suasana gelap ia dapati. ia tidak
mengetahui dimana dirinya sekarang. gelap dan tidak ada seorangpun di sana. ia
hanya sendirian di tempat gelap itu. kesepian yang ia rasakan sekarang. ia
tidak menyukai itu, ia sangat membenci itu. hatinya terasa ingin menangis
disaat suasana seperti itu. ia mencoba untuk berteriak sekuat tenaganya, tapi
suara itu bergema dan kembali terdengar di pendengarannya. tubuhnya yang mungil
mulai bangkit dan berlari mencari sebuah cahaya yang tidak ia lihat. sekecil
apapun itu, ia tetap mencarinya.
keputus asaannya muncul di
hatinya. sudah terlalu lama ia berlari dan ia lelah. nafasnya terengah-engah
dan ia tidak menemukan setitikpun cahaya. ia kebingungan. tidak ada orang yang
akan dimintai tolong. ia mulai memandangi sekitarnya yang sama sekali tidak
berubah. air matanya menetes perlahan dari kedua matanya dan ia mulai menangis.
ia berjongkok dan memeluk dirinya sendiri sambil menangis karena tidak ada
orang di tempat itu. gelap, sendiri, dan sunyi.
"Kau tidak sendirian."
kata-kata itu terdengar di kedua
telinganya. ia menegakan kepalanya dan mencari suara itu. ia mendapat seorang
anak laki-laki yang berdiri membukuk di depannya sambil mengulurkan tangan
kanannya dan tersenyum kepadanya. ia dapat melihat anak itu dengan jelas karena
sebuah cahaya bersinar di belakang tubuhnya. ia berhenti menangis dan mengusap
air matanya hingga kering dan melihat anak itu lagi yang masih tersenyum
kepadanya.
"Percayalah kepadaku, kau
tidak sendirian."
anak laki-laki itu membuka
bibirnya lagi dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya sedikit yakin. ia
mencoba meraih sebuah tangan yang telah diulurkan untuk dirinya. walaupun
sedikit ragu-ragu, ia ingin percaya dengan anak laki-laki itu. anak laki-laki
itu menggenggam erat tangannya yang telah menyentuh telapak tangan anak itu
lalu anak itu menariknya hingga ia bangkit berdiri sekarang. kemudian, anak itu
menariknya berlari menuju sebuah cahaya yang terang yang bersinar di
belakangnya itu. menembus cahaya itu dan apakah kebahagiaan akan muncul?
jantungnya berdetak dengan kencang dan tidak beraturan.
sebuah ruangan penuh dengan
cahaya yang sangat terang dan menyilaukan matanya. ia melebarkan telapak
tangannya untuk menutupi matanya dari silauan sinar yang benar-benar terang
itu. anehnya, telapak tangannya bertambah lebar dan setiap jari-jarinya
bertambah panjang. ia kebingungan melihat tangannya sendiri yang juga bertambah
panjang pula. lalu ia melihat sekujur tubuhnya yang mengenakan baju terusan
hingga menutupi lututnya yang berwarna putih bersih seputih ruangan itu
sekarang. tubuhnya bertambah tinggi. ia semakin tidak mengerti dengan ini
semua. apakah ini dirinya? ia selalu mempertanyakan itu kepada dirinya sendiri.
ia berharap terdapat cermin di ruangan ini sehingga ia dapat melihat dirinya
sekarang ini. apakah ini masa depannya? itu masih pertanyaan di benaknya. asik
dengan kebingungannya, ia lupa akan seorang anak laki-laki yang telah
membawanya kemari. ia memandangi sekitar dan mencoba mencari anak itu dalam
pandangannya. tetapi yang hanya ia temukan adalah sosok laki-laki berdiri di
depannya. tubuhnya lebih tinggi darinya dan berpakaian serba putih. laki-laki
itu tersenyum kepadanya dan membuatnya yakin bahwa laki-laki itu adalah seorang
anak kecil yang baru saja membawanya ketempat itu. ia membalas laki-laki itu
dengan senyuman lembut miliknya. dia benar-benar manis. lagi-lagi, laki-laki
itu mengulurkan tangan kanannya kepadanya sambil tersenyum. dengan senang, ia
meraih tangan itu tetapi terasa tangan itu semakin menjauh. bukan hanya tangan
itu, melainkan tubuh laki-laki itu seakan ditarik sesuatu sehingga menjauh
darinya. ia mencoba untuk mengejarnya tetapi itu percuma. laki-laki itu masih
mengulurkan tangannya dengan wajah seperti berharap kepadanya. apa itu? ia
tidak mengerti dengan itu. ia mencoba berlari mengejar laki-laki itu yang
semakin menjauh dan lama-kelamaan laki-laki itu menghilang dari pandangannya.
