Aku diam melamun duduk di meja nomor tujuh. Sekarang aku berada di sebuah restoran untuk makan siang. Aku masih belum menemukan kado untuk putraku. Menjadi single perent ternyata cukup rumit juga. Seandainya aku bisa merubah masa lalu… Tiba-tiba kurasakan bahwa pengawalku menyentuh tanganku yang berada di atas meja. Dia tenyata memperhatikanku dari tadi melamun tanpa sebab. Kedua alisnya bertaut tanda penasaran. Kulihat dirinya dengan tanpa ekspresi dan saat itu juga ia menarik tangannya kembali. “Ada apa?” tanyanya akhirnya. Aku diam sebentar. “Masa lalu,” kataku pelan lalu aku menyeruput minumanku. Aku merasa bodoh karena menjawabnya dengan jujur. Kulihat dirinya kembali dan syukurlah dia tidak memperhatikan diriku lagi. Aku sedikit lega aku bisa bergalau sendirian tanpa ada orang lain lagi. “Hei,” dia memanggilku. “jangan diingat lagi.” Terusnya. Aku lupa bahwa dia mengetahui itu—memang tahu. “Aku selalu mengingatnya jika aku mengingat anak-anakku.” Jawabku. Tiba-tiba ...