Ini adalah lanjutan dari Prolognya Pembaca dan Penulis, (bagi yang belum baca klik disini. ini dia sudah selesai bab 1 nya (tadaaa...). yang berjudul Tingkah Gading. gimana sih tingkah dari cowok yang bagi Rere senyumannya manis itu?Oh ya, cara bacanya masih sama, yang di dalam kurung adalah penulis dan yang gak dikurungin itu pembaca alias Rere dan kalo ada tanda petiknya itu tokoh lain. Happy Reading
Bab 1 !
Tingkah Gading
Sekarang adalah jam pulang sekolah. Seperti
biasa kami selalu berkumpul di tengah lapangan sekolah.
(Ngapain di tengah lapangan sekolah,
sekalian di lapangan Stadion Bung Karno).
Rese lu penulis, tabok sama Fani tau
rasa.
(Piss mbak bro).
Kebanyakan dari guru-guru dan siswa
yang lain mengira, kami berkumpul di tengah lapangan sekolah setelah pulang karena ada
perkumpulan OSIS, PMR, atau pramuka. Padahal kami hanya menunggu yang lain
pulang, maklum soalnya banyak.
(Oh begitu, gue kira kumpulan orang
sarap)
Nih penulis kagak bisa brenti ngoceh.
Fani!!! “Plakk!!” *Tampar Fani*
(Ampun deh... kapok gue ngomong sama
rese! eh salah sama Rere) “Plakk!!” *Tampar Rere*
Setelah beberapa menit aku, Bianca,
Cicilia, Dono, Erlin, Fani, Hasan, Isni, Karin, Lucky, Maya, Nico, Ojan, dan
Pasha nungguin Andiek, Gading, dan Josep belum juga kumpul akhirnya datang
dengan gaya mereka yang mereka buat keren.
(Wew! Keren...)
Tapi bagiku itu hal yang caper,
memuakan, dan tidak enak untuk di pandang. Karena gading tidak memakai celana
abu-abu panjangnya. Ia hanya memakai celana dalam yang panjangnya hampir
selututnya dan berwarna gelap. Katanya sih, itu celana sering ia pakai untuk
celana dalamnya setiap hari saat berangkat sekolah.
(Hiii... jorok tu Gading. Gak pernah
ganti celana.)
Kali ini aku setuju kalo penulis
ngomong gituan. Emang cocok kalo dia diomongin gitu. “plakk!!” *tampar Gading
ke penulis*.
Haha... gue gak bakalan di tampar
sama Gading karena ia gak bakalan nampar cewek.
(inyong cewek yo. *wajah melas*)
“Hahaha...!!!”, semua yang melihat
Gading seperti itu tertawa keras ke Gading yang tidak sadar ditertawakan. Hanya
Andiek dan Josep saja yang menahan tawa mereka.
“Sori, aku tadi habis dari kamar
mandi. Ayo!”, ajak Gading dengan pedenya lalu ia tersenyum puas.
“Gading. Celanamu keren banget deh.”,
kata Cicilia menahan tawa.
“Celanamu boleh juga tu.”, kata Maya
juga menahan tawa.
“Say, celana OSISmu kemana?”, tanya
Karin menahan tawa. Pertanyaan itu membuat rencana gagal dan Gading mulai
sadar.
“Hah?!!”, Gading terkejut karena ia
tidak memakai celana OSISnya. Ia lalu cepat-cepat berlari menuju kamar mandi
sekolah dengan terburu-burunya. Ia berlari seperti tanpa melihat di depannya. Bu
Eti, guru yang paling galak saja yang berada di depannya saja ia tabrak dan
membuat guru galak itu terjatuh dan Gading masih lanjut dengan larinya.
“Dasar anak nakal!”, teriak Bu Eti marah.
Gading tetap saja berlari dan
mengalahkan pelari tercepat di sekolah yang sedang berlatih berlari dengan guru
olah raganya. Selanjutnya, Mas Kirun si karyawan sekolah yang sedang membawa
nampan kosong. Ia tabrak dengan kuatnya lalu Mas Kirun terjatuh beserta nampan
kosongnya.
(Untungnya kosong, kalo ada gelas di
atasnya, dihukum lu.)
Gading masih berlari dan berlari. Dan
untungnya bagi ia adalah ia telah sampai dimana ia telah lakukan sebelum kami
melihat ia tidak memakai celana abu-abu panjangnya. Dari kejauhan kami hanya
mentertawakan dirinya. Tapi, kami tiba-tiba diam karena Bu Eti sedang
memperhatikan kami yang mentertawakan Gading yang bersikap konyol begitu.
“Bu Eti, anda dipanggil oleh kepala
sekolah.”, kata seorang atlit lari itu. segera Bu Eti pergi. Kamipun tertawa
kembali.
“Idemu keren juga, Ndiek.”, kata Ojan
puas.
“Tapi si idiot itu bikin rusak aja
rencana kita.”, kata Nico kesal.
(Karin dipukulin....!!!!) *suara
jangkrik*
“Tu anak harusnya dikunci di gudang
sekolah aja nih biar gak bocorin rencana yang kita buat dengan susah payah ini.”,
kata Bianca tiba-tiba setelah semuanya diam karena tidak setuju ide dari
penulis.
(Rese semuanya!)
“Diiaammm!!!!”, semuanya membentak si
penulis.
(Rere! Jangan si penulis tapi sang
penulis. Gini gini gue yang nulis cerita tentang elo, dan semuanya.)
Iya deh! Terserah kamu, SANG PENULIS
*suaranya seperti tidak iklas*
(Si penulis aja deh kalo ngomongnya
dengan iklas *sedih*)
“Sang penulis jangan sedih begitu. Mending
kita membahas untuk mengerjain Gading kembali.”, kata Isni menghibur Sang
Penulis *ngomongnya iklas*
(Setuju!)
“Setuju!”, teriak semuanya setuju. Semuanya
berkumpul di parkir sekolah dengan membahas apa yang akan kami lakukan untuk
mengerjain Gading yang sedang berulang tahun. Alasan kami di parkiran adalah
agar Gading bingung mmencari kami, hehe...
(Kok gak di kelas sih?)
Rata-rata kelas sudah dikunci sama Pak
Kirun, penulisku sayang.
“Gimana kalo kita ajak aja dia ke
rumahku?”, usul Andiek senang. Kami semua sangat setuju apalagi Andiek adalah
raja ngerjain orang.
Komentar
Posting Komentar