ia terus berlari mengejar laki-laki yang sudah tidak terlihat itu dan akhirnya
ia terjatuh bukan karena terpeleset ataupun tersandung tetapi karena ia
kelelahan. sekali lagi ia menangis kembali. ia sudah percaya kepada laki-laki
itu sekarang, tapi mengapa dirinya masih sendirian di sini, di tempat yang
sangat terang itu. air matanya mengalir sangat deras sehingga setiap tetesannya
mengalir di atas permukaan lantai. mengingat wajah laki-laki itu disaat
terakhir ia melihatnya tadi, ia menyadari bahwa laki-laki mengucapkan beberapa
kata lewat mulutnya tetapi ia tidak mendengarnya akibat jarak diantara mereka
yang sudah terlalu jauh. ia bangkit berdiri dan mengusap air matanya. ia ingin
bertemu dengan laki-laki itu sekali lagi. bagaimanapun itu, ia harus
menemukannya. ia berlari tanpa arah dan tujuan tapi ia yakin, hatinya akan
membawa dirinya menuju dimana laki-laki itu sekarang.
sebuah cahaya ia lewati dan ia
dapati sebuah taman yang sangat bersih, rapi, dan indah di depan matanya. taman
itu memiliki sebuah kursi taman yang sekelilingnya terdapat bunga mawar putih,
bunga lili putih, dan tanaman-tanaman lainnya. bukan hanya itu saja, tetapi
beberapa kupu-kupu putih berterbangan dari bunga satu ke bunga yang lain. ia
terpesona dengan tempat itu. ia merasakan ada yang menyentuh kakinya. ia
menengok ke bawah dan mendapat dua ekor kelinci berbulu putih di kakinya. ia
mulai berjongkok dan mengelus-elus lembut rambut kelinci itu. ia tersenyum
melihat kelinci itu. ia menggendong dua ekor kelinci itu dengan kedua tangannya
dan ia bawa menuju sebuah kursi dan duduk di sana. ia terus mengelus-elus bulu
salah satu kelinci itu dan tersenyum. tapi, hatinya masih terasa kesepian.
terdapat ini semua dan seharusnya membantunya untuk tidak lebih kesepian tetapi
itu tidak berpengaruh terhadap hatinya. ia meletakan kelinci itu di atas kursi
dan ia bangkit berdiri. ia mencoba mencari laki-laki itu dengan berkeliling
taman sebentar. tapi ia tidak memperhatikan langkahnya dan terperosok sebuah
lubang gelap tanpa dasar. ia meraih langit-langit tapi ia masih terus masuk ke
dalam lubang itu. ia memejamkan matanya dan berharap ada seseorang yang akan
menolongnya.
seseorang mengambil tangannya dan
menariknya kembali ke taman itu. ia membuka matanya dan mendapati duduk dan
bersandar pada pundak seseorang. ia memalingkan wajahnya untuk melihat siapa
yang telah membawanya kembali ke tempat ini. laki-laki itu duduk di sampingnya
dan mengorbankan pundaknya sebagai sandaran baginya. tangan mereka saling
menggenggam dengan sangat kuat. ia senang karena akhirnya ia menemukan
laki-laki itu kembali. ia meneteskan air mata kebahagiaannya dan tersenyum.
laki-laki itu mengusap air mata itu lalu mencium keningnya. ia semakin senang,
dan ingin lebih lama ditempat ini bersama dengan laki-laki itu.
bumi tiba-tiba saja bergetar
dengan sangat kuat. ia bangkit berdiri yang diikuti laki-laki itu dengan wajah
gelisah. mereka ingin mencari jalan keluar tetapi mereka tidak menemukannya. ia
merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya dan ia terperosok jatuh di atas
lantai. tangannya mencoba meraih laki-laki itu yang tidak mengetahui
keberadaannya sekarang. laki-laki itu kebingungan mencari jalan keluar, tidak. lebih
tepatnya mencari dirinya. pandangannya semakin buram dan akhirnya ia tidak
dapat melihat apa-apa lagi.
"Bertahanlah, demi
aku."
kata-kata itu membantunya untuk
membuka matanya dan membangunkan dirinya. tubuhnya terasa sakit sekali karena
rangkaian bunga mawar putih itu telah menimpanya hingga jatuh. tubuhnya
berdarah akibat duri-duri pada batang pohon mawar itu. dengan sekuat tenaga ia
menyingkirkan benda-benda itu dan mencoba bangkit beridiri. tubuhnya
benar-benar sakit dan terasa nyeri dimana-mana. tapi ia paksakan untuk duduk di
sebuah kursi yang banyak batang-batang bunga mawar yang telah roboh. ia
menyingkirkan itu semua dan duduk di atasnya. ia melihat setiap lukanya yang
terasa sangat sakit itu. setiap luka itu mengeluarkan cairan yang tidak lain adalah
darah. ia mencoba untuk mencari sebuah tanaman yang dapat menjadi obat
luka-lukanya.
selesai mengobati luka-lukanya
yang menjadi lebih baik, ia kembali mencari laki-laki itu. ia khawatir dengan
laki-laki itu. apakah dia akan baik-baik saja? dan ia berharap bahwa dia akan
baik-baik saja. ia menyusuri taman dan mencari laki-laki itu. itu tidak mudah
ia lakukan karena tubuhnya masih sangat terasa nyeri. ia mencoba beristirahat
di samping semak-semak berduri. beberapa menit kemudia ia bangkit berdiri dan
terkejut mendapati laki-laki itu pinsan dengan penuh luka di sekujur tubuhnya
di antara semak-semak berduri itu. ia ingin menolongnya tapi dengan apa? ia
menekatkan dirinya melewatinya dan luka-lukanya yang hampir sembuh itu mulai
sobek kembali. dengan tenaganya, ia menggendong laki-laki itu dan tidak
membiarkan laki-laki itu terkena semak-semak berduri saat ia akan melewatinya
kembali untuk keluar. segera ia berjalan sedikit cepat menuju tempat dimana ia
menemukan daun-daun sebagai ramuan luka-lukanya. ia mengobati luka laki-laki
itu terlebih dahulu lalu dirinya sendiri. selesai dengan itu, ia meraih tangan
laki-laki itu dan menggenggamnya dengan sangat kuat.
"Jangan pergi. aku sangat
memerlukan dirimu.", katanya dengan air matanya telah menetes.
ia mengusapnya lalu menggenggam
tangan laki-laki itu dengan sangat kuat. tiba-tiba perutnya terasa lapar.
setidaknya ia mencari beberapa tumbuhan yang dapat dimakan olehnya dan
laki-laki itu. ie melepaskan tangan laki-laki itu, mengelus-elus rambutnya lalu
mencium kening laki-laki itu sebagai balasannya. ia bangkit berdiri untuk
mencari makanan untuk dirinya dan laki-laki itu. walaupun tidak banyak yang ia
temukan, tapi itu cukup untuk dirinya. ia berjalan kembali dimana laki-laki itu
pinsan. ia terkejut karena laki-laki itu menghilang. ia menangis kembali karena
ia khawatir dengan laki-laki itu. ia membalikan tubuhnya untuk mencari
laki-laki itu tetapi laki-laki itu berdiri telah berdiri di depannya dengan
luka disekujur tubuhnya telah menghilang. dia tersenyum kepadanya dan mengusap
air matanya. ia tersenyum senang karena telah menemukan laki-laki itu. mata
mereka saling bertemu dan mereka saling tersenyum bahagia. laki-laki itu
menarik dagunya kebawah dengan tangan kanannya lalu mencium keningnya. setelah
ia mengecup keningnya, kedua tangannya merambat melalui kedua tangannya hingga
lengan lalu memeluknya.
"Terima kasih, Alicia."
laki-laki itu berbisik di
telinganya.
"Aku mencintaimu..."
lanjut laki-laki berbisik di
telinganya.
Komentar
Posting Komentar