Langsung ke konten utama

Mision Part 2

Semuanya berubah, disaat mereka sampai di rumah Calvin. Ia merasa sangat menyesal karena apa yang ia buat sendiri. Ia membuat kekasihnya ketakutan setengah mati ditambah bahwa kekasihnya sekarang marah kepadanya. Tidak ada kata takut lagi kali ini. Melainkan kekesalan, emosi, dan penyesalan merajalela di dalam tubuh mereka. Kini, Calvin sedang memperbaiki hubungannya.
“Aku benar-benar minta maaf soal itu.” Kata Calvin meminta maaf.
“Kau ngomong memang enak,” kini Alicia melipat kedua tangannya, “kau menghancurkan jipku di depan mataku. Ya Tuhan… mengapa aku memiliki dia.”
“Aku akan—“
“Kau diam, Calvin!” Putus seorang wanita yang sekarang duduk di depan mereka berdua. “Kau benar-benar memalukan sekali.”
“Ma…”
“Diam kau sekarang!” Kini wanita itu menatap gadis di depannya. “Maafkan kami, Alicia. Aku sungguh menyesali hal ini.” Kata wanita itu lembut.
“Tidak apa-apa Mrs. Riicon, saya tahu ini bukan salah anda.” Balas Alicia lalu tersenyum.
“Kami akan mengganti semua kerugianmu setelah semua masalah telah selesai.” Kata Lisa lagi penuh penyesalan yang besar.
“Tidak perlu, Mrs. Riicon. Anda terlalu repot menangani masalah ini, tapi saya mohon tolong potongkan saja lengan kanan Calvin sudah cukup.” Jawab Alicia sambil melirik ganas ke Calvin yang tangannya sudah mulai menjalar merangkul kekasihnya.
“Akan kuberikan kepadamu.” Jawab Lisa.
“Ma!” Calvin merengek sambil menarik tangan kanannya.
“Kau itu memalukan tahu! Lihat apa yang kau perbuat hari ini. Kau mengecewakan rekan kerjamu. Mama sudah tidak mampu lagi mencari rekan kerja untukmu jikalau Alicia ingin keluar.” Kata Lisa kesal.
“Ma, dia tidak akan pergi semudah itu.”
“Apa maksudmu? Dia memiliki hak mengundurkan diri walaupun terdapat kontrak yang masih berlaku. Dia memiliki hak keluar karena ulahmu. Aku tidak masalah akan hal itu.”
“Tenang Mrs. Riicon. Saya akan keluar besok saja.” Kata Alicia memotong pertengkaran antara anak dan ibu
Lisa dan Calvin menjawab hampir bersamaan.
“Baiklah.” Kata Lisa tenang.
“Alicia, kau ingin meninggalkanku?” kata Calvin.
“Terima kasih Mrs. Riicon,” kata Alicia kepada Lisa, kemudian ia melirik Calvin, “maaf, tapi ini mengakhiri ini semua. Kau membuatku muak akan hal ini.” Jawabnya enteng.
“Maafkan aku kalau begitu.” Calvin merengek kepada Alicia.
Alicia menghela nafasnya perlahan dan ia menatap Lisa.
“Mrs. Riicon, boleh saya mengambil berkas-berkas it—“
“Tidak, Al!” Sela Calvin tidak setuju. “Oh, Al. Jangan seperti itu. Aku mohon…”
Suara memohon itu sedikit membuat hati Alicia luluh, karena memang ia tidak ingin kehilangan Calvin tapi kejadian ini membuatnya ingin menenangkan diri dengan sendirian. Kejadian tadi membuatnya takut dan lupa akan daratan. Hal yang ia permasalahkan adalah, bagaimana ia dapat melewati ini semua dengan baik—dengan membiasakan pandangannya menonton pembunuhan di depan kedua matanya sendiri. Dengan itu semua mungkin dapat menerima apa yang akan ia lihat sendiri.
“Mrs. Riicon.” Alicia mulai angkat bicara.
“Ya?”
“Anda tidak keberatan jika saya tunda pengunduran diri saya?” pintanya.
