melakukannya demi misi ini.”, kata Alicia pelan hampir tidak bersuara.
“Apa? Misi? Pasti ada hubungannya, bukan? Aku tidak masalah jika dimanfaatkan seperti ini, karena tiga diantaranya sudah mengetahui tentangku.”, jawab Calvin.
“Apa maksudmu?”, tanya Alicia terkejut.
“Mereka mengenalku, apalagi aku Riicon yang berada di tempat kejadian bersama rekanku. Berungtunngnya mereka menghiraukanmu dan kau di posisi aman. Sedangkan aku, hanya pancingan mereka saja agar mereka takut. Mereka sudah menduga-duga kedatanganku di sekolahmu adalah pembalasanku, walaupun itu benar adanya. Mungkin pesta valentine yang kau bilang tadi akan berubah menjadi peperangan.”, jawab Calvin.
“Jika mereka mengetahuimu, bagaimana dengan Denico?”
“Orang itu tidak berada di tempat kejadian, ku rasa dia aman. Tapi kata mama, dia membatu menolong rumah waktu itu. Katanya ia menangkap satu orang dan mengintrogasinya lalu membunuhnya karena orang itu sama sekali tidak berguna. Mungkin salah satu diantara mereka mengetahui dirinya. Dan ini akan menjadi seru.”, jawab Calvin lalu tersenyum. Api membara di dalam kedua matanya.
“Apa maksudmu itu? Apa kau gila, Calvin?” Alicia terlihat kebingungan dengan cowok di sampingnya.
“Tunggu tanggal jadinya saja, sayang. Kau akan mengerti.”, jawab Calvin santai dan tersenyum kejam. “Tapi, kau tenang saja tentang misi ini. Walaupun ini tergolong tingkat S, aku pasti melindungimu.”, lanjutnya sambil mengelus-elus kepala Alicia dan mengobrak-abrik rambut panjang Alicia.
“Tingkat S? Aku tidak menyangka menadapakan misi tingkat itu.”, kata Alicia.
“Karena terdapat korban yang tak akan dimaafkan, bukan? Mereka telah berani menyerang Riicon dan ini adalah pembalasan. Pasti terdapat korban lagi, tapi aku tidak akan membiarkan kau menjadi salah satu korban itu. Tidak akan.”, jawab Calvin yang mulai serius.
“Apakah begitu bahayanya? Ngomong-ngomong, aku mendapat informasi dari percakapan Mely dan Lola.”, kata Alicia mengganti topik.
Calvin siap mendengarkan sambil menyetir dan Alicia terus menceritakannya sesuai dengan ingatannya. Alicia kini terlihat lebih cerewet dari Calvin biasanya. Calvin tersenyum, mengelus-elus kepala Alicia lagi.
Good job, sayang.”, katanya senang lalu menarik lengannya sendiri untuk mengganti kopling mobilnya.
“Kita harusnya membicarakan ini kepada Denico dan Anna, aku akan membenci mereka jika mereka menyuruhmu untuk mendekati Mely dan mendapatkan lebih banyak informasi. Aku lebih memilih seharian di toilet menunggu mereka bergosip kembali.”, kata Alicia sebal.
“Aku tidak akan selingkuh, sayang.”, kata Calvin lembut.
“Kau senang bukan? Dia memang lebih menarik dari padaku dan dia memang cocok berada di sampingmu!”, kata Alicia sebal dan marah, wajahnya memerah padam.
“Jangan berbicara seperti itu, sayang. Aku akan terus mencintaimu. Kau percaya kepadaku, bukan? Ini hanyalah pekerjaan.”, kata Calvin sambil mengelus-elus kepala Alicia.
“Apa aku boleh marah kepadamu seperti kau marah kepadaku seperti empat hari yang lalu? Apa aku harus melakukan seperti yang kau lakukan kepadaku?”, tanya Alicia sebal.
“Itu hakmu, aku tidak mau mencampuri itu. Kalau saranku jangan. Jangan lakukan hal buruk yang pernah ku lakukan kepadamu, pokoknya jangan. Aku tidak ingin kehilanganmu.”, kata Calvin mulai serius. Pandangan matanya menjadi sangat seirus, Alicia berpikir bahwa Calvin memang benar-benar serius mengenai ini.
“Baiklah, tapi aku harus menghukumu setiap kau menyentuhnya.”, kata Alicia masih kesal.
“Mengapa kau jadi tiba-tiba setuju seperti ini? Inikan belum dibahas sama sekali dengan yang lain.”
“Ya pokoknya jika hasilnya seperti itu, aku akan menghukumu setiap waktu jika kau menyentuhnya. Aku akan benar-benar marah dan...”
“Aku cinta padamu, Alicia.”, putus Calvin tiba-tiba dan dapat membuat Alicia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ini bisa dibilang cara agar Alicia tidak akan mengomel tentang misi ini. Calvin tersenyum lembut kepada Alicia yang menundukan kepalanya. “Aku memang benar-benar cinta kepadamu...” Calvin mulai bernyanyi dengan nada-nadanya sendiri dan sedikit lebih keras sambil merangkul Alicia yang lama-kelamaan tersenyum malu.
“Kau bodoh, hentikan.”, kata Alicia malu tapi Calvin masih meneruskan.
“Aku sangat sayang kepadamu, apakah kau mengerti? Oh kekasihku, aku sangat mencintaimu... sampai kapanpun aku masih cinta...” Calvin semakin keras menyanyikannya.
Alicia meringis karena suara Calvin memang benar-benar hancur dan tidak enak didengar saat bernyanyi seperti itu apalagi itu ciptaannya sendiri. Dia yakin dia tidak akan lulus jika mengikuti X-Factor. Dia memang benar-benar hancur dan membuat Alicia tertawa terbahak-bahak. Air matanya keluar karena tidak tahan.
“Kau mengerti, bukan? Ini tentang hatimu yang selalu canggung kepadaku. Sudah ku katakan setiap hari, setiap pagi setelah kau bangun tidur bahwa aku mencintaimu. Apakah itu kurang? Akan kukatakan di sekolah, di depan semua murid-murid di sana jika kau menginginkannya.”, kata Calvin lalu tersenyum.
Alicia menganggukan kepalanya, ia mengusap air matanya sendiri dan menatap Calvin. “Bagaimana pekerjaanmu? Aku yakin akan berantakan.”, tanyanya.
“Aku rela kehilangan pekerjaanku tapi aku tidak rela kehilangan dirimu.”, balas Calvin lembut.

Alicia tersenyum melihat Calvin yang terus menyetir dan menggombal ala dirinya. Alicia bersandar kepada Calvin walaupun posisinya tidak enak. Ia ingin bersama lebih lama dengan cowok itu, sebelum sampai di rumah Calvin. Alicia menggenggam erat salah satu tangan Calvin dan tidak mau melepaskannya. Calvin sedikit terganggu dalam menyetir karena tidak dapat mengganti kopling mobilnya tapi tak apalah baginya. Itu juga nyaman bagi dirinya sendiri. Ia senang Alicia dapat tersenyum dan tertawa ditengah hal yang membuat mereka hampir berpisah. Calvin tidak akan menyia-nyiakan waktunya bersama Alicia sekarang ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga ...

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie...

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza ...