Langsung ke konten utama

FADE "Happy Birthday Alicia"

I want to say Happy Birthday to two girls. First, Happy birthday for Alicia, wish Calvin always love you and happy ever after. second, to me... forget it :P alright, this is the story of Alicia's sweet seventeen. happy reading guys :D

Jam weker berbunyi sangat nyaring. Suara itu benar-benar keras dan nyaring. Selain itu, mungkin dapat membuat orang kesal karena mengganggu tidurnya, tapi bagi Alicia itu adalah tanda bahwa ia harus bangun sekarang. Ia menekan tombol pada jam weker agar berhenti berbunyi. Lalu ia bangun dan menggeliat. Ia ingin menikmati sinar matahari yang hangat sehingga ia berjalan menuju jendela kamarnya lalu membukanya. Tidak ada cahaya hangat dan terang yang masuk, melainkan cahaya redup lampu jalanan. Ia menengok ke arah jam wekernya. Jam dua belas lebih satu menit. Itu terlalu sangat pagi untuk dia bangun sekarang, tetapi ia menjadi ingat sesuatu. Ia menutup jendela lalu berjalan dan berdiri di depan cerminnya. Ia melihat bayangan wajahnya yang masih mengantuk di depan cermin dan tersenyum.
Happy birthday, Alicia. Wish you all the best and always lucky when you meet Calvin.”, katanya senang.
Sepuasnya menatap dirinya, ia berjalan keluar kamarnya. Saat ia memengang gagang pintu, suara gaduh terdengar dari arah luar, tidak lain adalah dapur. Alicia tercekat. Dengan hati-hati ia berlari membuka lemari dan mencari sesuatu yang dapat menjadi sebuah senjata walaupun ia memiliki pistol, ia tidak ingin menggunakannya karena akan terlalu berbahaya. Ia tidak menemukan apapun, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil pistolnya yang berada di laci meja belajarnya. Benda hitam dan berat membuat bahw pistol itu bukanlah pistol mainan yang sering dimainkan oleh anak kecil. Alicia berjalan perlahan dan membuka pintu kamarnya perlahan pula. Ia tidak ingin mengejutkan si pencuri tiba-tiba dengan membuka pintu kamarnya dan langkahnya. Pintu terbuka dan gelap. Alicia berjalan perlahan menuju saklar lampu dan dengan tiba-tiba ia menghidupkan lampu sambil menodongkan pistol kemana-mana. Tidak ada seorang pun disana tapi pintu belakang terbuka sedikit. Alicia berjalan perlahan dan mempersiapkan pistol itu di tangannya. Ia memegang gagangnya lalu segera menutup rapat dan menguncinya. Itu membuatnya lebih tenang. Ia kembali mengecek isi rumah yang berisi ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan dua ruang kamar. Tidak ada siapapun di semua sudut ruangan. Alicia merasa lega lalu ia mengembalikan pistol itu ketempat semula. Ia berlari menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci mukanya. Selesai dengan itu, ia meneguk segelas air karena dia memang benar-benar haus. Ia meletakan gelas di atas meja lalu membuka lemari dinginnya dan mengambil kue tart kecil yang berada di dalamnya. Ia memungutnya dan ia lihat-lihat dengan memutar-mutarnya secara horisontal. Itulah adatnya yang ia ciptakan sendiri setiap ia berulang tahun, bangun pagi-pagi lalu mengucapkan selamat ulang tahun kepada dirinya sendiri di depan cermin kemudian ia mengambil kue tart mungil yang ia beli di toko roti di hari sebelumnya. Ia bangkit berdiri dan menutup pintu dengan kakinya. Meletakan diatas konkret lalu mengambil gelasnya tadi dan ia isi dengan air putih. Ia membuka lemari dan mengambil lilin mungil di sebuah box kecil, memungutnya satu yang berwarna putih. Ia memilih putih karena ia berharap lebih beruntung dari tahun sebelumnya apalagi saat bertemu Calvin. Dengan senang ia meletakan lilin itu di atas kue tart itu dan menyalakannya sendiri. Sebelum meniup lilinya, ia berdoa dan di dalam doa membuatnya canggung karena dia benar-benar sendirian. Ia ingin ulang tahunnya ini ditemani seseorang walaupun itu hanya satu kali ini saja. Wajahnya yang semula gembira dan penuh ceria tiba-tiba turun drastis karena ia menyadari betapa sendirian dirinya itu. Ia berlari mengambil tabletnya dan menelpon seseorang untuk datang ke rumahnya waktu itu juga. Tidak diangkat. Ia mencoba dan mencoba lagi tapi tetap saja tidak ada jawaban. Ia mematikan lilin yang sudah setengah dengan jari-jarinya yang lentik lalu mencabut lilin itu dari kue tartnya dan ia buang. Ia meletakan kembali kue tartnya itu ke dalam lemari pendingin agar bertahan hingga nanti malam, setidaknya nanti ia akan mengajaknya untuk makan malam di rumahnya. Ia meneguk segelas air putih itu lagi lalu berlari mematikan lampu dan kembali ke kamarnya. Ia kembali tidur, karena udara sangat dingin membuatnya sedikit membeku di luar.
Pagi hari yang dingin membuat Alicia sedikit malas untuk mandi karena airnya sangat dingin. Ia terpaksa merebus air karena showernya tiba-tiba mati dan tidak berfungsi. Lain kali ia akan memanggil tukang ledeng untuk memperbaikinya. Menunggu cukup lama, ia mengutak-atik tabletnya menelpon seseorang dan masih saja tidak ada jawaban. Apakah masih tidur? Jam segini?, pertanyaan itu melayang di otaknya.
Suara cerek berbunyi nyaring yang menandakan airnya sudah panas. Alicia mengambilnya lalu ia tuangkan ke dalam bathtub yang sudah diisi air dingin setinggi mata kakinya. Uap panas membuatnya merasa lebih hangat dari sebelumnya. Ia mengembalikan cerek ke atas kompor lalu ia berlari menuju kamar mandi. Membuka seluruh pakaiannya dan melompat ke dalam bathtub walaupun airnya sedikit. Ia ingin menurunkan suhu di tubuhnya.
Selesai dengan mandi, Alicia bergegas memakai seragam sekolahnya dan menyiapkan hati dan pikiran karena sesampainya di sekolah pasti ia akan dihadang guru konselingnya karena selama dua hari ia tidak masuk tanpa ada kabar, ia harap Calvin sudah mengatur itu semuanya. Jika ia dihadang oleh gurunya terjadi, ia pasti akan menyebut ulang tahunnya pada tahun ini adalah yang paling tersial. Ia memakai sepatu hitamnya lalu meminum teh hangat yang ia buat dahulu. Selesai dengan itu, ia mencuci cangkir kotor itu dan cerek yang ia gunakan untuk merebus air. Semua pekerjaan rumah sudah beres dan waktunya untuk pergi sekolah. Alicia tersenyum membuka pintu rumahnya. Udara segar layak di pegunungan menguasai penciumannya. Ia menarik udara segar sekuatnya lalu ia lepaskan dengan leganya. Seandainya udara seperti ini yang ia hirup selalu. Hingga puas ia menghirup panjang udara segar itu, ia menutup pintu dan menguncinya. Ia berlari menuju sekolahnya yang jaraknya hanya lima ratus meter.
Sesampainya di gerbang sekolah, cuaca masih terlihat mendukung apalagi situasi juga mendukung. Alicia bisa berjalan tenang dan santai menuju kelasnya tanpa ada gangguan. Sesampainya di kelasnya, ia masih berjalan santai. Membuka pintu kelas yang sudah tertutup, ia sedikit bingung mengapa pintu tertutup dan mendapati seorang guru telah berdiri di depan kelas menatapnya dengan tatapan datar. Alicia terkejut melihat guru muda itu. Saat ia hendak memanggil namanya, guru itu mendahuluinya.
“Lari dua puluh keliling lapangan, anda terlambat dua puluh menit dipelajaran saya. Dan yang lain, berganti pakaian dan menuju kolam renang karena cuaca sedang bersahabat.”, kata guru muda itu sedikit ramah lalu berjalan pergi dari kelas.
Alicia terbengong melihat guru itu lalu ia mengikuti teman-temannya yang berganti pakaian tetapi ia menyadari bahwa ia sedang datang bulan. Ia membatalkannya dan berlari menuju kolam renang, ia ingin menemui guru baru itu.
“Mengapa kau tidak berganti pakaian?”, tanya guru muda itu.
“Aka sedang halangan. Dan mengapa kau menjadi guru olah ragaku? Menyebalkan sekali bertemu denganmu di sini.”, balas Alicia.
“Jangan sok akrab denganku di sini, ingat kita dalam misi. Biasakan dirimu tidak mengenal baik aku dan larilah dua puluh kali keliling kolam. Aku ingin menonton hiburan.”, kata guru itu ketus.
“Apa kau membuatku menjadi tontonanmu di pagi hari, jangan bercanda.”
“Lari! Atau kau selesai dalam misi ini.”
Alicia langsung berlari setelah mendengar ancaman dari guru muda itu. Ia berlari pelan-pelan seperti joging, ia sudah lama tidak lari-lari seperti ini. Belum ada setengahnya, teman-temannya sudah berada di kolam renang. Guru muda itu menyuruh semuanya untuk melakukan pemanasan sendiri-sendiri lalu bermain air. Diawal semester ini siapa yang ingin belajar dengan seriusnya, karena masa liburan masih terasa. Alicia meneruskan larinya dan melirik ke arah guru muda itu yang berjalan mendekat ke seorang murid laki-laki berkaca mata bulat karena ia tidak berganti baju. Alicia menguping pembicaraan mereka saat berlari mendekati mereka. Ia tahu ini kegiatan yang buruk tapi apa boleh buat, kepada guru itu saja.
Saat Alicia hampir mendekati guru itu, guru itu bangkit berdiri dan menatapnya. Alicia mulai berlari dengan serius. Lalu guru itu menjauh dari murid itu yang dikenal Alicia bernama Vincent. Guru muda itu kembali ketempat semulanya, duduk santai pada tempat duduk yang telah disediakan untuk mengawasi para murid.
Akhirnya Alicia selesai dengan larinya lalu ia melapor.
“Aku sudah selesai, sir.”
“Bagus.”, kata guru itu lalu berdiri. Ia menatap Alicia lekat-lekat lalu mengambi kalung Alicia di lehernya dan membuangnya ke dalam kolam yang dalam.
“Apa yang kau lakulak, Denico?!”, kata Alicia terkejut.
“Jika kau ingin mengambilnya, kau bisa menyuruh orang itu untuk mengambilnya. Jika tidak mau, kau bisa mendorongnya ke dalam agar dia mau basah-basahan di air.”, kata guru itu berbisik di telinganya.
Alicia kesal dan tidak mendengar saran sesat dari gurunya. Ia mencari sekitar kolam renang dan tidak menemukan kalungnya. Ia terus mencari dengan bingung hingga berdiri kebingungan di dekat dimana Vincent duduk.
“Ada apa Alicia?”, tanyanya.
“Kalungku jatuh.”, jawabnya datar.
Vincent bangkit berdiri dan mencoba membantu Alicia di pinggir kolam. Mereka mencari bersama dan posisi mereka bersebelahan. Calvin tiba di kolam renang dan melihat mereka berdua. Ia langsung cemberut melihat mereka. Ia berjalan perlahan dan mendorong Vincent hingga tercebur ke dalam kolam, sedangkan Vincent memegang tangan Alicia sehingga mereka berdua tercebur ke dalam kolam. Di sisi lain, Denico melihat adegan itu ingin tertawa.
“Akhirnya kau menyebur, sahabatku.”, katanya pelan.
Kacamata Vincent terjatuh ke dasar kolam. Ia berenang ke dalam dan mengambilnya tapi ia melihat sesuatu yang berkilau. Ia memungutnya lalu keluar ke permukaan. Mengembalikan kecamatanya di atas hidungnya tapi ia tidak melihat Alicia. Ia mencari-cari Alicia tapi tidak ketemu. Ia memanggil guru olah raga bahwa ia tidak menemukan Alicia. Tapi hanya dibalas tertawaan oleh guru itu.
“Dia sudah berada di atas Vincent. Ia sudah berlari entah kemana, kau pasti sudah melihat bekas tamparan di wajah orang yang mendorongmu tadi, bukan?”, kata guru itu yang sudah mendekat kepadanya.
“Kau harus tanggung jawab. Aku tahu ini pasti rencanamu.”, kata Vincent datar.
“Okey, bro.”, balas Denico sambil mengulurkan tangannya dan Vincent meraihnya.
Denico langsung menutupi Vincent dengan jaketnya dan menyuruhnya untuk bergegas berganti baju olah raga. Semua murid yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi mulai terjawab karena Denico menceritakan kepada mereka, tapi tetap saja Denico menipu mereka semua. Denico tersenyum karena rencananya berhasil.
Pelajaran berganti. Hanya Alicia dan Vincent yang mengenakan pakaian olah raga. Alicia kesal kepada orang di sebelahnya. Mengapa dia harus berada di sampingnya, itu semakin membuatnya semakin memanas.
Bel pulang berbunyi, Alicia tetap di dalam kelas sedangkan semuanya berlari keluar kelas untuk pulang. Vincent berhenti di depan mejanya dan meminta maaf karena menariknya hingga jatuh ke dalam kolam dan memberikan sebuah kalung kepada Alicia. Alicia berterima kasih kepada Vincent dan dia berjalan pulang. Alicia melirik ke arah laki-laki yang duduk di sampingnya, dia menundukan kepalanya.
“Mengapa kau tidak dewasa-dewasa, Calvin?”, tanya Alicia kesal.
“Aku cemburu.”
“Sudah ku bilang, kami mencari kalungku yang di lempar oleh kakak sialanmu itu. Ya Tuhan mengapa aku sial sekali. Mulai showerku mati, jam di rumahku kurang dari tiga puluh menit dari semua, tercebur di dalam kolam disaat yang tidak tepat. Apa yang akan terjadi kepadaku nanti? Apakah aku akan tertabrak mobil dan mati.”
Alicia mulai kesal dengan semuanya apalagi dengan Calvin.
“Alicia, aku minta maaf atas kejadian tadi. Aku benar-benar cemburu. Bisakah kau...”
“Tidak, dan ku bilang sekali lagi tidak!”, jawab Alicia kesal lalu menggendong tasnya.
Gedebuk... suara buku-buku Alicia terjatuh dari tasnya yang ia gendong termasuk tabletnya. Alicia terkejut dan mengambil semua barang-barangnya yang terjatuh lalu ia letakan di atas meja. Ia mengecek tas gendongnya yang sudah robek di bawahnya. Ia semakin kesal untuk hari ini. Calvin membantunya mengambili buku-buku dan menawarkan untuk mengantarkannya. Alicia hanya tersenyum pahit dan menerima tumpangan Calvin.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba mobil Calvin mogok. Calvin meminta Alicia untuk mendorongnya sampai mesinnya dapat menyala kembali. Dengan berat hati Alicia melakukannya. Alicia mendorong dengan sekuat tenaga dan tiba-tiba mobil melaju sangat kecang dan meninggalkan dirinya sendirian di tengah jalan. Ia kesal dan sangat lelah, apalagi cowok itu tidak ingat ulang tahunnya hari ini. Ia berjalan tertatih menuju rumahnya. Tingga jarak tidak ada lima puluh meter lagi, seseorang memanggilnya.
“Maaf Alicia. Tadi aku mencarimu tapi kau menghilang.”, katanya meminta maaf.
“Kau keterlaluan jadi cowok. Kau ingin aku mati, huh? Kau sangat kejam.”, kata Alicia marah kepada Calvin.
“Ayo naik, ku antar kau pulang.”, tawar Calvin.
“Tidak terima kasih, bawakan saja buku-bukuku.”, jawab Alicia ketus.
Alicia berjalan perlahan yang diikuti Calvin dengan mobilnya berjalan perlahan. Mereka sampai di depan rumah. Alicia berterima kasih dan mencoba untuk mengundang Calvin untuk makan malam di rumahnya tapi Calvin menolaknya dengan mentah-mentah. Alicia menjadi murung, Calvin mencium keningnya lalu pergi. Setidaknya Alicia memerlukan teman di rumah mungilnya tapi Calvin tidak bisa dan menolaknya mentah-mentah. Ini membuatnya ingin menangis karena sakit hati.
Alicia meletakan buku-bukunya diatas meja belajarnya lalu berganti pakaian. Ia meletakan seragam basahnya ke mesin cuci dan mengeringkannya. Ia menjemur seragamnya itu di dapur, takut nanti sore hujan. Ia mulai makan siang dengan makanan instan karena di sekolah ia tidak sempat makan. Tidak enak sendirian, gumamnya. Selesai makan siang, ia mulai tidur siang. Berharap sesuatu yang indah terjadi.
Jam tujuh malam, Alicia terbangun dan menyadari hari sudah gelap. Ia berlari menutupi korden dan memasak untuk makan malam. Sialnya, gasnya habis dan ia terpaksa harus beli dahulu. Tapi sebelumnya ia mandi terlebih dahulu. Ia mencari dompetnya tapi ia tidak menemukannya. Ia mencari-cari keliling rumah tapi ia tetap tidak menemukannya. Ia menepuk keningnya karena betapa sialnya hari ini. Seharusnya ini menjadi hal yang spesial dan indah baginya tapi berubah menjadi hal yang ia benci. Ia duduk di ruang tamu melamun akan nasib sialnya hari ini dengan perutnya melilit kelaparan.
Suara bel berbunyi. Ia berjalan tertatih membukanya dan Calvin dibaliknya sedang tersenyum kepadanya. Tadi katanya tidak dapat, Alicia kebingungan.
“Bisakah aku masuk?”, tanya Calvin.
Alicia mempersilahkannya dan ingin membuatkan minuman dingin kepada Calvin yang minta soda. Alicia duduk di depan Calvin dengan wajah sedih tidak karu-karuan. Calvin bertanya kepadanya.
“Ada apa, Alicia?”
“Tidak ada apa-apa.”, jawab Alicia datar.
“Sudah cukup sial untuk hari ini?”, tanya Calvin lalu tersenyum.
Alicia tersadar. Ia mengambil bantal di atas sofanya dan memukul-mukulkan ke Calvin yang sudah minta maaf kepadanya. Tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.
Happy birthday, Alicia. I love you.”, katanya lalu tersenyum.
Alicia tersenyum masam dan memukul Calvin lagi.
“Kau jahat, kau kejam.”, katanya kesal.
“Aku minta maaf, okey. Setidaknya aku bisa duduk di sini menemani malam ulang tahunmu.”
Alicia berhenti memukuli Calvin. Ia memeluknya dengan sangat erat.
“Terima kasih.”, katanya, air matanya hampir tumpah.
“Aku juga minta maaf ya. Aku sengaja melakukan ini semua.”
Alicia melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya yang telah tumpah. Ia ingin tertawa karena betapa sialnya hari ini karena laki-laki itu telah mengerjainya. Calvin merangkul Alicia dan bersandar pada pundaknya. Calvin menceritakan bahwa ia datang malam-malam untuk merusak shower Alicia, mengganti jam dinding dan wekernya, merusak tasnya, sengaja meninggalkannya, lalu mengambil dompet Alicia disaat ia tidur serta mengganti gas yang sudah habis. Tapi, kejadian di kolam renang ia memang secara reflek melakukannya karena ia memang benar-benar cemburu. Alicia tertawa tapi juga malu. Ia memukuli Calvin kembali dan memeluknya lagi. Pelukan mereka berakhir dan Calvin memberikan sebuah kotak kecil yang berhias pita.
“Ini anggap saja mengganti kalungmu yang di rusak Denico.”, kata Calvin.
Alicia menerimanya dan mengucapkan terima kasih, Calvin menyuruhnya untuk membukanya. Dengan semangat ia membukanya, dan menemukan sebuah kalung yang cantik dengan bandul berbentuk salib yang berkilau. Di tengah salib itu terdapat sebuah permata yang berkilau dan setiap ujung salib itu membentuk pola mahkota. Betapa senangnya ia mendapatkan itu.
“Terima kasih banyak Calvin. I love you.”, kata Alicia senang.
“Dan sisanya di mobil. Akan ku ambilkan.”, kata Calvin sambil bangkit berdiri dan berlari mengambil sisanya di dalam mobil.
“Kotak besar adalah dari mamamu yang menitipkan kepadaku, dan katanya happy birthday. Ini dari mamaku dan ini dariku.”, kata Calvin sambil meletakan kotak-kotak kado di atas meja ruang tamu.
Alicia tidak percaya akan ini semua.
“Kau memberiku dua hadiah?”, tanya Alicia.
“Sebelumnya aku ingin memberikan ini kepadamu, tapi karena aku melakukan hal bodoh tadi sekolah, aku memberikanmu itu sebagai ucapan maafku pula.”, jawab Calvin.
Alicia mengambil box paling besar dan membukanya. Itu dari mamanya. Terdapat beberapa dress cantik di dalamnya serta beberapa barang-barang cewek serta sebuah hendphone fullscreen dengan boxnya, terdapat pula pesan kecil di dalamnya.
Dear Alicia
Happy birthday sayang, maaf mama tidak dapat menemani ulang tahunmu kali ini. Mama hanya dapat memberikan ini semua. Aku harap kau senang dengan ini. Handphonenya bisa langsung diaktifkan, Calvin sudah mengaktifkan nomor dan mengisi semua aplikasi yang akan kau butuhkan.
Love,
Mama
Alicia tersenyum. Ia membuka kotak yang lain, itu adalah dari mamanya Calvin. Isinya adalah dua pasang sepatu cantik yang bisa ia gunakan ke sekolah dan berjalan-jalan jika ia ingin berkencan dengan Calvin. Sekali lagi ia tersenyum, menatap Calvin, matanya berbinar-binar. Calvin menyuruh Alicia untuk membuka box lain yang lebih besar dari kado mamanya. Alicia membukanya dan menemukan sebuah boneka teddy yang besar berbulu coklat dan lembut. Alicia sangat menyukainya. Lalu ia merogoh ke dalam box karena melihat sesuatu. Ia mendapatkan sebuah tas sekolah yang cantik, ia pernah menginginkan tas itu untuk ke sekolah tetapi harganya terlalu mahal untuk ia beli, bisa-bisa menghabiskan uang sakunya selama sebulan walaupun ia digaji karena bekerja tapi ia ingin menyimpan uang itu untuk hal yang lebih penting. Ia mengucapkan terima kasih kepada Calvin karena telah memberikan tiga buah kado sekaligus.
“Aku hanya mengganti tasmu yang kurusak itu, aku benar-benar minta maaf. Dan boneka itu, untuk menemanimu disaat kau benar-benar kesepian.”
Alicia tersenyum, ia melompat ke pangkuan Calvin. Memeluknya dengan sangat kuat dan mengucapkan terima kasih beberapa kali. Ia tidak dapat menahan air matanya karena teharu. Ia mencium Calvin dan mengucapkan terima kasih kembali. Ini adalah sweet seventeen yang menyenangkan baginya. Dan ini adalah ulang tahun yang paling menyenangkan baginya.
Alicia teringat dengan kue tart yang ia simpan. Ia tersenyum kepada Calvin dan berlari mengambil kue tartnya dan juga dua bauh lilin yang berwarna putih. Ia meletakannya di atas telapak tangannya dan duduk di samping Calvin. Alicia mengucapkan doa sebelum meniup lilin. Ia meminta Calvin juga untuk meniupnya. Mereka meniup itu bersama. Selesai dengan itu, Alicia mengambil  garpu untuk memakan kue itu, ia berbagi kepada Calvin. Mereka memakan kue itu bersama dan saling suap. Alicia tersenyum sekali lagi, malam ini ia tidak dapat berhenti tersenyum karena begitu senangnya.
“Aku yakin kau belum makan. Aku sudah memesan pizza untuk kita berdua.”, kata Calvin.
“Benarkan?”, kata Alicia senang.
“Iya. Kita makan pizza sambil bermain dengan handphone barumu. Setidaknya itu tidak rumit daripada menggunakan tabletmu itu. Aku yakin itu rusak, sekali lagi aku minta maaf.”
Alicia menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa. Tabletku baik-baik saja, dia sedang beristirahat. Sekarang ia tidak sendirian sepertiku.”, kata Alicia lalu tersenyum.
Mereka berciuman lagi.
“Kau ingin memulainya sekarang?”, tanya Calvin.
“Boleh.”, jawab Alicia lalu mengambil ponse barunya. Mereka mengotak-atik bersama.
Keasikan mereka membuat mereka tidak sadar bahwa tukang pengantar pizza datang. Mereka memakan bersama pizza tersebut sambil bermain dengan ponsel baru Alicia. Selain itu, Alicia juga mencoba semua dress yang diberikan oleh ibunya dan Calvin yang menilai, tidak lupa dengan sepatu barunya.

Hari ulang tahunnya benar-benar menyenangkan. Ia sangat bersyukur dapat merasakan hal ini. Walaupun kesialannya sempat ingin mengutuk hari ulang tahunnya, tapi kehadiran Calvin membuatnya membalik dan menjadi lebih baik. Alicia merasa doanya terkabul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menonton Urutan Danganronpa Anime Series dengan Benar

Halo minna-san tachi… Di sini aku mau bahas anime yang aku tonton baru-baru ini. Sebenarnya memang sudah lama keluar tapi aku mengurungkan niat tidak menonton karena awal dari animenya membingungkan. Tapi, saat menontonnya lagi dengan cara yang benar, akhirnya aku paham alur ceritanya dan menarik perhatianku. Danganronpa 2 the animation, yang diambil dari serial game dan light novel, adalah anime keluaran tahun sekitar 2014. Itu adalah anime season 1 yang entah bagaimana ditulis 2. Aku ingat pertama kali menonton anime ini saat aku masih SMA dan aku langsung suka dengan animenya karena menurutku konflik yang diberikan cukup unik dan menantang. Bagaimana tidak? Kau terkurung di sebuah sekolah dan disuruh untuk membunuh teman-temanmu agar kau bisa lulus? Otak dalang ini emang gila bagi yang merasa kalian normal, namun di sinilah sisi menariknya. Anime ini memberikan kesan misteri yang perlu dipecahkan secara perlahan-lahan. Tidak hanya kasus pembunuhan yang terjadi, namun juga ...

Terkesan dengan Kata-kata

Yosh... aku mulai sekarang... (pembaca bingung?) well, akhir-akhir ini aku lebih sering nonton film, ngetik, baca, ngetik, dengerin musik sambil ngetik, dan yang paling parah adalah aku selalu ngimpiin hal yang aneh saat aku tidur. tapi apa manfaatnya? jawabnya adalah BANYAK! semuanya jika dikumpulkan jadi satu, um... jadi sebuah cerita yang indah dan tidak pernah ada.... semuanya itu sungguh luar biasa. aku selalu mendapatkan inspirasi dari satu kalimat atau lebih yang terdiri dari kata-kata yang indah. biasanya hal yang berbau romantis atau hal yang tidak pernah kudengar sebelumnya. contoh  : "Aku tahu kamu sudah memiliki seorang pangeran, tapi apakah kamu tidak memerlukan seorang kesatria?" -kutipan dari novel Vampire Diaries The Return: Midnight, Damon Salvatore to Elena Gilbert- katanya sih, dia ngomong gitu karena kisah tentang seorang ratu yang egois mencintai dua orang sekaligus, yaitu rajanya dan kesatrianya. bisa diartikan (jika kalian tahu cerita Vampire Diarie...

Daftar Pemenang Festival Film Bandung

Kategori Film Terpuji 1. TANAH SURGA KATANYA 2. HABIBIE & AINUN 3. GENDING SRIWIJAYA 4. 9 SUMMERS 10 AUTUMS 5. 5 CM   ( Winner ) Kategori Pemeran Utama Pria Terpuji 1. Vino G. Bastian dalam MADRE 2. Agus Kuncoro dalam GENDING SRIWIJAYA 3.  Reza Rahadian  dalam HABIBIE & AINUN   ( Winner ) 4. Tio Pakusadewo dalam RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA 5. Adipati Dolken dalam SANG MARTIR Kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji 1.  Julia Perez  dalam GENDING SRIWIJAYA  ( Winner ) 2.  Bunga Citra Lestari  dalam HABIBIE & AINUN 3. Lana Nitibaskara dalam AMBILKAN BULAN 4.  Acha Septriasa  dalam TEST PACK  ( Winner ) 5. Laura Basuki dalam MADRE 6. Agni Prastistha dalam CINTA TAPI BEDA Kategori Pemeran Pembantu Pria Terpuji 1. Igor Saykoji dalam 5CM 2. Fuad Idris dalam TANAH SURGA KATANYA 3. Alex Komang dalam  9 SUMMERS 10 AUTUMNS  ( Winner ) 4. Mathias Muchus dalam GENDING SRIWIJAYA 5.  Reza ...