“Mengapa berubah pikiran?”
Setelah pertimbangan yang ia buat di dalam hatinya, akhirnya ia memutuskan untuk tetap. Dan siapa juga mau sendirian. Calvin hanya satu-satunya teman yang ada baginya.
“Saya mempertimbangkan tentang mental saya dan diri saya sendiri Mrs. Riicon. Saya memerlukan Calvin sekarang.” Jawabnya.
Calvin mulai memancarkan senyumannya
“Baiklah, jika kau mulai tidak betah akan hal ini, mintalah surat pengunduran diri dari Nicolas. Dan abaikan Calvin jika ia merengek memohon dirimu untuk tetap di sini.” Kata Lisa tegas.
“Tidak masalah.” Balas Alicia lalu tersenyum.
“Begitu dong, Sayang.” Kata Calvin senang sambil merangkul kekasihnya lagi.
Alicia melepaskan tangan Calvin dari rangkulan itu tapi ia langsung menyerah saja. Karena Calvin tetap tidak mau melepaskannya.
“Kalian berpacaran?” Tanya Lisa penasaran.
“Iya, Ma.” Jawab Calvin mendahului Alicia.
“Bagaimana bisa?”
“Ma, Calvin sangat mencintai Alicia. Apa itu salah?”
“Tidak—“
“Alicia menerima cintaku tanpa paksaan kok.”
“Itu benar, Alicia?” tanya Lisa sambil menatap kekasih anaknya.
Alicia menganggukan malu kepalanya dan ada rasa jengah. Ia tidak mau terlalu terbuka tentang masalah ini—tentang hubungannya. Siapa sih yang ingin menyebarkan bahwa ia sedang berpacaran dengan orang lain? Terlebih dirinya adalah seorang pendiam dan pemalu seperti itu. Tidak bakalan deh.
“Baiklah kalau begitu. Aku tidak melarang karena ini juga masanya Calvin untuk berpacaran, tapi apa boleh buat,” kata Lisa sambil lalu, “dan, Alicia. Kau istirahatlah dahulu di sini. Dan kau Calvin. Ikut Mama.”
Calvin langsung bangkit berdiri bersamaan dengan ibunya. Tapi ibunya langsung pergi sedangkan dia mencium kening kekasihnya terlebih dahulu.
“Thank’s,” katanya “istirahatlah, Al. Nanti bisa dibahas.” Terusnya lalu mengecup bibir kekasihnya sebentar lalu pergi.
Alicia melihat Calvin sampai ia menghilang dibalik pintu besar yang terbuat dari kayu jati tersebut. Kemudian ia bangkit berdiri dan ia juga ikut keluar ruangan besar itu. Tapi ia menuju ke tempat yang berbeda. Dimana tempat itu adalah tempat faforitnya di rumah Calvin yang besar ini. Dan langkahnya yang perlahan dan pasti itu mulai melewati setiap koridor dan tangga yang ada.
Tapi Nicolas menghampirinya dan dirinya meminta bantuan kepadanya karena ia sedang sangat sibuk. Ia akhirnya memutuskan untuk membantu Nicolas sebentar ke reservasi. Sesampainya disana, ia mendapati berkas-berkas yang menumpuk dan ia mengeluh karena ini bukan pekerjaannya. Ia tidak bekerja kantoran. Kemudian dengan berat hati ia membawa berkas-berkas yang bertumpuk itu ke ruang rapat. Ia tidak tahu bahwa Calvin berada di sana.
Sesampainya dirinya di ruangan rapat dan ia tidak melihat sosok memperhatikan dirinya dengan tatapan kesalnya. Setelah ia meletakan berkas itu di kepala meja, baru ia menyadari Calvin melototinya.
“Ada apa?” tanyanya kebingungan.
“Terima kasih Alicia. Bukannya kau istirahat hari ini?” kata Lisa yang duduk di samping Calvin.
Alicia langsung mengganti arah pandangannya. “Maaf, tapi Nicolas sangat sibuk jadi saya membantunya. Permisi.” Jawab Alicia kemudian pergi dari ruang rapat.
Disaat ia hendak membukakan pintu ruang rapat, tanpa sengaja pintu itu terbuka dan seorang wanita dengan seorang pria muncul di baliknya. Wanita itu bertubuh tegap dan sempurna, tatapannya ramah dan bersahabat. Selain itu, wanita itu memiliki paras yang hampir mirip dengan Alicia. Dan memang itu membuat Alicia terpaku melihat wanita itu.
“Maaf, Lisa aku terlambat.” Kata wanita itu sambil berjalan mendekat ke meja rapat mengabaikan Alicia yang berdiri. Seorang pria mengikutinya dari belakang wanita itu.
“It’s okey, Alice. Aku tahu kendalamu. Maaf merepotkan dirimu. Lagi pula rapatnya belum dimulai.” Jawab Lisa ramah.
“Jadi belum dimulai. Oh… aku terlalu tergesa-gesa hari ini.” Balas Alice ramah sambil duduk di hadapan sahabatnya. Kemudian ia menyuruh pria yang mengikutinya itu duduk di sampingnya.
“Sekali lagi maaf Alice.” Kata Lisa kembali.
“Tak masalah. Masalah ini memang masalah organisasi yang kurang pengawasan akan daerah ini.” Balas Alice lalu tersenyum.
“Terima kasih.” Kata Lisa senang.
Tiba-tiba Calvin bangkit berdiri dan membisikan kata-kata sebentar kepada ibunya. Kemudian ia berjalan menghampiri Alicia yang masih berdiri di depan pintu dengan wajah yang tidak yakin. Calvin mendorongnya hingga keluar dari ruangannya itu lalu menariknya.
“Calvin. Lepaskan!” kata Alicia.
Calvin melepaskannya. “Kau istirahat, Al. Tak baik kau harus bekerja terus.”
“Yang seharusnya beristirahat itu kau! Jangan pedulikan aku soal ini. Kau pedulikan dirimu sendiri.” Balas Alicia kesal.
“Okay. Tapi setelah rapat ini.” Jawab Calvin mengalah.
“Kau mengetahui siapa wanita yang baru saja tiba itu?” tiba-tiba Alicia bertanya.
“Dia Alice Bryant.”
“Namanya Alice?”
“Iya. Ada apa?”
Alicia menatapnya dengan mata yang mengembun. “Dia, ibuku.”
“Jangan bercanda, Al. Dia tidak memiliki seorang anak perempuan.” Kata Calvin.
“Aku tidak bercanda Calvin. Dia ibuku. Apakah aku harus berbohong soal ini? Tidak, bukan?”
“Apa kau yakin soal itu?”
“Dilihat dari wajahnya memang mirip, tapi aku ragu akan dirinya. Tapi setelah kau menyebutkan namanya, aku yakin bahwa itu dirinya.” Jawab Alicia mulai senang.
“Akan kucarikan cara agar kau bisa berbicara dengannya.” Usul Calvin.
Alicia tersenyum senang.
“Setelah rapat.” Terus Calvin.
Senyuman Alicia langsung memudar seketika.
“Tidak akan lama, kok. Satu jam akan selesai.”
Wajah Alicia masih masam.
“Aku janji!” Calvin mengacungkan dua jarinya tapi wajah kekasihnya masih masam. “Apapun itu…”
“Ajak aku ke rapat itu!” kata Alicia akhirnya dengan garangnya.
“Apa? Tidak, Al. Bukannya aku tidak mau tapi kau dilarang masuk ke dalam rapat khusus ini.” Kata Calvin.
“Mengapa?”
“Ini masalah tentang organisasi pusat. Kau sebaiknya istirahat dan nanti akan kukabari kalau aku sudah selesai. Setelah itu, kita ungkap ibumu.” Kata Calvin.
Alicia tersenyum tapi masam karena usulan ini tidak begitu ia sukai tapi, bagaimana lagi? Inilah jalan satu-satunya yang dengan terpaksa ia harus lalui dengan wajah yang masam.
“Kau istirahat, ya.” Kata Calvin kemudian.
“Iya. Aku akan tidur jika itu maumu.” Jawab Alicia dengan suara lemah.
“Kalau bisa kau makan juga. Aku khawatir kau kenapa-kenapa karena aku.”
“Baiklah…” jawab Alicia kesal karena Calvin sudah mulai untuk cerewet lagi.
“Iya. Aku ke ruang rapat dulu.” Kata Calvin lalu meninggalkan sebuah kecupan di kening Alicia. Dia harap Alicia tersenyum akan hal ini. Tapi tidak juga, karena Alicia masih bergalau sendirian.
Akhirnya Calvin menghilang setelah ia masuk ke dalam ruang rapat.
Kini perasaan Alicia antara senang dan sedih. Ia sebenarnya senang jika benar bahwa orang tuanya bekerja di tempat ini. Tapi ia merasa sedih karena harus menunggu rapat usai. Sebenarnya ia ingin masuk ke ruang rapat itu lagi dan melihat ibunya yang tadi sempat tidak melihatnya. Apa reaksi ibunya nanti? Apakah senang kalau ia bertemu dengan anaknya? Atau malah malu memiliki anak seperti dirinya? Pikiran negatif itu segera Alicia buang jauh-jauh agar tidak menyebabkan kegalauan yang berlanjut semakin parah. Sekarang sebaiknya ia istirahat dan bersantai sambil menunggu Calvin selesai dengan rapat itu dan ia akan dipertemukan dengan ibunya. Betapa senangnya dirinya sekarang. Kemudian, dengan senyuman yang kini sudah merekah, ia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat favoritnya di rumah Calvin.
Rumah Calvin yang besar mirip istana di daerah Eropa itu memiliki lima lantai dan satu lantai bawah tanah. Lantai pertama adalah lantai untuk para pekerja kantoran dan juga ada beberapa kamar milik para pegawai yang bekerja selama hidupnya di tempat itu. Selain itu, di lantai itu juga dimana ruangan kerja Alicia bersama dengan Calvin dan Nicolas. Ngomong-ngomong soal lelaki bernama Nicolas itu, dia adalah asisten pribadi Calvin yang selalu melayaninya.
Selanjutnya adalah lantai dua, isinya adalah sebuah café kecil buatan Denico—kakak laki-laki Calvin—yang menyukai sebuah café. Sebelumnya adalah sebuah aula besar yang sering kosong dan kadang dipakai untuk latihan Calvin bermain pedang. Tapi, Denico beranggap bahwa masih ada ruangan luas lainnya yang cukup untuk berlatih pedang. Selain itu, lantai dua itu juga terdapat sebuah rumah sakit kecil. Fungsinya adalah mirip rumah sakit pada umumnya tapi lebih khusus dalam urusan anggota organisasi dan juga korban-korban yang terbunuh dalam sebuah misi, selain itu juga para pegawai yang tiba-tiba saja sakit atau pinsan karena kelelahan.
Lantai tiga berisi ruangan-ruangan pribadi keluarga Riicon yang tidak pernah Alicia kunjungi. Setiap lift yang ada pasti jarang menemukan tombol lift lantai tiga karena memang tidak banyak orang bisa berada di lantai tiga kecuali para pegawi khusus untuk keluarga. Menurut cerita Calvin yang ia dengar, isinya juga mirip dengan sebuah hotel mewah dan tidak ada istimewanya.
Lalu, lantai empat adalah lantai dimana kamar Alicia berada. Disana berisi ruangan-ruangan kamar para agen yang berada di sana dan para pegawai lainnya sehingga lebih mirip seperti hotel. Ketimbang sebuah istana.
Lantai lima. Lantai itu berisi ruangan keamanan dan juga ruangan-ruangan penting lainnya.
Kemudian, lantai bawah tanah adalah sebuah aula besar keluarga Riicon yang memang khusus di buat disana. Selain itu disana juga adalah tempat dimana koleksi mobil-mobil sport milik Denico dan Calvin. Di lantai itu juga terdapat gudang persenjataan lengkap dan barang-barang para mata-mata yang ada.
Lalu, dimana tempat favorit Alicia? Sayangnya, diantara lantai-lantai itu tidak termasuk tempat favoritnya. Tempat favoritnya adalah berada di atas atap rumah itu. Di sana memang banyak sekali parabola-parabola besar yang menangkap dan memancarkan sinyal ke satelit. Tapi, masih ada tempat yang tidak begitu luas dan menyenangkan baginya. Karena di sana, ia bisa menikmati indahnya alam di dunia ini.
Dari atas, kau bisa melihat pemandangan hutan Kalimantan yang lebat dan padang rumput luas disekitar istana. Angin selalu bertiup dan menyegarkan ditambah dengan sinar matahari apalagi disaat matahari tenggelam atau terbit yang selalu memancarkan keindahannya. Hutan terasa sunyi dan juga menenangkan. Ini tempat yang cocok untuk dirinya yang menyukai ketenangan. Selain itu, tempat ini juga sangat cocok untuk dirinya melihat bintang-bintang di malam hari. Ia rasa bahwa ia semakin dekat dengan para bintang yang selalu menjadi temannya di malam hari.
Hari ini sudah sore dan cahaya matahari tidak terlihat karena awan mendung menutupinya. Walaupun kurang lengkap dengan sang surya, tapi bagi Alicia ini masih menyenangkan. Suasannya tetap sama—sunyi—yang menenangkan hatinya dari setiap masalah yang ada dan pasti ia temukan jalan keluarnya saat dia menyendiri di sini. Permasalahannya adalah sering berhubungan dengan Calvin. Misalnya absennya yang akhir-akhir ini sering membolos karena pekerjaannya. Ia menjalankan misinya yang terus berpindah tempat termasuk ia pernah sekali ke luar negeri di saat hari natal. Itu adalah pengalaman pertamanya melihat kristal salju.
Kini ia jalani hidup dengan pekerjaannya sekarang. Tantangannya begitu banyak dan salah satu contohnya adalah kejadian tadi. Dimana ia mengingkar janjinya kepada Calvin bahwa ia tidak akan takut kepadanya sampai kapanpun. Ia merasa bersalah setelah ia sudah merasa tenang dan sadar akan apa yang telah terjadi.
Kedua tangannya kini menggenggam hatinya dan berjanji bahwa ia tidak akan membuat Calvin terus merasakan bersalah karena dirinya sendiri takut dengannya. Calvin selalu mencoba berbagai cara agar dirinya tidak takut dengannya dan baginya adalah Calvin mencoba untuk menjalin hubungan lebih dengannya tanpa ada rasa takut di dalam hatinya karena Calvin sendiri. Semua perasaannya kini antara senang karena Calvin sangat peduli dengannya dan sedih karena ia mengingkar janji. Betapa bersalahnya ia melihat wajah Calvin yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan kehilangan dirinya. Semuanya itu tidak mudah dan ini semakin rumit. Perasaan ini, membuatnya memang pusing. Tapi, ia terus menggenggam hatinya untuk mengkokohkannya dan terus pada pendiriannya bahwa ia tidak akan takut dengan Calvin untuk ketiga kalinya lagi.
Tanpa sadar ia memikirkan kejadian yang baru saja ia alami, matahari sudah tenggelam dan hawa dingin menyerbunya. Ia bangkit berdiri setelah duduk sore ini di pinggiran atap. Lalu ia berjalan turun dari atap dan menunggu hal yang akan terjadi padanya. Ia akan bertemu dengan ibunya yang sangat ia rindukan itu. Tentunya ia tak lupa untuk menemui Calvin dahulu untuk membantunya. Ini bagaikan mimpi dimana ia bisa bertemu dengan ibunya sekarang. Karena sekitar setahun sekali, ia melihat dan merasakan kasih sayang ibunya.
Saat ia keluar dari lift di lantai satu, ia melihat Calvin sedang berbicara dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Wajah orang yang tegas dengan kumis tipis di atas bibir atasnya, rambut lurus berwarna hitam mirip dengan miliknya. Dengan cepat, dia berjalan mendekati dua laki-laki yang saling mengobrol itu. Setelah sekitar sepuluh langkah kemudian, ia berlari dan memeluk sosok pria itu.
“Papa!” katanya senang karena bertemu dengan ayahnya.
Laki-laki itu sempat terkejut, tapi karena mendengar suara dan mendapati pelukan dari putrinya, ia segera memeluk balik anaknya dan membelai rambut anaknya yang lurus dan panjang itu. Ia mengabaikan Calvin yang sedang berbicara.
“Hey, mengapa anak papa ini ada di sini?” tanya laki-laki itu.
“I miss you, Pa!” kata Alicia yang masih memedamkan wajahnya di dada ayahnya.
“I miss you too, Honey.” Balas laki-laki itu.
Calvin melihatnya langsung menutup bibirnya rapat-rapat dan tersenyum.
“Reuni keluarga, Mr. Bryant?” tanya Calvin ditengah-tengah acara pelukan.
“Ini putriku yang lama sekali tidak aku temui.” Jawab laki-laki itu.
Alicia melepaskan pelukannya tapi tidak mau mengambil jarak dari ayahnya.
“Sebelumnya saya minta maaf, ia sebagai rekan kerjaku disini, Mr. Bryant.”  Kata Calvin.
“Jadi kau gadis yang dibicarakan di rapat tadi?”
“Apa yang dibicarakan?” tanya Alicia tiba-tiba merasa penasaran.
“Masalah kebakaran hutan tadi. Kau melihatnya juga kan, Sayang? Kami membicarakanmu soal masalah ini dan tadi Calvin begitu antusias untuk mempertahankanmu sebagai rekannya.” Mr. Bryant melirik Calvin dengan tajam, “aku tak menyangaka bahwa yang dimaksud adalah putriku sendiri. Tapi, sebagai rekan kerja tidak seharusnya mengalami cinta lokasi seperti ini.” Terusnya sedikit mengkritik.
“Maaf, Mr. Bryant. Aku mencintainya.” Jawab Calvin seperti itu untuk ke sepuluh kalinya.
“Aku sudah mendengarnya tadi di rapat, Calvin.” Kara Mr. Bryant yang sudah merasa bosan mendengarnya.
“Papa,” panggil Alicia kepada ayahnya.
“Iya Sayang?”
“Papa tidak masalah jika Alicia sudah berpacaran?” tanya Alicia polos.
“Itu tergantung, Sayang. Papa harus tahu siapa itu. Dan ternyata papa mengetahuinya, papa membebaskanmu berhubungan dengannya. Tapi memang sebaiknya kau minta izin dengan ibumu. Siap-siap dengan reaksinya.” Jawab Mr. Bryant lalu tersenyum.
“Mana Mama?” tanya Alicia yang masih menggunakan nada monoton.
“Mama sedang bersama sahabatnya, Sayang. Ia sedang mengurus masalah tadi.”
“Apakah belum selesai? Bukannya rapatnya telah selesai?”
“Rapatnya memang telah selesai tapi pekerjaan masih berlanjut.” Jawab Mr. Bryant lembut sekali. Ia membelai rambut anaknya dan berkata, “kau bisa menemuinya jika kau mau. Ibumu pasti akan senang karena melihatmu.”
Dengan senang Alicia menganggukan kepalanya. Ia mengambil langkah sedikit mendekat ke Calvin dan menggandengan tangan kekasihnya.
“I love you, Pa.” katanya lalu menarik Calvin menuju ruang rapat.
“I love you too, Al.” balas Mr. Bryant yang ditinggal sendirian sekarang. Lalu ia berjalan menuju sebuah ruangan kerja di dekatnya.
Alicia dengan semangat masih menarik Calvin menuju ruang rapat. Wajahnya memerah karena hatinya sedang berbunga-bunga. Senyumannya tampak lebar di wajahnya yang merah.
“Kau senang sekali.” Kata Calvin.
“Tentu saja. Dia papaku, Calvin. Kami sudah tidak saling bertemu dalam satu tahun ini.” Balas Alicia masih polos.
“Sekarang kau polos sekali.” Kata Calvin sedikit menggoda.
“Siapa yang polos?” tanya Alicia garang dan kepolosannya lenyap seketika.
“Tadi kau saat bertemu dengan papamu.” Jawab Calvin.
“Aku tidak sepolos itu! Aku tak akan seperti itu kepadamu.” Kata Alicia yang mengerti apa maksud Calvin.
“Yang benar?” tanya Calvin masih menggoda.
Alicia melepaskan genggamannya dan ia berhenti berjalan. Ditatapnya Calvin dengan kesal. Ia terlihat sangat garang.
“Jangan mengada-ada, Calvin.” Katanya tidak senang.
“Iya deh, tapi kau jangan marah seperti sini.” Calvin menggodanya lagi.
Sedikit sebuah senyuman muncul di bibir Alicia.
“Begitu baru cantik.” Kata Calvin ikut tersenyum.
“Gombal!” ejek Alicia lalu ia berjalan menuju ruang rapat. Calvin mengikutinya di belakang.
Sampai di ruang rapat, mereka berdua hanya menemukan seorang wanita duduk di kepala meja rapat. Wanita itu adalah ibu Calvin yang sedang membaca berkas-berkas laporan yang ia terima. Melihat itu, Alicia tampak kecewa karena ibunya tidak berada di sana.
“Ma, dimana Mrs. Bryant?” tanya Calvin yang melihat ekspresi wajah kekasihnya.
Lisa menatap anaknya lalu melepaskan kacamatanya.
“Alice? Dia baru saja pergi. Katanya ia akan kembali besok. Memang ada apa, Calvin? Apakah ada hal penting?”
“Iya, Ma.” Jawab Calvin sambil berjalan mendekati ibunya. Dia membisikan kata-kata kepada ibunya di telinga ibunya. Lalu mereka berdua melihat Alicia yang berdiri di ambang pintu ruang rapat.
Kemudian,
“Alicia.” Panggil Lisa.
“Yes, Mrs. Riicon.” Alicia mendekat dengan wajah yang muram.
“Calvin menceritakan semuanya kepadaku. Kau yang sabar, ya. Ibumu akan kembali besok. Kau tahu ibumu sangat sibuk.”
“Aku tahu soal itu, Mrs. Riicon.” Jawab Alicia yang masih muram.
“Duduklah, dan akan kuberikan pekerjaan kepadamu.” Kata Lisa.
Alicia duduk di dekat Lisa dan wajahnya masih muram. Sementara itu, Calvin mengambil kursi lain dan duduk di samping Alicia.
“Jangan muram seperti itu, Alicia.” Kata Lisa lalu tersenyum.
“Hanya sedikit kecewa, Mrs. Riicon.” Jawab Alicia.
“Aku tahu perasaanmu, Sayang. Dan kini, aku ingin kau fokus soal ini.” Lisa memberikan beberapa gambar dan data-data. “Dua orang ini adalah guru di sekolahmu, Alicia. Dan yang ini, adalah seorang pelajar di sekolahmu juga. Aku ingin kau mencari informasi dari mereka tentang menyerbuang tempat ini. Menurut laporan adalah, mereka terlibat.” Kata Lisa sambil menunjukan data-data itu.
“Mr. Hendrick.” Kata Alicia menebak gambar yang tampak buram itu.
“Kau mengenalnya?” tanya Calvin yang langsung tanggap.
“Dia adalah wali kelasku,” jawab Alicia. “aku tak begitu yakin tapi ini mirip sekali dengannya.”
“Ma, mungkinkah aku membantu dalam misi ini?” tanya Calvin mengajukan diri.
“Kemungkinan adalah tidak dahulu. Ini tidak seperti yang kau bayangkan, Calvin.” Jawab Lisa.
“Ma, mereka tidak melihatku dan mereka tidak mengetahuiku.”
“Memang benar, tapi diantara mereka juga ada yang sudah melihatmu, bukan?”
“Aku sudah membun—“ Calvin tiba-tiba diam karena hampir keceplosan mengucapkan hal yang sebenarnya yang terjadi di pantai di malam hari waktu itu. Ia mengingat bahwa Alicia berada di sampingnya
“Tanya kakakmu, kalau begitu. Aku menyerahkan urusan itu kepadanya, dan aku hanya memberikan informasi kepada Alicia.” Kata Lisa menutupi kecanggungan Alicia. “Dan, Alicia. Kau boleh memulainya besok atau lusa. Seharusnya aku harus lebih hormat kepada putri dari ketua organisasi.” Terusnya.
“Apa maksudnya?” tanya Alicia ling-lung.
“Ayahmu adalah ketua organisasi, Al.” jawab Calvin menerangkan.
“Bagaimana bisa? kurasa jabatannya tidak setinggi itu.” Kata Alicia tidak percaya.
“Itu urusanmu untuk percaya atau tidak, Alicia.” Balas Lisa sebelum Calvin dapat membalas. “Kau bisa temui Denico sekarang untuk informasi lanjutnya. Dan jangan lupa katakan bahwa kau mengenal laki-laki ini.” Perintah Lisa kepada Alicia.
“Baik, Mrs. Riicon.” Kata Alicia sambil menerima berkas-berkas yang tidak banyak itu. Kemudian ia permisi untuk menuju ke ruangan Denico yang jaraknya cukup jauh dari rapat. Calvin mengikutinya tapi wajahnya tampak tidak senang.
“Biar kubawa.” Kata Calvin menawarkan diri untuk membantu Alicia.
“Kau carilah Nicolas untuk membantumu mendapatkan misi ini dan membantuku.” Balas Alicia yang tidak mau memberikan berkas yang ia bawa.
“Aku bisa urus itu sendiri. Lagi pula Denico tidak ada di sini.” Kata Calvin.
“Apa maksudmu?”
“Dia sudah pergi disaat kita berjalan menuju ruang rapat.” Jawab Calvin dengan nada tidak sukanya.
“Mengapa kau baru bicara?”
“Oleh sebab itu, aku bawakan berkas ini dan kita ke ruangan kerja kita. Kau boleh memaki-makiku di sana.” Kata Calvin masih dengan nada yang sama. Ia mengambil berkas-berkas yang dibawa Alicia dengan paksa. Lalu ia berjalan meninggalkan Alicia di belakangnya. Wajahnya masih menampakan bahwa ia tidak menyukai ini karena melibatkan seorang yang sangat ia benci.
Alicia mengikutinya dari belakang dan ia tidak melarang Calvin lagi untuk membawa berkas-berkas yang ia bawa tadi. Ia memberikan kebebasan Calvin untuk melakukan apa saja yang ia mau karena ia mengerti perasaan Calvin yang membenci kakaknya itu. Kedua saudara ini memang tidak saling akur dan bisa menyebabkan perang saudara di tempat ini jika mereka disatukan. Sejarahnya sangat panjang mengapa mereka dapat bermusuhan dan saling membenci seperti itu. Alicia mengetahui sejarah itu tapi Calvin tidak mengetahui kalau Alicia mengetahuinya serta Calvin tidak mengetahui hubungan Alicia dengan Denico yang bisa dibilang sangat dekat.

Untuk mengurangi rasa tidak senang Calvin, Alicia menyaingi langkah kaki Calvin yang lebar itu dan kini ia berjalan di sebelahnya. Wajah Calvin tertutup dengan rambut-rambutnya sehingga ia tidak tahu ekspresi Calvin sekarang. Namun, ia tahu apa yang harus ia perbuat. Ia genggam tangan Calvin dengan sangat erat setelah mereka sampai di ruangan kerja mereka. Lalu meletakan berkas di atas meja Nicolas dan meninggalkan ruangan itu. Alicia membawanya ke tempat favoritnya untuk menghibur Calvin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga ...

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie...

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza ...